Angkak, sebuah produk fermentasi beras merah yang memiliki warna merah menyala, telah dikenal luas dalam pengobatan tradisional dan kuliner. Namun, tidak semua orang menyadari bahwa angkak memiliki beragam nama lain di berbagai daerah dan budaya. Pemahaman mengenai nama lain angkak ini tidak hanya memperkaya khazanah pengetahuan kita, tetapi juga membantu dalam mengidentifikasi dan memanfaatkan potensi rempah atau obat tradisional ini secara lebih efektif.
Secara ilmiah, angkak dihasilkan dari proses fermentasi beras oleh jamur Monascus purpureus. Proses fermentasi ini tidak hanya memberikan warna merah khas, tetapi juga menghasilkan senyawa aktif seperti monacolin K, yang diketahui memiliki khasiat menurunkan kadar kolesterol. Sejarah penggunaan angkak sendiri sudah berlangsung selama berabad-abad, terutama di Tiongkok, sebelum akhirnya menyebar ke berbagai negara Asia lainnya, termasuk Indonesia.
Di Tiongkok, angkak dikenal dengan sebutan Hong Qu (红曲), yang secara harfiah berarti "ragi merah". Nama ini sangat deskriptif, merujuk pada proses fermentasi (ragi) dan warna merah yang dihasilkan.
Di negara-negara Asia Tenggara lainnya, angkak juga memiliki sebutan yang bervariasi. Di Jepang, ia dikenal sebagai Koji (麹), meskipun istilah Koji sebenarnya lebih luas dan merujuk pada berbagai macam ragi yang digunakan dalam fermentasi, termasuk untuk sake dan miso. Namun, dalam konteks beras merah fermentasi berwarna merah, seringkali merujuk pada produk serupa angkak.
Di beberapa daerah di Indonesia, terutama yang memiliki pengaruh budaya Tionghoa yang kuat, angkak tetap dikenal dengan nama aslinya. Namun, terkadang ia juga disebut sebagai "beras merah Cina" atau "ragi merah" oleh sebagian masyarakat, meskipun istilah-istilah ini kurang spesifik.
Secara internasional, angkak juga dikenal dengan nama Red Yeast Rice. Nama ini sangat umum digunakan dalam literatur ilmiah dan produk suplemen kesehatan di negara-negara Barat. Penggunaan nama "Red Yeast Rice" memudahkan para peneliti dan konsumen di luar Asia untuk mengidentifikasi produk ini.
Perbedaan nama ini seringkali mencerminkan jalur distribusi dan adaptasi budaya. Ketika suatu bahan alami atau obat tradisional diperkenalkan ke wilayah baru, masyarakat setempat cenderung memberikan nama yang lebih mudah diucapkan, dikenali, atau bahkan dikaitkan dengan fungsi atau karakteristiknya yang paling menonjol.
Terlepas dari berbagai nama yang disandangnya, manfaat angkak tetaplah konsisten dan telah banyak diteliti. Manfaat utama yang paling dikenal adalah kemampuannya dalam membantu menurunkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida dalam darah. Hal ini sebagian besar berkat kandungan monacolin K, yang secara struktural mirip dengan statin, obat penurun kolesterol resep.
Selain manfaat kardiovaskular, angkak juga secara tradisional digunakan untuk:
Mengenali berbagai nama lain angkak sangat penting karena beberapa alasan:
Meskipun angkak memiliki manfaat yang signifikan, penting untuk diingat bahwa penggunaannya harus dilakukan dengan bijak. Konsultasikan dengan profesional kesehatan sebelum mengonsumsi angkak sebagai suplemen, terutama jika Anda memiliki kondisi medis tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan lain. Angkak, dengan segala nama dan sejarahnya, tetap menjadi warisan berharga yang menawarkan potensi besar bagi kesehatan dan kuliner.