Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang memberikan petunjuk dan peringatan bagi umat manusia. Salah satu ayat yang memiliki makna mendalam dan relevan untuk direnungkan adalah An Nisa ayat 140. Ayat ini secara tegas melarang kaum beriman untuk bermain-main atau meremehkan urusan agama, terutama dalam konteks keimanan dan hubungan dengan Allah SWT.
"Dan sesungguhnya Allah telah menurunkan (ketentuan) kepada kamu di dalam Al-Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk serta mereka, hingga mereka masuk ke dalam percakapan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu tetap duduk) tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir semuanya di dalam neraka Jahanam."
Ayat 140 dari Surah An Nisa ini memiliki pesan yang sangat kuat mengenai sikap seorang mukmin terhadap agamanya. Allah SWT mengingatkan bahwa apabila mendengar ayat-ayat-Nya diingkari, dihina, atau dijadikan bahan olok-olok oleh orang-orang yang tidak beriman, maka seorang mukmin dilarang keras untuk tetap duduk bersama mereka.
Larangan ini bukan sekadar anjuran pasif, melainkan sebuah ketegasan untuk menjauhkan diri dari lingkungan atau situasi yang merendahkan ajaran agama. Ada beberapa alasan mendasar mengapa Allah memerintahkan hal ini. Pertama, menjaga kehormatan agama itu sendiri. Ayat-ayat Allah adalah kalam ilahi yang suci dan penuh petunjuk. Meremehkannya adalah bentuk ketidakberimanan yang serius.
Kedua, melindungi keimanan diri sendiri. Duduk di tengah-tengah orang yang menghina agama dapat berpotensi mengikis keyakinan seseorang. Lingkungan yang negatif dapat memengaruhi pola pikir dan hati, menyebabkan keraguan atau bahkan penerimaan terhadap pandangan yang sesat. Oleh karena itu, menjauh adalah bentuk ikhtiar untuk menjaga benteng keimanan.
Ketiga, ayat ini menegaskan bahwa orang yang turut duduk dan tidak beranjak saat ayat-ayat Allah dihina, pada hakikatnya dianggap serupa dengan pelaku penghinaan itu sendiri. Ini adalah peringatan keras bahwa persetujuan diam-diam atau ketidakpedulian bisa berujung pada kesamaan dosa. Konsekuensinya adalah dikumpulkannya orang-orang munafik dan kafir di neraka Jahanam.
Di era digital saat ini, An Nisa ayat 140 memiliki relevansi yang semakin kuat. Media sosial, forum online, dan berbagai platform komunikasi sering kali menjadi tempat di mana ajaran agama, simbol-simbol keislaman, atau bahkan individu yang berpegang teguh pada agamanya menjadi sasaran ejekan, hinaan, atau penyebaran informasi yang keliru. Fenomena ini bisa terjadi dalam bentuk meme yang melecehkan, komentar bernada sinis terhadap ibadah, atau diskusi yang sengaja memutarbalikkan fakta keagamaan.
Dalam situasi seperti ini, An Nisa ayat 140 mengajak kita untuk bersikap bijak. Alih-alih ikut terlibat dalam perdebatan yang sia-sia dan kontraproduktif, atau bahkan hanya menjadi penonton pasif yang menikmati olok-olok tersebut, kita diperintahkan untuk menjauh. Ini berarti tidak membagikan konten yang menghina agama, tidak memberikan "like" atau komentar yang mengamini, dan jika memungkinkan, memblokir atau melaporkan akun yang menyebarkan hal negatif tersebut. Menjauh bukan berarti lari dari tanggung jawab, melainkan menghindari dampak negatif yang lebih besar pada diri sendiri dan lingkungan.
Selanjutnya, ayat ini juga mendorong kita untuk lebih proaktif dalam menyebarkan kebenaran dan keindahan ajaran Islam. Jika kita menjauh dari lingkungan yang merendahkan agama, maka sebaiknya kita juga mengisi waktu dan energi kita untuk mempelajari, mengamalkan, dan menyebarkan nilai-nilai luhur agama kita dengan cara yang santun dan konstruktif. Membangun komunitas yang positif, berbagi ilmu yang bermanfaat, dan menjadi contoh akhlak yang baik adalah bentuk perlawanan yang lebih elegan dan efektif terhadap segala bentuk pelecehan agama.
An Nisa ayat 140 adalah pengingat abadi bahwa keimanan bukanlah sesuatu yang boleh dianggap enteng. Kita tidak hanya dituntut untuk percaya, tetapi juga untuk menjaga kehormatan keyakinan kita. Ini berarti kita perlu memiliki kesadaran untuk mengenali kapan sebuah situasi berpotensi merendahkan agama, dan mengambil sikap yang sesuai dengan tuntunan ilahi. Ketaatan dalam hal ini adalah bentuk cinta dan penghormatan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Dengan memahami dan mengamalkan An Nisa ayat 140, diharapkan setiap mukmin dapat menjaga kemurnian iman, menjauhi hal-hal yang dapat merusak hubungan spiritualnya dengan Allah, dan menjadi pribadi yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai agama dalam setiap aspek kehidupannya. Ini adalah jalan menuju ketenangan batin dan keselamatan di dunia dan akhirat.