Simbol keteguhan dan keadilan yang terpancar dari ajaran Islam.
Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang menjadi pedoman hidup umat manusia. Salah satu ayat yang memiliki kedalaman makna luar biasa dan mencakup prinsip-prinsip fundamental Islam adalah Surah An-Nisa ayat 177. Ayat ini tidak hanya berbicara tentang aspek keimanan, tetapi juga menyoroti pentingnya keadilan, kemanusiaan, dan tanggung jawab sosial dalam kehidupan seorang Muslim. Memahami An Nisa ayat 177 berarti memahami esensi ajaran Islam yang menekankan keseimbangan antara hubungan vertikal (dengan Allah) dan horizontal (dengan sesama manusia).
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ ۚ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ ۚ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
"Bukanlah kebajikan itu ialah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, tetapi kebajikan ialah orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia telah berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."
Ayat ini secara gamblang membantah pandangan sempit tentang makna kebajikan. Dahulu, ada sebagian orang yang menganggap bahwa sekadar menghadap kiblat tertentu (arah timur dan barat, yang merujuk pada ritual keagamaan tanpa substansi) sudah merupakan kebajikan. Namun, Allah SWT menegaskan bahwa kebajikan sejati jauh melampaui itu.
Kebaikan yang sesungguhnya terkandung dalam enam pilar utama:
Pada intinya, An Nisa ayat 177 mendefinisikan kebajikan sebagai kombinasi dari iman yang tulus, amal saleh yang produktif, tanggung jawab sosial, integritas moral, dan ketabahan dalam menghadapi cobaan. Ini adalah gambaran ideal seorang Muslim yang beriman dan bertakwa.
Ayat ini memberikan banyak pelajaran berharga bagi umat Islam di sepanjang zaman. Pertama, ia menegaskan bahwa agama bukanlah sekadar ritual semata, melainkan meliputi seluruh aspek kehidupan, baik spiritual, sosial, maupun personal. Kebaikan yang sejati adalah perpaduan antara keyakinan hati dan perbuatan nyata yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Kedua, ayat ini mengajarkan pentingnya empati dan kepedulian terhadap sesama. Memberikan harta bukan hanya kewajiban, tetapi juga ekspresi cinta kepada Allah SWT. Ketiga, kesabaran dalam menghadapi ujian hidup adalah bukti keimanan yang kuat. Allah tidak menguji hamba-Nya di luar batas kemampuannya, dan kesabaran adalah kunci untuk mendapatkan ridha-Nya.
Di era modern ini, makna An Nisa ayat 177 tetap relevan. Konsep memerdekakan "Riqab" bisa dimaknai secara luas sebagai upaya membebaskan manusia dari berbagai bentuk penindasan dan ketidakadilan, seperti kemiskinan ekstrem, perbudakan modern, atau ketidaksetaraan hak. Zakat, yang merupakan kewajiban finansial, menjadi instrumen penting dalam pemerataan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.
Memahami dan mengamalkan An Nisa ayat 177 berarti berusaha menjadi individu yang utuh, yang memiliki hubungan baik dengan Sang Pencipta dan memberikan kontribusi positif bagi kemanusiaan. Ini adalah panggilan untuk terus berjuang menjadi pribadi yang lebih baik, lebih adil, dan lebih peduli terhadap dunia di sekitar kita.