Al-Qur'an, kitab suci yang menjadi pedoman umat Islam, penuh dengan ayat-ayat yang memberikan petunjuk mendalam mengenai berbagai aspek kehidupan. Salah satu ayat yang seringkali direnungkan maknanya adalah Surah An Nisa ayat 180. Ayat ini, meskipun ringkas, memuat pelajaran penting tentang hakikat kehidupan, tujuan penciptaan, dan bagaimana seharusnya seorang mukmin menjalani eksistensinya di dunia ini.
Berikut adalah bacaan Surah An Nisa ayat 180 beserta terjemahannya:
"Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."
Surah An Nisa ayat 180 ini mengandung dua perintah utama yang saling terkait erat:
Perintah pertama adalah untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Kata "attaqwa" (اتَّقُوا) berasal dari akar kata "wiqayah" yang berarti menjaga atau memelihara. Bertakwa kepada Allah berarti menjaga diri dari siksa-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Konteks ayat ini mempertegas kewajiban ini dengan menyebutkan bahwa Allah adalah Dzat yang kepadanya kita bersumpah dan meminta pertolongan.
Ini mengingatkan kita bahwa setiap tindakan, setiap ucapan, bahkan setiap niat, hendaknya selalu dilandasi oleh kesadaran akan pengawasan Allah. Ketika kita hendak melakukan sesuatu, kita harus bertanya pada diri sendiri, "Apakah ini diridhai oleh Allah? Apakah ini sesuai dengan ajaran-Nya?" Kesadaran ini menjadi benteng terkuat untuk menghindari maksiat dan meraih kebaikan.
"Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain..."
Frasa "tasaa'aluna bihi" (تَسَاءَلُونَ بِهِ) menunjukkan bahwa manusia seringkali menggunakan nama Allah dalam berbagai urusan mereka, seperti bersumpah atau meminta bantuan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita tidak hanya menggunakan nama-Nya semata, tetapi juga menghormati dan taat kepada-Nya. Kehidupan yang dilandasi ketakwaan adalah kehidupan yang penuh keberkahan dan ketenangan.
Perintah kedua yang tak kalah penting adalah memelihara hubungan silaturahmi. Kata "arham" (الْأَرْحَامَ) dalam ayat ini tidak hanya merujuk pada hubungan kekerabatan dalam garis keturunan, tetapi juga dapat diartikan sebagai hubungan sesama manusia secara umum, termasuk hubungan antar tetangga, teman, dan masyarakat. Memelihara silaturahmi berarti menjaga, mempererat, dan tidak memutuskan hubungan baik dengan sesama.
Islam sangat menekankan pentingnya menjaga hubungan baik antar sesama manusia. Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi." (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini menunjukkan bahwa memelihara silaturahmi bukan hanya sekadar amalan sosial, tetapi juga memiliki dampak positif yang signifikan dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Dalam konteks ayat ini, perintah untuk menjaga silaturahmi datang setelah perintah untuk bertakwa kepada Allah. Ini mengisyaratkan bahwa hubungan baik dengan sesama manusia adalah bagian integral dari ketakwaan seorang hamba kepada Tuhannya. Ketakwaan yang sejati tidak hanya diukur dari ibadah ritual semata, tetapi juga dari bagaimana interaksi kita dengan orang lain.
An Nisa ayat 180 memberikan beberapa implikasi penting bagi kehidupan seorang Muslim:
Surah An Nisa ayat 180 adalah pengingat yang berharga bagi setiap Muslim. Ia mengajarkan kita untuk hidup dalam kesadaran penuh akan kehadiran Allah, senantiasa bertakwa, dan menjaga hubungan baik dengan sesama. Dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam ayat ini, diharapkan kita dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna, penuh keberkahan, dan meraih ridha Allah SWT.