Dalam perbendaharaan ajaran kekristenan, satu konsep yang mengemban beban harapan, janji, dan misteri yang mendalam adalah "Parousia". Kata Yunani ini, yang sering diterjemahkan sebagai "kedatangan" atau "kehadiran", secara khusus merujuk pada Kedatangan Kembali Yesus Kristus yang Kedua Kali ke dunia. Bagi jutaan umat percaya di seluruh dunia, Parousia bukan sekadar doktrin teologis, melainkan inti dari iman mereka, sebuah janji ilahi yang memberi arah pada kehidupan, penghiburan di tengah penderitaan, dan motivasi untuk hidup kudus.
Konsep Parousia telah menjadi subjek studi intensif, perdebatan, dan interpretasi yang beragam sepanjang sejarah gereja. Dari para Bapa Gereja awal hingga teolog kontemporer, upaya untuk memahami sifat, waktu, dan konsekuensi dari peristiwa agung ini terus berlanjut. Meskipun detailnya mungkin diperdebatkan, inti keyakinan bahwa Yesus akan kembali secara fisik, mulia, dan tak terbantahkan, tetap menjadi pilar fundamental iman Kristen.
Artikel ini akan menyelami secara mendalam makna Parousia, menjelajahi akar biblisnya dari Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, membahas sifat dan tujuan kedatangan kembali Kristus, menganalisis berbagai interpretasi eskatologis yang telah berkembang, mengidentifikasi tanda-tanda yang dinubuatkan, serta merenungkan implikasi teologis dan praktis dari harapan yang transformatif ini. Kita juga akan meninjau beberapa kesalahpahaman umum dan peringatan seputar Parousia, serta melihat relevansinya dalam konteks dunia kontemporer.
1. Memahami Parousia – Sebuah Pengantar Mendalam
1.1. Etimologi dan Makna Dasar
Kata "Parousia" (παρουσία) berasal dari bahasa Yunani Koiné, yang digunakan dalam Perjanjian Baru. Secara harfiah, kata ini berarti "kedatangan," "kehadiran," atau "penampakan." Namun, dalam konteks Alkitabiah, terutama dalam kaitannya dengan Kristus, kata ini membawa bobot makna yang jauh lebih spesifik dan teologis. Ini bukan sekadar kedatangan biasa atau kunjungan singkat. Parousia menandakan kedatangan yang bersifat resmi, otoritatif, dan seringkali terkait dengan kedatangan seorang raja atau pejabat tinggi untuk memulai masa pemerintahannya atau memberikan kehadirannya secara definitif.
Dalam budaya Helenistik, istilah "parousia" digunakan untuk menggambarkan kunjungan resmi seorang kaisar atau bangsawan ke sebuah kota, yang kedatangannya membawa serta berbagai manfaat, seperti keadilan, dekrit baru, atau perayaan. Konteks ini sangat penting karena membantu kita memahami kedalaman makna yang ingin disampaikan oleh para penulis Perjanjian Baru ketika mereka menggunakan kata ini untuk merujuk pada kedatangan kembali Yesus. Ini adalah kedatangan yang penuh kuasa, otoritas, dan dampak transformatif bagi seluruh ciptaan.
1.2. Parousia dalam Konteks Kristen
Dalam ajaran Kristen, Parousia secara eksklusif merujuk pada kedatangan Kristus yang kedua kali ke bumi, sebagai antitesis dari kedatangan-Nya yang pertama sebagai bayi di Betlehem. Jika kedatangan pertama-Nya adalah dalam kerendahan hati dan sebagai Penebus yang menderita, kedatangan kedua-Nya akan dalam kemuliaan, kuasa, dan sebagai Hakim serta Raja yang akan memerintah. Ini adalah puncak sejarah keselamatan, penggenapan semua nubuat, dan finalisasi rencana Allah bagi umat manusia dan alam semesta.
Parousia bukanlah metafora atau kejadian spiritual belaka; Alkitab menggambarkannya sebagai peristiwa fisik, nyata, dan dapat disaksikan secara universal. Ini adalah momen di mana Kristus akan secara pribadi kembali ke bumi untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya, termasuk penghakiman, kebangkitan orang mati, dan penegakan kerajaan-Nya yang kekal.
1.3. Signifikansi Teologis Parousia
Doktrin Parousia memiliki signifikansi teologis yang sangat besar. Ini adalah elemen sentral dari eskatologi Kristen (doktrin tentang hal-hal terakhir).
- Penggenapan Janji Allah: Parousia adalah penggenapan janji Allah yang paling ultimate. Sejak awal, Alkitab menunjuk pada hari ketika Allah akan memulihkan segala sesuatu dan menegakkan keadilan-Nya. Kedatangan Kristus kedua kali adalah puncak dari narasi ini.
- Puncak Sejarah Penyelamatan: Ini menandai akhir dari sejarah dosa dan penderitaan, dan awal dari era keadilan dan kebenaran yang baru. Segala sesuatu yang dimulai dengan inkarnasi, kematian, dan kebangkitan Kristus akan mencapai kesempurnaan pada kedatangan-Nya yang kedua.
- Harapan dan Penghiburan: Bagi umat percaya, Parousia adalah sumber pengharapan yang tak tergoyahkan. Di tengah tantangan, kekecewaan, dan penderitaan dunia, janji kedatangan Kristus memberikan perspektif abadi dan jaminan akan kemenangan akhir kebaikan atas kejahatan.
- Motivasi untuk Hidup Kudus: Penantian akan kedatangan Kristus yang mulia berfungsi sebagai motivasi kuat bagi umat percaya untuk hidup dalam kekudusan, kesaksian, dan pelayanan. Kesadaran bahwa Tuhan akan kembali mendorong mereka untuk menjadi siap dan efektif dalam menjalankan kehendak-Nya.
2. Akar Biblis Parousia – Dari Nubuat Hingga Penggenapan
Konsep Parousia bukanlah ide yang tiba-tiba muncul di Perjanjian Baru. Akarnya dapat ditemukan jauh di dalam nubuat Perjanjian Lama dan mencapai puncaknya dalam ajaran Yesus sendiri dan tulisan-tulisan para rasul.
2.1. Bayangan di Perjanjian Lama
Meskipun kata "Parousia" itu sendiri tidak ditemukan di Perjanjian Lama, tema kedatangan Tuhan sebagai Hakim dan Raja telah berulang kali dinubuatkan. Para nabi seringkali berbicara tentang "Hari Tuhan" (Yom Adonai), sebuah hari penghakiman dan pemulihan, di mana Allah akan campur tangan secara dramatis dalam sejarah manusia.
- Daniel 7:13-14: Ini adalah salah satu nubuat paling menonjol yang menggambarkan "seorang seperti anak manusia datang dengan awan-awan dari langit; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan, kemuliaan, dan kerajaan, sehingga semua bangsa, suku bangsa, dan bahasa mengabdi kepadanya." Deskripsi ini sangat mirip dengan penggambaran kedatangan Kristus di Perjanjian Baru.
- Zakharia 14:3-4: Nubuat ini berbicara tentang Tuhan yang akan keluar dan berperang melawan bangsa-bangsa, dan "kaki-Nya akan berjejak di Bukit Zaitun." Detail ini secara spesifik dihubungkan dengan kedatangan Kristus kembali dalam Kisah Para Rasul.
- Yesaya 9:6-7: Meskipun lebih berfokus pada kedatangan pertama, ini juga berbicara tentang "pemerintahan yang tak berkesudahan dan damai sejahtera," menunjuk pada kerajaan Mesias yang akan datang.
- Maleakhi 3:1-3: Nabi ini berbicara tentang Tuhan yang akan datang secara tiba-tiba ke Bait-Nya, "seperti api tukang pemurni logam." Ini menunjukkan kedatangan penghakiman dan pemurnian.
Nubuat-nubuat ini menciptakan fondasi teologis bagi pemahaman bahwa Allah akan secara langsung campur tangan dalam sejarah melalui Mesias-Nya, membawa keadilan, penghakiman, dan sebuah kerajaan yang kekal.
2.2. Ajaran Yesus Mengenai Kedatangan-Nya Kembali
Yesus sendiri adalah sumber utama ajaran tentang Parousia. Dia berulang kali berbicara tentang kedatangan-Nya yang kedua kali, seringkali menggunakan analogi dan perumpamaan untuk menekankan sifat dan kesiapsiagaan yang dibutuhkan.
- Matius 24, Markus 13, Lukas 21 (Khotbah di Bukit Zaitun): Ini adalah bagian paling detail dari ajaran Yesus tentang akhir zaman dan kedatangan-Nya kembali. Dia berbicara tentang tanda-tanda, kesusahan, dan kembalinya Anak Manusia "dengan awan-awan di langit dengan kuasa dan kemuliaan yang besar." Dia menekankan ketidakpastian waktu ("tidak seorang pun tahu, baik malaikat-malaikat di sorga, maupun Anak, hanya Bapa sendiri") dan perlunya berjaga-jaga.
- Matius 25 (Perumpamaan Sepuluh Gadis dan Talenta): Perumpamaan-perumpamaan ini menggambarkan pentingnya kesiapsiagaan dan tanggung jawab dalam menantikan kedatangan Tuan.
- Yohanes 14:1-3: Yesus menghibur murid-murid-Nya dengan janji: "Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada." Ini adalah janji personal dan intim akan reuni.
- Matius 26:64: Di hadapan Mahkamah Agama, Yesus menyatakan, "Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit." Sebuah pernyataan yang jelas tentang kemuliaan kedatangan-Nya yang akan datang.
2.3. Kesaksian Para Rasul dan Surat-surat Perjanjian Baru
Setelah kenaikan Yesus, para rasul melanjutkan ajaran-Nya, menggarisbawahi realitas dan pentingnya Parousia. Ini menjadi tema sentral dalam khotbah dan surat-surat mereka.
- Kisah Para Rasul 1:9-11: Setelah Yesus terangkat ke surga, dua malaikat menampakkan diri kepada murid-murid dan berkata, "Hai orang-orang Galilea, mengapa kamu berdiri memandang ke langit? Yesus ini, yang terangkat dari antara kamu ke surga, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga." Ini adalah janji yang sangat spesifik tentang sifat fisik dan visual dari kedatangan-Nya kembali.
- 1 Tesalonika 4:13-18: Paulus memberikan penghiburan kepada jemaat Tesalonika mengenai orang-orang percaya yang telah meninggal. Dia menjelaskan bahwa "Tuhan sendiri akan turun dari sorga dengan sorak-sorai, dengan suara penghulu malaikat dan dengan sangkakala Allah, dan mereka yang mati dalam Kristus akan bangkit terlebih dahulu; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan." Bagian ini adalah dasar bagi doktrin pengangkatan (rapture).
- 2 Petrus 3:3-13: Petrus membahas ejekan orang-orang yang mempertanyakan kedatangan Kristus. Dia menegaskan bahwa "hari Tuhan akan tiba seperti pencuri" dan akan diikuti oleh penghancuran langit dan bumi yang ada sekarang serta penciptaan "langit yang baru dan bumi yang baru, di mana kebenaran diam."
- 1 Yohanes 3:2: Yohanes menulis, "Kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya." Ini menyoroti aspek transformasi pribadi bagi orang percaya.
- Wahyu 1:7: "Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan, dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua suku di bumi akan meratapi Dia." Ayat ini menegaskan sifat universal dan visual dari Parousia.
Dari analisis ini, jelas bahwa Parousia adalah benang emas yang menjahit Perjanjian Lama dan Baru, menjadi janji yang sentral dan berulang yang diyakini oleh gereja mula-mula dan terus dipegang teguh hingga kini.
3. Sifat dan Cara Kedatangan Kristus Kembali
Alkitab tidak hanya menyatakan bahwa Kristus akan kembali, tetapi juga memberikan gambaran yang cukup detail tentang bagaimana kedatangan itu akan terjadi. Beberapa karakteristik kunci dapat diidentifikasi.
3.1. Kedatangan yang Nyata dan Fisik
Para malaikat di Kisah Para Rasul 1:11 dengan jelas menyatakan bahwa Yesus "akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga." Ini meniadakan gagasan bahwa Parousia adalah peristiwa spiritual belaka, sebuah kedatangan Kristus dalam hati, atau hanya sebuah pengaruh yang berkembang di dunia. Sebaliknya, ini akan menjadi kedatangan pribadi, fisik, dan kasat mata dari pribadi Yesus Kristus sendiri. Tubuh kemuliaan-Nya yang sama yang naik ke surga akan kembali.
3.2. Kedatangan yang Mulia dan Berkuasa
Tidak seperti kedatangan-Nya yang pertama dalam kerendahan hati di kandang Betlehem, kedatangan kedua akan ditandai dengan kemuliaan dan kuasa yang tak tertandingi.
- Dengan Awan-awan: Matius 24:30 menyatakan bahwa "mereka akan melihat Anak Manusia datang di atas awan-awan di langit dengan kuasa dan kemuliaan yang besar." Awan dalam Alkitab seringkali melambangkan kehadiran ilahi dan kemuliaan Tuhan (Shekinah).
- Ditemani Malaikat: Yesus akan datang dengan "segenap malaikat-Nya" (Matius 25:31), menunjukkan kebesaran dan otoritas peristiwa tersebut.
- Dengan Sorak-sorai dan Sangkakala Allah: 1 Tesalonika 4:16 menggambarkannya dengan suara "sorak-sorai, dengan suara penghulu malaikat dan dengan sangkakala Allah," menandakan peristiwa yang bersifat dramatis dan agung.
3.3. Kedatangan yang Tiba-tiba dan Tak Terduga
Meskipun ada tanda-tanda yang mendahului, Yesus menekankan sifat tiba-tiba dan tak terduga dari kedatangan-Nya.
- Seperti Pencuri: 2 Petrus 3:10 dan 1 Tesalonika 5:2-4 membandingkan kedatangan Tuhan dengan pencuri di malam hari, menekankan aspek ketidaksiapan banyak orang.
- Seperti Kilat: Matius 24:27 menyatakan, "Sebab sama seperti kilat menyambar dari timur dan memancar sampai ke barat, demikian pula kelak kedatangan Anak Manusia." Ini menyoroti kecepatan, keterlihatan, dan ketidakterdugaan.
- Waktu Tidak Diketahui: Matius 24:36 secara tegas menyatakan, "Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, baik malaikat-malaikat di sorga, maupun Anak, hanya Bapa sendiri." Ini adalah peringatan keras terhadap upaya menentukan tanggal dan ajakan untuk selalu berjaga-jaga.
3.4. Kedatangan yang Universal dan Tak Terbantahkan
Kedatangan Kristus akan menjadi peristiwa yang dapat disaksikan oleh semua orang di bumi.
- Setiap Mata Akan Melihat Dia: Wahyu 1:7 dengan jelas menyatakan, "Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan, dan setiap mata akan melihat Dia." Ini berarti tidak ada seorang pun yang dapat mengabaikan atau menyangkal realitas kedatangan-Nya.
- Penampakan Global: Berbeda dengan teori rahasia atau kedatangan yang tersembunyi, Alkitab menggambarkan Parousia sebagai penampakan publik dan global yang tidak dapat dilewatkan.
Sifat-sifat ini secara kolektif melukiskan gambaran sebuah peristiwa kosmik yang agung, mendebarkan, dan definitif, yang akan mengubah jalannya sejarah manusia untuk selamanya.
4. Tujuan Agung Parousia
Kedatangan kembali Kristus bukanlah peristiwa tanpa tujuan; sebaliknya, itu adalah puncak dari rencana penebusan Allah dan penggenapan dari berbagai aspek kehendak-Nya yang belum terselesaikan. Tujuan-tujuan ini sangat multifaset dan mendalam.
4.1. Menyempurnakan Penyelamatan Umat-Nya
Salah satu tujuan utama Parousia adalah untuk membawa keselamatan orang-orang percaya menuju kesempurnaan. Saat ini, orang percaya telah menerima keselamatan dalam Roh, tetapi tubuh mereka masih fana dan belum dimuliakan.
- Pengangkatan dan Transformasi: 1 Tesalonika 4:16-17 dan 1 Korintus 15:51-54 berbicara tentang kebangkitan orang mati dalam Kristus dan transformasi tubuh orang percaya yang masih hidup. Mereka akan menerima tubuh kemuliaan yang tidak dapat binasa, serupa dengan tubuh kebangkitan Kristus. Ini adalah finalisasi penebusan bagi individu.
- Membawa Umat-Nya ke Rumah Bapa: Yesus berjanji di Yohanes 14:3, "Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada." Ini adalah penggenapan janji akan persekutuan kekal dengan Dia.
4.2. Menghakimi Dunia dan Menegakkan Keadilan
Kedatangan Kristus kedua kali juga akan menjadi hari penghakiman universal, di mana keadilan Allah akan ditegakkan sepenuhnya.
- Penghakiman Orang Hidup dan Mati: 2 Timotius 4:1 dan Wahyu 20:11-15 dengan jelas menyatakan bahwa Kristus akan datang sebagai Hakim, menghakimi semua manusia, baik yang hidup maupun yang telah mati, berdasarkan perbuatan mereka dan respons mereka terhadap Injil.
- Menghukum Kejahatan dan Pemberontakan: Parousia akan menjadi akhir bagi setiap bentuk kejahatan, penindasan, dan pemberontakan terhadap Allah. Semua musuh-Nya akan ditaklukkan, termasuk Antikristus dan semua yang mengikutinya (2 Tesalonika 2:8).
- Menegakkan Kebenaran: Kedatangan-Nya akan membersihkan bumi dari segala ketidakadilan dan menegakkan standar kebenaran ilahi.
4.3. Menegakkan Kerajaan Kekal-Nya
Parousia adalah momen di mana Kristus akan secara definitif menegakkan kerajaan-Nya di bumi, sebuah kerajaan yang tidak akan pernah berakhir.
- Pemerintahan Seribu Tahun (bagi Premilenialis): Bagi mereka yang menganut premilenialisme, Kristus akan datang untuk mendirikan kerajaan seribu tahun-Nya (milenium) di bumi, di mana Dia akan memerintah secara fisik dari Yerusalem.
- Kerajaan Kekal: Baik premilenialis maupun amilenialis percaya bahwa kedatangan Kristus akan mengarah pada pendirian kerajaan kekal Allah yang baru di langit baru dan bumi baru, di mana Dia akan memerintah sebagai Raja segala raja dan Tuhan segala tuan. Segala otoritas dan kekuasaan akan tunduk kepada-Nya (Wahyu 11:15, 1 Korintus 15:24-28).
4.4. Pemulihan Seluruh Ciptaan
Dosa telah membawa kutuk tidak hanya kepada manusia, tetapi juga kepada seluruh ciptaan. Parousia juga akan memulai proses pemulihan kosmik.
- Pembaharuan Alam Semesta: Roma 8:19-23 berbicara tentang ciptaan yang dengan sangat rindu menantikan pernyataan anak-anak Allah, karena ciptaan itu sendiri akan "dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah."
- Langit Baru dan Bumi Baru: 2 Petrus 3:13 dan Wahyu 21:1-4 menggambarkan penciptaan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana kebenaran akan diam dan Allah akan tinggal bersama umat-Nya. Ini adalah pemulihan sempurna dari segala sesuatu yang telah rusak oleh dosa.
4.5. Penghapusan Dosa dan Kematian
Pada akhirnya, Parousia akan membawa pada penghapusan definitif dari dua musuh terbesar umat manusia: dosa dan kematian.
- Kemenangan Atas Kematian: 1 Korintus 15:26 menyatakan, "Musuh terakhir yang dibinasakan ialah maut." Kebangkitan orang percaya adalah bukti kemenangan atas kematian.
- Tidak Ada Lagi Dosa dan Penderitaan: Dalam langit baru dan bumi baru, Wahyu 21:4 berjanji, "Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama telah berlalu."
Dengan demikian, tujuan Parousia mencakup puncak keselamatan individu, penegakan keadilan ilahi, pendirian kerajaan Allah yang universal, pemulihan kosmik, dan penghapusan total dosa dan kematian. Ini adalah peristiwa yang menjanjikan akhir dari segala yang rusak dan awal dari segala yang sempurna.
5. Berbagai Interpretasi Mengenai Waktu dan Urutan Peristiwa
Meskipun ada kesepakatan luas di kalangan Kristen bahwa Yesus akan kembali, detail mengenai waktu dan urutan peristiwa seputar Parousia telah memicu berbagai interpretasi eskatologis. Perbedaan ini seringkali berkisar pada hubungan antara Kedatangan Kristus, Masa Kesusahan Besar (Tribulasi), dan Kerajaan Seribu Tahun (Milenium).
5.1. Mengenai Pengangkatan (Rapture) dan Kesusahan Besar (Tribulasi)
Konsep pengangkatan (rapture) adalah salah satu aspek yang paling diperdebatkan dalam eskatologi, terutama mengenai kapan peristiwa ini akan terjadi relatif terhadap periode Kesusahan Besar, sebuah masa penderitaan dan penghakiman yang intensif yang dinubuatkan akan terjadi sebelum kedatangan Kristus.
5.1.1. Pra-Tribulasi (Pre-Tribulation Rapture)
Pandangan ini menyatakan bahwa pengangkatan orang percaya akan terjadi *sebelum* dimulainya periode Kesusahan Besar selama tujuh tahun.
- Definisi: Gereja akan diangkat secara rahasia oleh Kristus ke surga sebelum masa penghakiman dan penderitaan terburuk datang ke bumi.
-
Argumen Utama:
- Imminensi: Kristus bisa datang kapan saja, tanpa ada tanda-tanda yang harus mendahuluinya. Jika Gereja harus melewati Tribulasi, maka kedatangan-Nya tidak lagi imininen.
- Pengecualian Gereja dari Murka: Alkitab mengajarkan bahwa Gereja tidak ditujukan untuk murka Allah (1 Tesalonika 1:10, 5:9). Kesusahan Besar dipandang sebagai periode murka Allah yang dicurahkan ke atas dunia yang menolak-Nya, serta masa penghakiman bagi Israel.
- Perbedaan Israel dan Gereja: Pendukung pandangan ini sering membedakan secara tajam antara rencana Allah untuk Israel dan rencana Allah untuk Gereja. Kesusahan Besar dilihat sebagai masa yang terutama terkait dengan Israel.
- Ayat Pendukung: 1 Tesalonika 4:16-17 (pengangkatan), Yohanes 14:1-3 (Kristus datang untuk membawa umat-Nya), Wahyu 3:10 (janji untuk menjaga dari "saat pencobaan").
- Implikasi: Memberikan pengharapan akan kebebasan dari penderitaan berat dan menekankan kesiapan yang konstan.
5.1.2. Pertengahan Tribulasi (Mid-Tribulation Rapture)
Pandangan ini menempatkan pengangkatan terjadi di *tengah-tengah* Kesusahan Besar, yaitu setelah tiga setengah tahun pertama dari tujuh tahun periode Tribulasi.
- Definisi: Orang percaya akan diangkat ke surga di tengah-tengah Tribulasi, sebelum bagian yang paling parah dari murka Allah dicurahkan (sering disebut sebagai "Kesusahan Besar yang sesungguhnya" atau "Murka Allah").
-
Argumen Utama:
- Kesusahan dan Murka: Beberapa penafsir melihat paruh pertama Tribulasi sebagai "kesusahan manusia" yang umum, yang mungkin akan dialami Gereja, tetapi paruh kedua sebagai "murka Allah" yang akan mereka hindari.
- Sangkakala Terakhir: 1 Korintus 15:52 menyebutkan pengangkatan terjadi pada "sangkakala terakhir." Beberapa mengidentifikasi ini dengan sangkakala ketujuh dalam Wahyu, yang terjadi di tengah-tengah Tribulasi.
- Ayat Pendukung: 1 Korintus 15:52, Wahyu 11:15 (sangkakala ketujuh).
- Implikasi: Orang percaya akan mengalami sebagian dari kesusahan tetapi diselamatkan dari bagian terburuknya.
5.1.3. Pasca-Tribulasi (Post-Tribulation Rapture)
Pandangan ini menyatakan bahwa pengangkatan orang percaya akan terjadi *setelah* berakhirnya Kesusahan Besar, tepat sebelum Kristus kembali ke bumi untuk mendirikan kerajaan-Nya.
- Definisi: Gereja akan mengalami seluruh periode Kesusahan Besar dan kemudian diangkat untuk bertemu Kristus di udara, lalu segera kembali bersama-Nya ke bumi.
-
Argumen Utama:
- Satu Kedatangan: Pandangan ini melihat satu kali kedatangan Kristus yang mulia untuk menjemput Gereja dan menghakimi dunia, bukan dua kedatangan (satu untuk pengangkatan, satu lagi untuk memerintah). Pengangkatan dan kedatangan kedua (Parousia) adalah satu peristiwa yang berdekatan.
- Gereja dan Penderitaan: Sejarah gereja menunjukkan bahwa orang percaya selalu mengalami kesusahan dan penganiayaan. Kesusahan Besar dianggap sebagai puncak dari penderitaan yang harus dialami Gereja.
- Ayat Pendukung: Matius 24:29-31 (Anak Manusia datang setelah kesusahan, lalu mengumpulkan umat pilihan-Nya), Markus 13:24-27, 1 Tesalonika 4:16-17 (di mana pengangkatan diikuti dengan umat percaya yang selalu bersama Tuhan, menyiratkan mereka akan bersama-Nya saat Ia kembali ke bumi).
- Implikasi: Mendorong ketahanan dan kesetiaan di tengah penganiayaan, melihat Gereja sebagai bagian integral dari rencana Allah sepanjang sejarah.
5.2. Mengenai Kerajaan Seribu Tahun (Milenium)
Selain waktu pengangkatan, perdebatan besar lainnya adalah mengenai sifat dan waktu dari "kerajaan seribu tahun" yang disebutkan dalam Wahyu 20. Tiga pandangan utama adalah Premilenialisme, Amilenialisme, dan Postmilenialisme.
5.2.1. Premilenialisme
Pandangan ini percaya bahwa Kristus akan datang *sebelum* (pre-) kerajaan seribu tahun.
- Definisi: Kedatangan Kristus yang kedua kali akan mendahului dan mengawali pemerintahan seribu tahun-Nya di bumi secara harfiah. Selama seribu tahun ini, Kristus akan memerintah secara fisik dari Yerusalem, dan orang-orang kudus yang telah dibangkitkan akan memerintah bersama-Nya. Setelah seribu tahun, Setan akan dilepaskan untuk waktu singkat, diikuti oleh pemberontakan terakhir, penghakiman akhir, dan penciptaan langit baru dan bumi baru.
-
Sub-kategori:
- Premilenialisme Dispensasional: Pandangan ini sangat menekankan perbedaan antara Israel dan Gereja. Mereka sering mendukung pandangan Pra-Tribulasi untuk Gereja, diikuti oleh Kesusahan Besar untuk Israel dan dunia, lalu Kedatangan Kristus, Milenium, dan kemudian keabadian.
- Premilenialisme Historis: Lebih fleksibel tentang waktu pengangkatan (bisa Pra-, Mid-, atau Post-Trib) dan kurang menekankan perbedaan tajam antara Israel dan Gereja dalam Milenium. Mereka melihat gereja sebagai Israel yang benar.
-
Argumen Utama:
- Interpretasi Harfiah Wahyu 20: Pengulangan "seribu tahun" enam kali dalam Wahyu 20:1-7 diinterpretasikan secara harfiah sebagai periode waktu yang nyata.
- Penggenapan Nubuat PL: Banyak nubuat Perjanjian Lama tentang kerajaan Mesias di bumi dipahami akan digenapi selama Milenium.
- Ayat Pendukung: Wahyu 20:1-7, Zakharia 14, Yesaya 11, Matius 25:31-46 (penghakiman bangsa-bangsa).
5.2.2. Amilenialisme
Pandangan ini menolak (a-, berarti "tidak" atau "tanpa") adanya kerajaan seribu tahun secara harfiah di bumi setelah Kedatangan Kristus.
- Definisi: Kerajaan seribu tahun dalam Wahyu 20 diinterpretasikan secara simbolis. Milenium dipandang sebagai periode yang sedang berlangsung saat ini, yaitu antara kedatangan pertama Kristus dan kedatangan kedua-Nya. Selama periode ini, Kristus memerintah dari surga, orang-orang kudus memerintah bersama-Nya di surga (termasuk orang percaya yang telah meninggal), dan Setan diikat agar tidak menyesatkan bangsa-bangsa sepenuhnya. Kedatangan Kristus yang kedua akan mengakhiri era ini, diikuti segera oleh kebangkitan umum, penghakiman akhir, dan penciptaan langit baru dan bumi baru.
-
Argumen Utama:
- Interpretasi Simbolis Wahyu: Kitab Wahyu secara umum dipahami mengandung banyak simbolisme, dan "seribu tahun" dilihat sebagai metafora untuk "periode waktu yang panjang dan sempurna" yang mencakup seluruh era gereja.
- Pusat Pemerintahan Kristus Sekarang: Kristus telah naik ke surga dan memerintah sebagai Raja sekarang, duduk di sebelah kanan Allah Bapa (Efesus 1:20-22).
- Satu Kebangkitan Umum: Mereka melihat satu kebangkitan umum bagi orang benar dan orang tidak benar pada kedatangan Kristus (Yohanes 5:28-29, Kisah Para Rasul 24:15).
- Ayat Pendukung: Efesus 1:20-22, Kolose 1:13, Matius 13 (perumpamaan kerajaan), Wahyu 20 (dipahami secara simbolis).
5.2.3. Postmilenialisme
Pandangan ini percaya bahwa Kristus akan datang *setelah* (post-) kerajaan seribu tahun.
- Definisi: Milenium dipandang sebagai periode panjang (tidak harus harfiah 1000 tahun) di mana Injil akan menyebar dan semakin banyak orang akan menerima Kristus, menghasilkan masa keemasan perdamaian, keadilan, dan kemakmuran di bumi. Ini bukan kerajaan fisik Kristus di bumi, melainkan pengaruh moral dan spiritual kerajaan-Nya melalui Gereja. Dunia akan mengalami tingkat kekristenan yang sangat tinggi dan keadilan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya. Setelah periode ini, Kristus akan kembali.
-
Argumen Utama:
- Optimisme terhadap Injil: Didorong oleh keyakinan akan kekuatan dan keberhasilan Injil yang tak terbendung untuk mengubah masyarakat.
- Mandat Budaya: Mendorong umat percaya untuk aktif dalam mengubah dan mengkristenkan budaya dan institusi masyarakat.
- Ayat Pendukung: Matius 28:18-20 (Amanat Agung), Matius 13 (perumpamaan biji sesawi dan ragi), Mazmur 2:8 (bangsa-bangsa sebagai warisan Kristus).
Perbedaan-perbedaan ini, meskipun signifikan, tidak seharusnya memecah belah umat percaya. Inti iman bahwa Kristus akan kembali tetap dipegang oleh semua denominasi Kristen, dan perbedaan interpretasi mencerminkan kekayaan dan kompleksitas nubuat Alkitab. Yang terpenting adalah kesiapsiagaan dan kesetiaan dalam menantikan kedatangan-Nya.
6. Tanda-Tanda Kedatangan Kristus – Sebuah Analisis
Yesus dan para rasul-Nya memberikan berbagai tanda yang akan mendahului atau menyertai kedatangan-Nya yang kedua kali. Tanda-tanda ini berfungsi sebagai peringatan dan pendorong bagi umat percaya untuk berjaga-jaga dan tetap setia. Namun, penting untuk diingat bahwa tanda-tanda ini bukanlah alat untuk menentukan tanggal, melainkan penunjuk arah.
6.1. Tanda-Tanda Umum (Tanda-Tanda "Permulaan Sakit Bersalin")
Yesus sendiri menyebut beberapa tanda sebagai "permulaan sakit bersalin," menyiratkan bahwa tanda-tanda ini akan meningkat dalam intensitas dan frekuensi seiring mendekatnya akhir zaman.
- Perang dan Desas-desus Perang (Matius 24:6-7): Konflik global dan regional, perselisihan antar bangsa, dan ketidakstabilan geopolitik. Ini telah menjadi ciri khas sejarah manusia, tetapi Alkitab menunjuk pada peningkatan intensitasnya.
- Kelaparan (Matius 24:7): Krisis pangan, kemiskinan ekstrem, dan kekurangan gizi yang meluas di berbagai belahan dunia.
- Gempa Bumi di Berbagai Tempat (Matius 24:7): Peningkatan aktivitas seismik dan bencana alam.
- Wabah Penyakit/Sampar (Lukas 21:11): Kemunculan dan penyebaran penyakit menular yang mengancam kesehatan global.
- Peningkatan Kejahatan dan Kejahatan Global: Meskipun tidak secara eksplisit di Matius 24, Yesus berbicara tentang "Kasih kebanyakan orang akan mendingin" karena "kedurhakaan makin bertambah" (Matius 24:12). Ini bisa mencakup ketidakadilan sistemik, korupsi, dan penurunan moralitas.
Penting untuk dicatat bahwa tanda-tanda ini telah ada sepanjang sejarah. Yang Alkitab tekankan adalah peningkatan frekuensi, skala, dan intensitasnya seiring mendekatnya akhir zaman, menciptakan suasana kekacauan dan ketidakpastian global.
6.2. Tanda-Tanda Religius dan Spiritual
Selain tanda-tanda umum, ada pula perubahan signifikan dalam bidang spiritual dan religius.
- Banyak Nabi Palsu dan Mesias Palsu (Matius 24:5, 11, 24): Akan ada klaim-klaim palsu tentang kedatangan Kristus atau orang-orang yang mengklaim diri sebagai Kristus, menyesatkan banyak orang dengan tanda-tanda dan mukjizat palsu.
- Penyesatan (Matius 24:4): Penyesatan yang meluas, bahkan di kalangan orang percaya, yang menjauhkan mereka dari kebenaran Injil. Ini bisa berupa ajaran sesat yang merajalela atau pengabaian doktrin-doktrin fundamental.
- Penganiayaan Terhadap Orang Percaya (Matius 24:9-10): Orang Kristen akan dibenci, dianiaya, dan bahkan dibunuh karena iman mereka. Ini akan menyebabkan banyak orang murtad dan saling membenci.
- Penginjilan ke Seluruh Dunia (Matius 24:14): Ini adalah salah satu tanda yang paling penting. "Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya." Ini menunjukkan bahwa pekerjaan misi global harus mencapai puncaknya sebelum Kristus kembali.
- Kemurtadan Besar (2 Tesalonika 2:3, 1 Timotius 4:1): Akan ada kejatuhan iman yang masif di antara sebagian orang yang mengaku percaya, meninggalkan kebenaran dan mengikuti roh-roh penyesat.
6.3. Tanda-Tanda Geopolitik dan Kesusahan Besar
Beberapa tanda lebih spesifik mengarah pada peristiwa-peristiwa besar yang mendahului kedatangan Kristus.
- Kesusahan Besar (Matius 24:21): Yesus berbicara tentang "kesusahan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak permulaan dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi." Ini adalah periode penderitaan dan penghakiman intensif yang akan dialami dunia.
- Kemunculan Antikristus (2 Tesalonika 2:3-4, Wahyu 13): Akan muncul seorang pribadi yang menentang Kristus, duduk di Bait Allah dan menyatakan diri sebagai Allah, serta memimpin sistem politik dan ekonomi global.
- Tanda di Langit (Matius 24:29-30, Lukas 21:25-27): "Matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan digoncangkan." Ini adalah fenomena kosmik yang dramatis yang akan menyertai kedatangan Kristus.
- Kembalinya Israel ke Tanah Mereka: Meskipun bukan tanda langsung yang disebut Yesus, banyak teolog dispensasional melihat pemulihan bangsa Israel ke tanah mereka pada abad ke-20 sebagai penggenapan nubuat yang signifikan yang menunjukkan bahwa akhir zaman sudah dekat. Ini sering dikaitkan dengan janji-janji Perjanjian Lama mengenai pemulihan Israel.
- Pembangunan Kembali Bait Allah (2 Tesalonika 2:4, Matius 24:15): Beberapa penafsir percaya bahwa pembangunan kembali Bait Allah di Yerusalem (di mana Antikristus akan duduk) adalah tanda penting yang harus terjadi sebelum Kesusahan Besar dan Parousia.
6.4. Peringatan dalam Menginterpretasikan Tanda-Tanda
Meskipun penting untuk memperhatikan tanda-tanda, Alkitab juga memberikan peringatan penting:
- Jangan Menentukan Tanggal: Yesus dengan tegas menyatakan bahwa tidak seorang pun tahu hari atau jam kedatangan-Nya (Matius 24:36). Upaya untuk menentukan tanggal selalu terbukti salah dan dapat menyebabkan penyesatan dan keputusasaan.
- Fokus pada Kesiapsiagaan, Bukan Spekulasi: Tujuan tanda-tanda adalah untuk mendorong kewaspadaan dan kesiapan rohani, bukan untuk spekulasi berlebihan atau paranoia. Orang percaya dipanggil untuk hidup kudus dan melayani, seolah-olah Kristus akan datang hari ini.
- Persepsi yang Seimbang: Hindari ekstremitas. Jangan mengabaikan tanda-tanda sama sekali, tetapi juga jangan menjadi terlalu obsesif dan menginterpretasikan setiap peristiwa dunia sebagai tanda akhir zaman yang definitif. Banyak peristiwa yang mirip dengan tanda-tanda telah terjadi sepanjang sejarah.
Tanda-tanda ini berfungsi sebagai pengingat akan kebenaran bahwa Allah berdaulat atas sejarah dan bahwa Dia akan memenuhi semua janji-Nya pada waktu-Nya sendiri. Ini memanggil umat percaya untuk hidup dengan harapan, kewaspadaan, dan kesetiaan.
7. Implikasi Teologis dan Praktis dari Parousia
Doktrin Parousia bukan hanya teori abstrak tentang masa depan; ia memiliki implikasi yang mendalam dan transformatif bagi teologi Kristen dan kehidupan praktis umat percaya.
7.1. Implikasi Teologis
Kedatangan Kristus yang kedua kali memperkuat dan mengintegrasikan berbagai doktrin Kristen lainnya.
- Kedaulatan dan Kesetiaan Allah: Parousia adalah bukti pamungkas bahwa Allah memegang kendali penuh atas sejarah dan bahwa Dia setia pada setiap janji-Nya. Janji tentang Kedatangan Mesias yang pertama telah digenapi, demikian pula janji tentang Kedatangan yang kedua. Ini menguatkan iman akan kedaulatan Allah.
- Puncak Rencana Penebusan: Ini menegaskan bahwa salib, kebangkitan, dan kenaikan Kristus bukanlah akhir dari kisah, melainkan bagian dari rencana yang lebih besar yang mencapai puncaknya dalam pembaharuan seluruh ciptaan. Penebusan Kristus tidak hanya untuk individu tetapi untuk kosmos.
- Keadilan Ilahi yang Pasti: Parousia menjamin bahwa pada akhirnya, semua kejahatan, ketidakadilan, dan penderitaan akan ditangani oleh Hakim yang adil. Tidak ada yang akan luput dari pengadilan-Nya, dan semua ketidakadilan akan diluruskan. Ini adalah penegasan definitif dari keadilan atribut ilahi Allah.
- Natur Kekal Manusia: Doktrin kebangkitan tubuh yang terkait dengan Parousia menekankan bahwa manusia adalah makhluk yang kekal, dengan tubuh dan roh. Ini menolak pandangan bahwa eksistensi pasca-kematian hanyalah spiritual atau tidak berwujud.
- Pentingnya Gereja: Gereja adalah agen Allah dalam memberitakan Injil Kerajaan sebelum Kedatangan Kristus. Keberadaan dan misi Gereja menjadi sangat penting dalam mempersiapkan jalan bagi Raja yang akan datang.
7.2. Implikasi Praktis bagi Umat Percaya
Pengajaran tentang Parousia memiliki dampak langsung dan signifikan pada cara hidup, berpikir, dan bertindak seorang Kristen.
- Sumber Harapan dan Penghiburan (1 Tesalonika 4:18): Di tengah dunia yang penuh penderitaan, penyakit, kematian, dan kekecewaan, janji Kedatangan Kristus adalah jangkar bagi jiwa. Ini memberikan penghiburan bahwa penderitaan saat ini adalah sementara dan bahwa ada masa depan yang lebih baik, di mana "segala air mata akan dihapus." Ini memberi kekuatan untuk bertahan dalam kesulitan.
-
Motivasi untuk Kekudusan (1 Yohanes 3:2-3): Harapan akan melihat Kristus "sebagaimana Dia adanya" mendorong orang percaya untuk memurnikan diri dan hidup dalam kekudusan. Mengetahui bahwa kita akan berdiri di hadapan-Nya menginspirasi kita untuk hidup dengan integritas, moralitas, dan kesalehan.
"Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia adalah suci." (1 Yohanes 3:3)
- Mendesak untuk Memberitakan Injil (Matius 24:14): Kesadaran akan kedekatan Kedatangan Kristus menumbuhkan urgensi untuk membagikan Injil kepada semua bangsa. Janji bahwa "Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia... sesudah itu barulah tiba kesudahannya" menjadi panggilan untuk partisipasi aktif dalam misi global.
- Kesiapsiagaan dan Kewaspadaan (Matius 25, Lukas 12:35-40): Karena waktu Kedatangan-Nya tidak diketahui, orang percaya didorong untuk selalu berjaga-jaga dan siap sedia, seperti hamba yang menunggu tuannya atau gadis-gadis bijaksana yang menyiapkan pelita mereka. Ini berarti hidup dalam doa, ketaatan, dan pelayanan yang setia.
- Orientasi Nilai yang Berubah (Kolose 3:1-2): Harapan akan Parousia menggeser fokus dari kesenangan dan kekayaan duniawi yang sementara kepada nilai-nilai kekal. Orang percaya diajak untuk "mencari perkara yang di atas, bukan yang di bumi," menginvestasikan hidup mereka pada hal-hal yang memiliki arti kekal.
- Sikap Sabar dan Gigih (Yakobus 5:7-8): Penantian akan Parousia membutuhkan kesabaran. Petani yang menantikan hasil panennya harus sabar, demikian pula orang percaya harus bersabar dalam menghadapi ujian dan menantikan kedatangan Tuhan. Kesabaran ini adalah buah dari iman yang berpengharapan.
- Mendorong Kesatuan (Filipi 2:1-4): Meskipun ada perbedaan interpretasi, inti harapan akan Kristus yang kembali dapat menyatukan umat percaya dalam tujuan bersama dan kasih Kristiani, melampaui perbedaan-perbedaan kecil.
Singkatnya, Parousia bukan hanya sebuah peristiwa di masa depan, melainkan kebenaran yang hidup yang harus membentuk realitas saat ini bagi setiap pengikut Kristus. Ia memberikan makna, tujuan, dan kekuatan untuk hidup yang berdampak hingga Hari Kedatangan-Nya.
8. Kesalahpahaman Umum dan Peringatan Seputar Parousia
Meskipun Parousia adalah doktrin fundamental dan penuh pengharapan, seiring waktu telah muncul berbagai kesalahpahaman dan interpretasi yang keliru, yang dapat menyebabkan kekecewaan, ketakutan, atau penyesatan. Penting untuk mengidentifikasi dan mengoreksi pandangan-pandangan ini.
8.1. Penentuan Tanggal dan Spekulasi Waktu
Ini adalah kesalahpahaman yang paling umum dan berbahaya. Meskipun Alkitab memberikan tanda-tanda, Yesus dengan sangat jelas menyatakan:
"Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, baik malaikat-malaikat di sorga, maupun Anak, hanya Bapa sendiri." (Matius 24:36)
Sepanjang sejarah, banyak individu dan kelompok telah mencoba untuk menghitung atau memprediksi tanggal kedatangan Kristus, dan semuanya telah gagal. Kegagalan ini tidak hanya merusak kredibilitas mereka, tetapi juga menyebabkan keputusasaan di antara pengikut, pengabaian tugas-tugas duniawi, dan kadang-kadang bahkan penarikan diri dari masyarakat secara ekstrem. Alkitab mendorong kewaspadaan, bukan spekulasi.
8.2. Parousia sebagai Metafora Semata
Beberapa pandangan teologis modern cenderung menafsirkan Parousia secara metaforis atau simbolis saja, misalnya sebagai "kedatangan" Kristus dalam pengalaman spiritual pribadi, atau sebagai kekuatan moral Injil yang secara bertahap mengubah dunia. Pandangan ini mengabaikan kesaksian Alkitab yang jelas tentang Kedatangan Kristus yang fisik, pribadi, dan kasat mata. Kisah Para Rasul 1:11 sangat spesifik: "Yesus ini... akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga," yaitu secara fisik dan tampak.
8.3. Fatalisme atau Sikap Pasif
Kesalahpahaman lain adalah mengadopsi sikap fatalisme atau pasifisme. Beberapa orang mungkin berpikir, "Jika Kristus akan segera datang, mengapa harus berusaha untuk mengubah dunia atau melakukan tugas-tugas sehari-hari?" Ini bertentangan dengan ajaran Alkitab. Perumpamaan tentang talenta (Matius 25:14-30) dan gadis-gadis bijaksana (Matius 25:1-13) mengajarkan kita untuk menjadi setia, produktif, dan siap sedia dalam tugas-tugas yang telah dipercayakan kepada kita sampai Dia datang. Pengharapan akan Parousia seharusnya memotivasi kita untuk bekerja lebih keras, bukan menjadi malas.
8.4. Ketakutan yang Berlebihan atau Paranoid
Sementara kewaspadaan itu penting, Parousia seharusnya tidak menyebabkan ketakutan atau paranoia yang melumpuhkan. Bagi orang percaya, Kedatangan Kristus adalah "pengharapan yang penuh bahagia" (Titus 2:13), bukan sumber ketakutan. Ketakutan seringkali muncul dari kesalahpahaman tentang murka Allah atau dari spekulasi yang tidak berdasar. Allah telah memberikan Roh yang penuh kasih, kuasa, dan ketertiban, bukan roh ketakutan (2 Timotius 1:7).
8.5. Obsesi Terhadap Drama daripada Etika
Beberapa orang mungkin terlalu fokus pada detail-detail dramatis dari akhir zaman — Antikristus, tanda-tanda, urutan peristiwa – sehingga mengabaikan implikasi etis dan panggilan untuk hidup kudus dan melayani sesama. Pengajaran Alkitab tentang Parousia selalu berujung pada panggilan untuk kekudusan, kasih, keadilan, dan misi, bukan hanya untuk hiburan atau spekulasi yang tidak produktif.
8.6. Menghubungkan Semua Peristiwa Dunia dengan Tanda Akhir Zaman
Meskipun ada tanda-tanda, tidak setiap peristiwa buruk (gempa bumi, perang, wabah) harus diinterpretasikan sebagai tanda definitif bahwa Kristus akan datang "besok." Tanda-tanda ini bersifat umum dan telah ada sepanjang sejarah. Yesus sendiri mengatakan itu adalah "permulaan sakit bersalin," menunjukkan bahwa itu akan menjadi proses yang berkembang. Interpretasi yang terlalu agresif terhadap setiap berita utama sebagai penggenapan nubuat dapat mengarah pada kelelahan eskatologis dan hilangnya kredibilitas.
8.7. Mengabaikan Perjanjian Lama dalam Interpretasi
Beberapa interpretasi Parousia hanya berfokus pada Perjanjian Baru dan mengabaikan akar nubuat di Perjanjian Lama. Ini dapat menyebabkan pemahaman yang kurang lengkap atau terdistorsi, terutama mengenai peran Israel, kerajaan, dan sifat pemulihan kosmik.
Dengan memahami dan menghindari kesalahpahaman ini, umat percaya dapat mempertahankan pandangan yang sehat, seimbang, dan Alkitabiah tentang Parousia, menjadikannya sumber pengharapan yang kuat dan motivasi yang positif dalam hidup mereka.
9. Perspektif Historis dan Relevansi Kontemporer
Doktrin Parousia telah menjadi pendorong utama dalam sejarah kekristenan dan terus menjadi relevan dalam dunia yang terus berubah.
9.1. Parousia dalam Sejarah Gereja
Sejak awal, gereja telah menantikan Kedatangan Kristus.
- Gereja Mula-mula: Para rasul dan orang-orang Kristen perdana hidup dengan pengharapan yang kuat akan kedatangan kembali Kristus yang segera (Marana Tha – Tuhan, datanglah! – 1 Korintus 16:22). Penantian ini memberi mereka keberanian dalam menghadapi penganiayaan dan mendorong mereka untuk menyebarkan Injil.
- Bapa Gereja: Meskipun ada perbedaan penafsiran milenium (seperti Agustinus yang amilenialis versus Papias yang premilenialis), keyakinan pada Kedatangan Kristus tetap fundamental.
- Reformasi: Para Reformator seperti Luther dan Calvin juga memegang teguh doktrin Kedatangan Kristus, meskipun mereka cenderung menafsirkan nubuat akhir zaman secara lebih simbolis atau mengidentifikasi Paus sebagai Antikristus.
- Gerakan Milenialis Abad ke-19 dan ke-20: Abad-abad ini menyaksikan kebangkitan minat yang luar biasa dalam eskatologi, khususnya dengan munculnya premilenialisme dispensasional dan penekanan pada pengangkatan pra-tribulasi. Ini sangat memengaruhi pemikiran evangelis modern.
Sepanjang sejarah, cara gereja memahami dan berinteraksi dengan Parousia telah membentuk liturgi, misi, etika, dan bahkan struktur sosial mereka.
9.2. Relevansi Parousia di Zaman Kontemporer
Dalam abad ke-21 yang serba cepat dan kompleks, doktrin Parousia tetap sangat relevan.
- Di Tengah Krisis Global: Di tengah pandemi, konflik geopolitik, krisis iklim, dan ketidakpastian ekonomi, janji Kedatangan Kristus memberikan jangkar harapan yang tak tergoyahkan. Ia mengingatkan kita bahwa ada kuasa yang lebih besar dari kekacauan manusia dan bahwa Allah akan memiliki kata terakhir.
- Menghadapi Skeptisisme dan Sekularisme: Dalam masyarakat yang semakin sekuler dan skeptis terhadap iman, Parousia menantang pandangan bahwa sejarah hanyalah siklus acak tanpa tujuan. Ia menegaskan bahwa sejarah bergerak menuju klimaks ilahi dan bahwa hidup memiliki makna dan tujuan yang transenden.
- Mendorong Keadilan Sosial: Meskipun Parousia adalah tentang kedatangan Kristus di masa depan, implikasinya untuk keadilan sekarang sangat penting. Pengharapan akan Raja yang akan menegakkan keadilan dan kebenaran mendorong umat percaya untuk menjadi agen keadilan dan belas kasihan di dunia saat ini, memerangi penindasan dan membela yang lemah.
- Fokus pada Kekekalan: Dalam budaya yang didorong oleh konsumsi dan kepuasan instan, Parousia memanggil kita untuk mengangkat pandangan kita dari yang fana kepada yang kekal. Ini membantu kita memprioritaskan hal-hal yang benar-benar penting dan menginvestasikan hidup kita pada hal-hal yang akan bertahan.
- Dorongan untuk Misi dan Evangelisasi: Dengan jutaan orang masih belum mengenal Kristus, urgensi untuk memberitakan Injil Kerajaan menjadi lebih besar mengingat janji bahwa Kedatangan Kristus akan terjadi setelah Injil diberitakan kepada semua bangsa.
Dalam menghadapi tantangan dan kompleksitas zaman modern, Parousia tetap menjadi suara kenabian yang kuat, memanggil gereja untuk hidup dengan tujuan, pengharapan, dan kesetiaan, sambil menantikan Raja yang akan datang untuk menyempurnakan segala sesuatu.
10. Kesimpulan: Harapan yang Hidup dan Panggilan untuk Kesiapsiagaan
Parousia, Kedatangan Kristus yang kedua kali, adalah janji yang paling agung dan dinantikan dalam Alkitab. Ini adalah puncak dari rencana penebusan Allah, penggenapan nubuat yang tak terhitung jumlahnya, dan penegasan definitif dari kedaulatan, keadilan, dan kasih-Nya. Dari etimologi kata Yunani hingga akar-akar kuno dalam nubuat Perjanjian Lama, dari ajaran langsung Yesus hingga penjelasan para rasul, semua menunjuk pada satu realitas yang pasti: Kristus akan kembali.
Kedatangan-Nya tidak akan dalam kerendahan hati seperti yang pertama, melainkan dalam kemuliaan, kuasa, dan keagungan yang tak tertandingi. Ini akan menjadi peristiwa yang fisik, universal, dan tak terbantahkan, disaksikan oleh setiap mata di bumi. Tujuan-Nya adalah untuk menyempurnakan keselamatan umat-Nya, menghakimi dunia dalam kebenaran, menegakkan Kerajaan-Nya yang kekal, memulihkan seluruh ciptaan dari kutuk dosa, dan pada akhirnya menghapuskan dosa serta kematian untuk selamanya.
Meskipun terdapat beragam interpretasi mengenai waktu dan urutan peristiwa seputar Kedatangan-Nya — seperti perdebatan seputar pra-tribulasi, mid-tribulasi, pasca-tribulasi, serta premilenialisme, amilenialisme, dan postmilenialisme — inti dari pengharapan ini tetap tidak tergoyahkan. Perbedaan-perbedaan ini, meskipun penting untuk studi teologis, tidak boleh mengaburkan kebenaran sentral dan panggilan fundamental bagi setiap umat percaya.
Tanda-tanda yang disebutkan oleh Alkitab, mulai dari perang dan bencana hingga penyesatan dan penginjilan global, berfungsi sebagai peringatan dan pendorong, bukan sebagai alat untuk spekulasi tanggal yang tidak berdasar. Kita dipanggil untuk mengamati tanda-tanda zaman, bukan untuk menentukan hari atau jam yang tidak seorang pun tahu kecuali Bapa.
Implikasi dari doktrin Parousia sangat luas, baik secara teologis maupun praktis. Secara teologis, ia menegaskan kedaulatan Allah, puncak penebusan, dan kepastian keadilan ilahi. Secara praktis, ia adalah sumber pengharapan dan penghiburan yang tak terbatas di tengah penderitaan. Ia memotivasi kita untuk hidup dalam kekudusan, mendorong kita untuk memberitakan Injil dengan urgensi, dan menuntut kesiapsiagaan serta kewaspadaan yang konstan. Ini mengubah orientasi nilai-nilai kita, dari yang fana kepada yang kekal, dan memanggil kita untuk kesabaran yang gigih.
Kita harus berhati-hati terhadap kesalahpahaman umum: menghindari penentuan tanggal yang gegabah, menolak interpretasi metaforis yang mengabaikan sifat fisik Kedatangan-Nya, serta menjauhkan diri dari fatalisme, ketakutan yang berlebihan, dan obsesi berlebihan terhadap drama eskatologis yang mengabaikan panggilan etis.
Dalam setiap periode sejarah gereja, Parousia telah menjadi batu penjuru iman, membentuk cara umat percaya hidup, menderita, dan bersaksi. Di era kontemporer, di tengah ketidakpastian global dan tantangan spiritual, pengharapan ini tetap relevan dan penting. Ia memberikan perspektif yang melampaui keadaan sekarang, mendorong kita untuk menjadi agen keadilan, dan memotivasi kita untuk terus memberitakan kabar baik hingga Dia datang.
Maka, marilah kita hidup dengan kesiapan yang penuh kasih, hati yang berjaga-jaga, dan tangan yang bekerja. Marilah kita memegang teguh "pengharapan yang penuh bahagia" ini, mengetahui bahwa janji Kedatangan Kristus yang mulia adalah kepastian ilahi yang akan mengubah segalanya. Marana Tha! Tuhan Yesus, datanglah segera!