Surat An-Nisa, yang berarti "Wanita", adalah surat Madaniyah yang kaya akan ajaran mengenai hukum-hukum keluarga, hak-hak wanita, serta prinsip-prinsip keadilan dan akuntabilitas dalam masyarakat Islam. Di antara ayat-ayatnya yang mendalam, terdapat rangkaian ayat 136 hingga 140 yang secara khusus menekankan pentingnya keimanan yang teguh, kesaksian yang jujur, dan konsistensi dalam menjalankan perintah Allah SWT, bahkan di tengah godaan duniawi.
Simbol Keimanan dan Petunjuk Allah
Ayat 136 dari Surat An-Nisa adalah seruan langsung kepada kaum mukminin untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta memegang teguh kitab suci yang telah diturunkan kepada Rasul-Nya, yakni Al-Qur'an. Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ ءَامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلَّذِى نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ مِن قَبْلُ ۚ وَمَن يَكْفُرْ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًۢا بَعِيدًا
"Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kepada kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa tidak beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya dia telah tersesat sangat jauh."
Ayat ini menegaskan bahwa keimanan yang sejati bukan hanya sekadar pengakuan lisan, tetapi harus meliputi kepercayaan total kepada Allah, seluruh ajaran-Nya yang disampaikan melalui para rasul, dan mengakui kebenaran kitab-kitab samawi. Keimanan yang terpecah-belah atau setengah-setengah akan menjauhkan seseorang dari kebenaran ilahi.
Selanjutnya, Allah SWT memberikan peringatan keras bagi mereka yang telah merasakan manisnya iman tetapi kemudian berpaling atau mengingkarinya. Ayat 137 menyatakan:
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ثُمَّ كَفَرُوا۟ ثُمَّ ءَامَنُوا۟ ثُمَّ كَفَرُوا۟ ثُمَّ ٱزْدَادُوا۟ كُفْرًا لَّمْ يَكُنِ ٱللَّهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ سَبِيلًا
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman lalu kafir, kemudian beriman lalu kafir, kemudian bertambah kekafiran mereka, maka Allah tidak akan mengampuni mereka dan tidak akan menunjukkan kepada mereka jalan (yang benar)."
Ayat ini menyoroti bahaya kemunafikan dan keraguan yang terus-menerus. Keadaan seperti ini menunjukkan kegagalan hati untuk menetap dalam kebenaran dan kecenderungan untuk terus tenggelam dalam kesesatan. Ini adalah peringatan bahwa Allah tidak akan membiarkan orang yang berbolak-balik dalam keimanan tanpa konsekuensi.
Ayat 138 dan 139 menjelaskan nasib buruk yang akan menimpa orang-orang munafik, yaitu mereka yang menampakkan keislaman tetapi menyimpan kekafiran di dalam hati. Allah berfirman:
بَشِّرِ ٱلْمُنَٰفِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih."
ٱلَّذِينَ يَتَّخِذُونَ ٱلْكَٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۚ أَيَبْتَغُونَ عِندَهُمُ ٱلْعِزَّةَ فَإِنَّ ٱلْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
"Yaitu orang-orang yang menjadikan orang kafir sebagai pelindung dengan meninggalkan orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan adalah milik Allah."
Ayat-ayat ini dengan tegas mengutuk tindakan menjadikan orang kafir sebagai teman setia dan pelindung, sementara menjauhi sesama mukmin. Kesetiaan yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah dan sesama mukmin justru dialihkan kepada musuh-musuh agama. Pencarian kekuatan atau keuntungan duniawi dari orang kafir adalah sebuah kesia-siaan, karena kehormatan dan kekuatan sejati hanya berada di sisi Allah SWT.
Menutup rangkaian ayat ini, Allah SWT memberikan perintah yang jelas kepada kaum mukminin untuk tidak duduk-duduk atau mengikuti majelis orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah atau agama-Nya. Ayat 140 menekankan:
وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِى ٱلْكِتَٰبِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا۟ مَعَهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا۟ فِى حَدِيثٍ غَيْرِهِۦٓ ۚ إِنَّكُمْ إِذًا مِّثْلُهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ جَامِعُ ٱلْمُنَٰفِقِينَ وَٱلْكَٰفِرِينَ فِى جَهَنَّمَ جَمِيعًا
"Dan sungguh, Allah telah menurunkan (ketentuan) kepada kamu di dalam Al-Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sampai mereka memasuki pembicaraan lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu tetap duduk), tentulah kamu akan menjadi seperti mereka. Sungguh, Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir semuanya di neraka Jahanam."
Ayat ini merupakan ajaran penting tentang menjaga kehormatan agama dan menghindari pergaulan dengan orang-orang yang terang-terangan menentang dan merendahkan ajaran Allah. Sikap diam atau ikut serta dalam majelis semacam itu, meskipun hanya sebagai pendengar, dianggap sebagai bentuk persetujuan dan membuat seseorang setara dengan mereka dalam dosa. Ini adalah perintah untuk menjaga kesucian hati dan pendengaran dari hal-hal yang dapat merusak keimanan.
Secara keseluruhan, ayat 136-140 Surat An-Nisa memberikan pelajaran berharga tentang hakikat keimanan yang kokoh, ancaman bagi kemunafikan dan keraguan, larangan mencari kekuatan dari musuh-musuh agama, serta kewajiban untuk menjauhi perkumpulan yang mencemooh ajaran Allah. Ini adalah panduan moral dan spiritual bagi setiap muslim untuk senantiasa teguh dalam keyakinan dan menjaga prinsip-prinsip keadilan serta kehormatan agama dalam setiap aspek kehidupan.