Surah An-Nisa, ayat 141, adalah sebuah permata dalam Al-Qur'an yang menggarisbawahi hakikat keimanan sejati dan bagaimana seorang mukmin seharusnya bersikap dalam menghadapi berbagai situasi, terutama dalam menghadapi ujian dan godaan dari kaum munafik atau mereka yang memiliki niat buruk. Ayat ini mengingatkan kita bahwa tidak semua orang yang mengaku beriman benar-benar memiliki keyakinan yang kokoh.
وَلَا تَمُنُّوا بِأَيْمَانِكُمْ عَلَىٰٓ أَحَدٍ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ وَكَانَ ٱللَّه ُ عَلِيمًا حَكِيمًا "Dan janganlah kamu memberi (nikmat) kepada orang lain bukan karena kamu memberi (kepada mereka) dengan maksud (akan mendapat imbalan) dan (jangan pula kamu) mengungkit-ungkit pemberianmu, padahal kamu sekalian tidak menyembunyikan (apa yang ada) dalam hatimu dan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada dalam (semua) langit dan apa yang ada di (semua) bumi; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. An-Nisa: 141)
Ayat ini turun sebagai respons terhadap perilaku sebagian orang pada masa Nabi Muhammad SAW yang ketika bersumpah dengan nama Allah, terkadang disertai motif tersembunyi atau keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Mereka bersumpah seolah-olah memberikan sesuatu, namun sebenarnya ada udang di balik batu. Ada juga yang bersumpah untuk melakukan sesuatu, namun kemudian tidak jadi melakukannya atau melakukan sebaliknya, karena adanya keraguan atau pengaruh dari pihak luar, terutama dari kaum munafik yang senantiasa berusaha menggoyahkan keyakinan umat Islam.
Lebih jauh, ayat ini juga menyentuh aspek penting dalam berinteraksi, yaitu menghindari mengungkit-ungkit pemberian. Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini menyiratkan larangan untuk bersikap munafik dalam sumpah dan janji. Seseorang tidak boleh mempermainkan sumpah demi kepentingannya sendiri atau menggunakan sumpah tersebut untuk memperdaya orang lain. Allah Maha Tahu niat tulus atau tersembunyi di balik setiap ucapan dan perbuatan.
Bagian pertama dari ayat ini, "Dan janganlah kamu memberi (nikmat) kepada orang lain bukan karena kamu memberi (kepada mereka) dengan maksud (akan mendapat imbalan)...", memberikan pelajaran berharga. Ini mengarah pada larangan bersumpah atas nama Allah untuk tujuan yang tidak lurus. Misalnya, bersumpah untuk berbuat baik, namun niatnya adalah agar dipuji atau mendapatkan imbalan duniawi. Allah menginginkan ketulusan dalam setiap ibadah dan perbuatan, termasuk dalam sumpah.
Selanjutnya, peringatan, "...dan (jangan pula kamu) mengungkit-ungkit pemberianmu...", menekankan pentingnya ikhlas dalam bersedekah atau memberikan bantuan. Ketika seseorang telah memberikan sesuatu, ia tidak seharusnya mengharapkan balasan langsung atau mengungkitnya di kemudian hari untuk menyakiti perasaan penerima. Perbuatan baik yang dilakukan karena Allah semata akan mendatangkan pahala dan keberkahan. Mengungkit pemberian justru mengurangi nilai amalan tersebut.
Ayat ini kemudian diperkuat dengan pernyataan, "padahal kamu sekalian tidak menyembunyikan (apa yang ada) dalam hatimu dan bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada dalam (semua) langit dan apa yang ada di (semua) bumi; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." Kalimat ini menegaskan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi di dalam hati. Tidak ada satupun yang luput dari pengetahuan-Nya.
Pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu di alam semesta. Oleh karena itu, seorang mukmin sejati tidak akan berani mempermainkan sumpah atau berbuat munafik, karena ia sadar bahwa Allah senantiasa mengawasi. Ketaatan yang tulus lahir dari kesadaran akan kebesaran dan pengetahuan Allah.
Pengetahuan Allah yang luas ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita untuk selalu menjaga hati dan lisan agar selaras dengan ajaran-Nya. Niat yang tulus, perkataan yang jujur, dan perbuatan yang ikhlas adalah buah dari keimanan yang kuat dan pemahaman yang benar terhadap sifat-sifat Allah. Allah Maha Mengetahui setiap niat, bahkan yang paling tersembunyi sekalipun. Ke-Maha Bijaksanaan-Nya tercermin dalam setiap ketetapan dan perintah-Nya.
Dari An-Nisa ayat 141, kita dapat mengambil beberapa hikmah penting:
Dalam kehidupan sehari-hari, ayat ini mengingatkan kita untuk senantiasa jujur dalam perkataan, tulus dalam perbuatan, dan menjauhi segala bentuk kemunafikan. Menghadapi situasi yang penuh godaan, kita perlu memperkuat iman dan tawakkal kepada Allah, sebab hanya Dia yang mengetahui segalanya dan hanya kepada-Nya kita akan kembali.