Parousia: Kedatangan Kristus yang Mulia

Memahami Harapan Abadi Umat Percaya akan Kedatangan Kembali Juru Selamat

Kedatangan Kristus yang Mulia

Dalam perbendaharaan ajaran kekristenan, satu konsep yang mengemban beban harapan, janji, dan misteri yang mendalam adalah "Parousia". Kata Yunani ini, yang sering diterjemahkan sebagai "kedatangan" atau "kehadiran", secara khusus merujuk pada Kedatangan Kembali Yesus Kristus yang Kedua Kali ke dunia. Bagi jutaan umat percaya di seluruh dunia, Parousia bukan sekadar doktrin teologis, melainkan inti dari iman mereka, sebuah janji ilahi yang memberi arah pada kehidupan, penghiburan di tengah penderitaan, dan motivasi untuk hidup kudus.

Konsep Parousia telah menjadi subjek studi intensif, perdebatan, dan interpretasi yang beragam sepanjang sejarah gereja. Dari para Bapa Gereja awal hingga teolog kontemporer, upaya untuk memahami sifat, waktu, dan konsekuensi dari peristiwa agung ini terus berlanjut. Meskipun detailnya mungkin diperdebatkan, inti keyakinan bahwa Yesus akan kembali secara fisik, mulia, dan tak terbantahkan, tetap menjadi pilar fundamental iman Kristen.

Artikel ini akan menyelami secara mendalam makna Parousia, menjelajahi akar biblisnya dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, membahas sifat dan tujuan kedatangan kembali Kristus, menganalisis berbagai interpretasi eskatologis yang telah berkembang, mengidentifikasi tanda-tanda yang dinubuatkan, serta merenungkan implikasi teologis dan praktis dari harapan yang transformatif ini. Kita juga akan meninjau beberapa kesalahpahaman umum dan peringatan seputar Parousia, serta melihat relevansinya dalam konteks dunia kontemporer.

1. Memahami Parousia – Sebuah Pengantar Mendalam

1.1. Etimologi dan Makna Dasar

Kata "Parousia" (παρουσία) berasal dari bahasa Yunani Koiné, yang digunakan dalam Perjanjian Baru. Secara harfiah, kata ini berarti "kedatangan," "kehadiran," atau "penampakan." Namun, dalam konteks Alkitabiah, terutama dalam kaitannya dengan Kristus, kata ini membawa bobot makna yang jauh lebih spesifik dan teologis. Ini bukan sekadar kedatangan biasa atau kunjungan singkat. Parousia menandakan kedatangan yang bersifat resmi, otoritatif, dan seringkali terkait dengan kedatangan seorang raja atau pejabat tinggi untuk memulai masa pemerintahannya atau memberikan kehadirannya secara definitif.

Dalam budaya Helenistik, istilah "parousia" digunakan untuk menggambarkan kunjungan resmi seorang kaisar atau bangsawan ke sebuah kota, yang kedatangannya membawa serta berbagai manfaat, seperti keadilan, dekrit baru, atau perayaan. Konteks ini sangat penting karena membantu kita memahami kedalaman makna yang ingin disampaikan oleh para penulis Perjanjian Baru ketika mereka menggunakan kata ini untuk merujuk pada kedatangan kembali Yesus. Ini adalah kedatangan yang penuh kuasa, otoritas, dan dampak transformatif bagi seluruh ciptaan.

1.2. Parousia dalam Konteks Kristen

Dalam ajaran Kristen, Parousia secara eksklusif merujuk pada kedatangan Kristus yang kedua kali ke bumi, sebagai antitesis dari kedatangan-Nya yang pertama sebagai bayi di Betlehem. Jika kedatangan pertama-Nya adalah dalam kerendahan hati dan sebagai Penebus yang menderita, kedatangan kedua-Nya akan dalam kemuliaan, kuasa, dan sebagai Hakim serta Raja yang akan memerintah. Ini adalah puncak sejarah keselamatan, penggenapan semua nubuat, dan finalisasi rencana Allah bagi umat manusia dan alam semesta.

Parousia bukanlah metafora atau kejadian spiritual belaka; Alkitab menggambarkannya sebagai peristiwa fisik, nyata, dan dapat disaksikan secara universal. Ini adalah momen di mana Kristus akan secara pribadi kembali ke bumi untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya, termasuk penghakiman, kebangkitan orang mati, dan penegakan kerajaan-Nya yang kekal.

1.3. Signifikansi Teologis Parousia

Doktrin Parousia memiliki signifikansi teologis yang sangat besar. Ini adalah elemen sentral dari eskatologi Kristen (doktrin tentang hal-hal terakhir).

2. Akar Biblis Parousia – Dari Nubuat Hingga Penggenapan

Konsep Parousia bukanlah ide yang tiba-tiba muncul di Perjanjian Baru. Akarnya dapat ditemukan jauh di dalam nubuat Perjanjian Lama dan mencapai puncaknya dalam ajaran Yesus sendiri dan tulisan-tulisan para rasul.

2.1. Bayangan di Perjanjian Lama

Meskipun kata "Parousia" itu sendiri tidak ditemukan di Perjanjian Lama, tema kedatangan Tuhan sebagai Hakim dan Raja telah berulang kali dinubuatkan. Para nabi seringkali berbicara tentang "Hari Tuhan" (Yom Adonai), sebuah hari penghakiman dan pemulihan, di mana Allah akan campur tangan secara dramatis dalam sejarah manusia.

Nubuat-nubuat ini menciptakan fondasi teologis bagi pemahaman bahwa Allah akan secara langsung campur tangan dalam sejarah melalui Mesias-Nya, membawa keadilan, penghakiman, dan sebuah kerajaan yang kekal.

2.2. Ajaran Yesus Mengenai Kedatangan-Nya Kembali

Yesus sendiri adalah sumber utama ajaran tentang Parousia. Dia berulang kali berbicara tentang kedatangan-Nya yang kedua kali, seringkali menggunakan analogi dan perumpamaan untuk menekankan sifat dan kesiapsiagaan yang dibutuhkan.

2.3. Kesaksian Para Rasul dan Surat-surat Perjanjian Baru

Setelah kenaikan Yesus, para rasul melanjutkan ajaran-Nya, menggarisbawahi realitas dan pentingnya Parousia. Ini menjadi tema sentral dalam khotbah dan surat-surat mereka.

Dari analisis ini, jelas bahwa Parousia adalah benang emas yang menjahit Perjanjian Lama dan Baru, menjadi janji yang sentral dan berulang yang diyakini oleh gereja mula-mula dan terus dipegang teguh hingga kini.

3. Sifat dan Cara Kedatangan Kristus Kembali

Alkitab tidak hanya menyatakan bahwa Kristus akan kembali, tetapi juga memberikan gambaran yang cukup detail tentang bagaimana kedatangan itu akan terjadi. Beberapa karakteristik kunci dapat diidentifikasi.

3.1. Kedatangan yang Nyata dan Fisik

Para malaikat di Kisah Para Rasul 1:11 dengan jelas menyatakan bahwa Yesus "akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga." Ini meniadakan gagasan bahwa Parousia adalah peristiwa spiritual belaka, sebuah kedatangan Kristus dalam hati, atau hanya sebuah pengaruh yang berkembang di dunia. Sebaliknya, ini akan menjadi kedatangan pribadi, fisik, dan kasat mata dari pribadi Yesus Kristus sendiri. Tubuh kemuliaan-Nya yang sama yang naik ke surga akan kembali.

3.2. Kedatangan yang Mulia dan Berkuasa

Tidak seperti kedatangan-Nya yang pertama dalam kerendahan hati di kandang Betlehem, kedatangan kedua akan ditandai dengan kemuliaan dan kuasa yang tak tertandingi.

3.3. Kedatangan yang Tiba-tiba dan Tak Terduga

Meskipun ada tanda-tanda yang mendahului, Yesus menekankan sifat tiba-tiba dan tak terduga dari kedatangan-Nya.

3.4. Kedatangan yang Universal dan Tak Terbantahkan

Kedatangan Kristus akan menjadi peristiwa yang dapat disaksikan oleh semua orang di bumi.

Sifat-sifat ini secara kolektif melukiskan gambaran sebuah peristiwa kosmik yang agung, mendebarkan, dan definitif, yang akan mengubah jalannya sejarah manusia untuk selamanya.

4. Tujuan Agung Parousia

Kedatangan kembali Kristus bukanlah peristiwa tanpa tujuan; sebaliknya, itu adalah puncak dari rencana penebusan Allah dan penggenapan dari berbagai aspek kehendak-Nya yang belum terselesaikan. Tujuan-tujuan ini sangat multifaset dan mendalam.

4.1. Menyempurnakan Penyelamatan Umat-Nya

Salah satu tujuan utama Parousia adalah untuk membawa keselamatan orang-orang percaya menuju kesempurnaan. Saat ini, orang percaya telah menerima keselamatan dalam Roh, tetapi tubuh mereka masih fana dan belum dimuliakan.

4.2. Menghakimi Dunia dan Menegakkan Keadilan

Kedatangan Kristus kedua kali juga akan menjadi hari penghakiman universal, di mana keadilan Allah akan ditegakkan sepenuhnya.

4.3. Menegakkan Kerajaan Kekal-Nya

Parousia adalah momen di mana Kristus akan secara definitif menegakkan kerajaan-Nya di bumi, sebuah kerajaan yang tidak akan pernah berakhir.

4.4. Pemulihan Seluruh Ciptaan

Dosa telah membawa kutuk tidak hanya kepada manusia, tetapi juga kepada seluruh ciptaan. Parousia juga akan memulai proses pemulihan kosmik.

4.5. Penghapusan Dosa dan Kematian

Pada akhirnya, Parousia akan membawa pada penghapusan definitif dari dua musuh terbesar umat manusia: dosa dan kematian.

Dengan demikian, tujuan Parousia mencakup puncak keselamatan individu, penegakan keadilan ilahi, pendirian kerajaan Allah yang universal, pemulihan kosmik, dan penghapusan total dosa dan kematian. Ini adalah peristiwa yang menjanjikan akhir dari segala yang rusak dan awal dari segala yang sempurna.

5. Berbagai Interpretasi Mengenai Waktu dan Urutan Peristiwa

Meskipun ada kesepakatan luas di kalangan Kristen bahwa Yesus akan kembali, detail mengenai waktu dan urutan peristiwa seputar Parousia telah memicu berbagai interpretasi eskatologis. Perbedaan ini seringkali berkisar pada hubungan antara Kedatangan Kristus, Masa Kesusahan Besar (Tribulasi), dan Kerajaan Seribu Tahun (Milenium).

5.1. Mengenai Pengangkatan (Rapture) dan Kesusahan Besar (Tribulasi)

Konsep pengangkatan (rapture) adalah salah satu aspek yang paling diperdebatkan dalam eskatologi, terutama mengenai kapan peristiwa ini akan terjadi relatif terhadap periode Kesusahan Besar, sebuah masa penderitaan dan penghakiman yang intensif yang dinubuatkan akan terjadi sebelum kedatangan Kristus.

5.1.1. Pra-Tribulasi (Pre-Tribulation Rapture)

Pandangan ini menyatakan bahwa pengangkatan orang percaya akan terjadi *sebelum* dimulainya periode Kesusahan Besar selama tujuh tahun.

5.1.2. Pertengahan Tribulasi (Mid-Tribulation Rapture)

Pandangan ini menempatkan pengangkatan terjadi di *tengah-tengah* Kesusahan Besar, yaitu setelah tiga setengah tahun pertama dari tujuh tahun periode Tribulasi.

5.1.3. Pasca-Tribulasi (Post-Tribulation Rapture)

Pandangan ini menyatakan bahwa pengangkatan orang percaya akan terjadi *setelah* berakhirnya Kesusahan Besar, tepat sebelum Kristus kembali ke bumi untuk mendirikan kerajaan-Nya.

5.2. Mengenai Kerajaan Seribu Tahun (Milenium)

Selain waktu pengangkatan, perdebatan besar lainnya adalah mengenai sifat dan waktu dari "kerajaan seribu tahun" yang disebutkan dalam Wahyu 20. Tiga pandangan utama adalah Premilenialisme, Amilenialisme, dan Postmilenialisme.

5.2.1. Premilenialisme

Pandangan ini percaya bahwa Kristus akan datang *sebelum* (pre-) kerajaan seribu tahun.

5.2.2. Amilenialisme

Pandangan ini menolak (a-, berarti "tidak" atau "tanpa") adanya kerajaan seribu tahun secara harfiah di bumi setelah Kedatangan Kristus.

5.2.3. Postmilenialisme

Pandangan ini percaya bahwa Kristus akan datang *setelah* (post-) kerajaan seribu tahun.

Perbedaan-perbedaan ini, meskipun signifikan, tidak seharusnya memecah belah umat percaya. Inti iman bahwa Kristus akan kembali tetap dipegang oleh semua denominasi Kristen, dan perbedaan interpretasi mencerminkan kekayaan dan kompleksitas nubuat Alkitab. Yang terpenting adalah kesiapsiagaan dan kesetiaan dalam menantikan kedatangan-Nya.

6. Tanda-Tanda Kedatangan Kristus – Sebuah Analisis

Yesus dan para rasul-Nya memberikan berbagai tanda yang akan mendahului atau menyertai kedatangan-Nya yang kedua kali. Tanda-tanda ini berfungsi sebagai peringatan dan pendorong bagi umat percaya untuk berjaga-jaga dan tetap setia. Namun, penting untuk diingat bahwa tanda-tanda ini bukanlah alat untuk menentukan tanggal, melainkan penunjuk arah.

6.1. Tanda-Tanda Umum (Tanda-Tanda "Permulaan Sakit Bersalin")

Yesus sendiri menyebut beberapa tanda sebagai "permulaan sakit bersalin," menyiratkan bahwa tanda-tanda ini akan meningkat dalam intensitas dan frekuensi seiring mendekatnya akhir zaman.

Penting untuk dicatat bahwa tanda-tanda ini telah ada sepanjang sejarah. Yang Alkitab tekankan adalah peningkatan frekuensi, skala, dan intensitasnya seiring mendekatnya akhir zaman, menciptakan suasana kekacauan dan ketidakpastian global.

6.2. Tanda-Tanda Religius dan Spiritual

Selain tanda-tanda umum, ada pula perubahan signifikan dalam bidang spiritual dan religius.

6.3. Tanda-Tanda Geopolitik dan Kesusahan Besar

Beberapa tanda lebih spesifik mengarah pada peristiwa-peristiwa besar yang mendahului kedatangan Kristus.

6.4. Peringatan dalam Menginterpretasikan Tanda-Tanda

Meskipun penting untuk memperhatikan tanda-tanda, Alkitab juga memberikan peringatan penting:

Tanda-tanda ini berfungsi sebagai pengingat akan kebenaran bahwa Allah berdaulat atas sejarah dan bahwa Dia akan memenuhi semua janji-Nya pada waktu-Nya sendiri. Ini memanggil umat percaya untuk hidup dengan harapan, kewaspadaan, dan kesetiaan.

7. Implikasi Teologis dan Praktis dari Parousia

Doktrin Parousia bukan hanya teori abstrak tentang masa depan; ia memiliki implikasi yang mendalam dan transformatif bagi teologi Kristen dan kehidupan praktis umat percaya.

7.1. Implikasi Teologis

Kedatangan Kristus yang kedua kali memperkuat dan mengintegrasikan berbagai doktrin Kristen lainnya.

7.2. Implikasi Praktis bagi Umat Percaya

Pengajaran tentang Parousia memiliki dampak langsung dan signifikan pada cara hidup, berpikir, dan bertindak seorang Kristen.

Singkatnya, Parousia bukan hanya sebuah peristiwa di masa depan, melainkan kebenaran yang hidup yang harus membentuk realitas saat ini bagi setiap pengikut Kristus. Ia memberikan makna, tujuan, dan kekuatan untuk hidup yang berdampak hingga Hari Kedatangan-Nya.

8. Kesalahpahaman Umum dan Peringatan Seputar Parousia

Meskipun Parousia adalah doktrin fundamental dan penuh pengharapan, seiring waktu telah muncul berbagai kesalahpahaman dan interpretasi yang keliru, yang dapat menyebabkan kekecewaan, ketakutan, atau penyesatan. Penting untuk mengidentifikasi dan mengoreksi pandangan-pandangan ini.

8.1. Penentuan Tanggal dan Spekulasi Waktu

Ini adalah kesalahpahaman yang paling umum dan berbahaya. Meskipun Alkitab memberikan tanda-tanda, Yesus dengan sangat jelas menyatakan:

"Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, baik malaikat-malaikat di sorga, maupun Anak, hanya Bapa sendiri." (Matius 24:36)

Sepanjang sejarah, banyak individu dan kelompok telah mencoba untuk menghitung atau memprediksi tanggal kedatangan Kristus, dan semuanya telah gagal. Kegagalan ini tidak hanya merusak kredibilitas mereka, tetapi juga menyebabkan keputusasaan di antara pengikut, pengabaian tugas-tugas duniawi, dan kadang-kadang bahkan penarikan diri dari masyarakat secara ekstrem. Alkitab mendorong kewaspadaan, bukan spekulasi.

8.2. Parousia sebagai Metafora Semata

Beberapa pandangan teologis modern cenderung menafsirkan Parousia secara metaforis atau simbolis saja, misalnya sebagai "kedatangan" Kristus dalam pengalaman spiritual pribadi, atau sebagai kekuatan moral Injil yang secara bertahap mengubah dunia. Pandangan ini mengabaikan kesaksian Alkitab yang jelas tentang Kedatangan Kristus yang fisik, pribadi, dan kasat mata. Kisah Para Rasul 1:11 sangat spesifik: "Yesus ini... akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga," yaitu secara fisik dan tampak.

8.3. Fatalisme atau Sikap Pasif

Kesalahpahaman lain adalah mengadopsi sikap fatalisme atau pasifisme. Beberapa orang mungkin berpikir, "Jika Kristus akan segera datang, mengapa harus berusaha untuk mengubah dunia atau melakukan tugas-tugas sehari-hari?" Ini bertentangan dengan ajaran Alkitab. Perumpamaan tentang talenta (Matius 25:14-30) dan gadis-gadis bijaksana (Matius 25:1-13) mengajarkan kita untuk menjadi setia, produktif, dan siap sedia dalam tugas-tugas yang telah dipercayakan kepada kita sampai Dia datang. Pengharapan akan Parousia seharusnya memotivasi kita untuk bekerja lebih keras, bukan menjadi malas.

8.4. Ketakutan yang Berlebihan atau Paranoid

Sementara kewaspadaan itu penting, Parousia seharusnya tidak menyebabkan ketakutan atau paranoia yang melumpuhkan. Bagi orang percaya, Kedatangan Kristus adalah "pengharapan yang penuh bahagia" (Titus 2:13), bukan sumber ketakutan. Ketakutan seringkali muncul dari kesalahpahaman tentang murka Allah atau dari spekulasi yang tidak berdasar. Allah telah memberikan Roh yang penuh kasih, kuasa, dan ketertiban, bukan roh ketakutan (2 Timotius 1:7).

8.5. Obsesi Terhadap Drama daripada Etika

Beberapa orang mungkin terlalu fokus pada detail-detail dramatis dari akhir zaman — Antikristus, tanda-tanda, urutan peristiwa – sehingga mengabaikan implikasi etis dan panggilan untuk hidup kudus dan melayani sesama. Pengajaran Alkitab tentang Parousia selalu berujung pada panggilan untuk kekudusan, kasih, keadilan, dan misi, bukan hanya untuk hiburan atau spekulasi yang tidak produktif.

8.6. Menghubungkan Semua Peristiwa Dunia dengan Tanda Akhir Zaman

Meskipun ada tanda-tanda, tidak setiap peristiwa buruk (gempa bumi, perang, wabah) harus diinterpretasikan sebagai tanda definitif bahwa Kristus akan datang "besok." Tanda-tanda ini bersifat umum dan telah ada sepanjang sejarah. Yesus sendiri mengatakan itu adalah "permulaan sakit bersalin," menunjukkan bahwa itu akan menjadi proses yang berkembang. Interpretasi yang terlalu agresif terhadap setiap berita utama sebagai penggenapan nubuat dapat mengarah pada kelelahan eskatologis dan hilangnya kredibilitas.

8.7. Mengabaikan Perjanjian Lama dalam Interpretasi

Beberapa interpretasi Parousia hanya berfokus pada Perjanjian Baru dan mengabaikan akar nubuat di Perjanjian Lama. Ini dapat menyebabkan pemahaman yang kurang lengkap atau terdistorsi, terutama mengenai peran Israel, kerajaan, dan sifat pemulihan kosmik.

Dengan memahami dan menghindari kesalahpahaman ini, umat percaya dapat mempertahankan pandangan yang sehat, seimbang, dan Alkitabiah tentang Parousia, menjadikannya sumber pengharapan yang kuat dan motivasi yang positif dalam hidup mereka.

9. Perspektif Historis dan Relevansi Kontemporer

Doktrin Parousia telah menjadi pendorong utama dalam sejarah kekristenan dan terus menjadi relevan dalam dunia yang terus berubah.

9.1. Parousia dalam Sejarah Gereja

Sejak awal, gereja telah menantikan Kedatangan Kristus.

Sepanjang sejarah, cara gereja memahami dan berinteraksi dengan Parousia telah membentuk liturgi, misi, etika, dan bahkan struktur sosial mereka.

9.2. Relevansi Parousia di Zaman Kontemporer

Dalam abad ke-21 yang serba cepat dan kompleks, doktrin Parousia tetap sangat relevan.

Dalam menghadapi tantangan dan kompleksitas zaman modern, Parousia tetap menjadi suara kenabian yang kuat, memanggil gereja untuk hidup dengan tujuan, pengharapan, dan kesetiaan, sambil menantikan Raja yang akan datang untuk menyempurnakan segala sesuatu.

10. Kesimpulan: Harapan yang Hidup dan Panggilan untuk Kesiapsiagaan

Parousia, Kedatangan Kristus yang kedua kali, adalah janji yang paling agung dan dinantikan dalam Alkitab. Ini adalah puncak dari rencana penebusan Allah, penggenapan nubuat yang tak terhitung jumlahnya, dan penegasan definitif dari kedaulatan, keadilan, dan kasih-Nya. Dari etimologi kata Yunani hingga akar-akar kuno dalam nubuat Perjanjian Lama, dari ajaran langsung Yesus hingga penjelasan para rasul, semua menunjuk pada satu realitas yang pasti: Kristus akan kembali.

Kedatangan-Nya tidak akan dalam kerendahan hati seperti yang pertama, melainkan dalam kemuliaan, kuasa, dan keagungan yang tak tertandingi. Ini akan menjadi peristiwa yang fisik, universal, dan tak terbantahkan, disaksikan oleh setiap mata di bumi. Tujuan-Nya adalah untuk menyempurnakan keselamatan umat-Nya, menghakimi dunia dalam kebenaran, menegakkan Kerajaan-Nya yang kekal, memulihkan seluruh ciptaan dari kutuk dosa, dan pada akhirnya menghapuskan dosa serta kematian untuk selamanya.

Meskipun terdapat beragam interpretasi mengenai waktu dan urutan peristiwa seputar Kedatangan-Nya — seperti perdebatan seputar pra-tribulasi, mid-tribulasi, pasca-tribulasi, serta premilenialisme, amilenialisme, dan postmilenialisme — inti dari pengharapan ini tetap tidak tergoyahkan. Perbedaan-perbedaan ini, meskipun penting untuk studi teologis, tidak boleh mengaburkan kebenaran sentral dan panggilan fundamental bagi setiap umat percaya.

Tanda-tanda yang disebutkan oleh Alkitab, mulai dari perang dan bencana hingga penyesatan dan penginjilan global, berfungsi sebagai peringatan dan pendorong, bukan sebagai alat untuk spekulasi tanggal yang tidak berdasar. Kita dipanggil untuk mengamati tanda-tanda zaman, bukan untuk menentukan hari atau jam yang tidak seorang pun tahu kecuali Bapa.

Implikasi dari doktrin Parousia sangat luas, baik secara teologis maupun praktis. Secara teologis, ia menegaskan kedaulatan Allah, puncak penebusan, dan kepastian keadilan ilahi. Secara praktis, ia adalah sumber pengharapan dan penghiburan yang tak terbatas di tengah penderitaan. Ia memotivasi kita untuk hidup dalam kekudusan, mendorong kita untuk memberitakan Injil dengan urgensi, dan menuntut kesiapsiagaan serta kewaspadaan yang konstan. Ini mengubah orientasi nilai-nilai kita, dari yang fana kepada yang kekal, dan memanggil kita untuk kesabaran yang gigih.

Kita harus berhati-hati terhadap kesalahpahaman umum: menghindari penentuan tanggal yang gegabah, menolak interpretasi metaforis yang mengabaikan sifat fisik Kedatangan-Nya, serta menjauhkan diri dari fatalisme, ketakutan yang berlebihan, dan obsesi berlebihan terhadap drama eskatologis yang mengabaikan panggilan etis.

Dalam setiap periode sejarah gereja, Parousia telah menjadi batu penjuru iman, membentuk cara umat percaya hidup, menderita, dan bersaksi. Di era kontemporer, di tengah ketidakpastian global dan tantangan spiritual, pengharapan ini tetap relevan dan penting. Ia memberikan perspektif yang melampaui keadaan sekarang, mendorong kita untuk menjadi agen keadilan, dan memotivasi kita untuk terus memberitakan kabar baik hingga Dia datang.

Maka, marilah kita hidup dengan kesiapan yang penuh kasih, hati yang berjaga-jaga, dan tangan yang bekerja. Marilah kita memegang teguh "pengharapan yang penuh bahagia" ini, mengetahui bahwa janji Kedatangan Kristus yang mulia adalah kepastian ilahi yang akan mengubah segalanya. Marana Tha! Tuhan Yesus, datanglah segera!

🏠 Homepage