Al-Qur'an adalah sumber petunjuk bagi umat manusia, berisi ayat-ayat yang memuat hukum, kisah, serta ajakan untuk merenungkan ciptaan Allah SWT. Salah satu ayat yang sering menjadi renungan tentang bagaimana Allah SWT memelihara dan menyediakan kebutuhan makhluk-Nya adalah Surah An Nahl ayat ke-8. Ayat ini secara spesifik berbicara mengenai penciptaan makhluk yang berfungsi sebagai kendaraan dan juga perhiasan bagi kehidupan manusia.
وَٱلْخَيْلَ وَٱلْبَغَٰلَ وَٱلْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, untuk kamu tunggangi dan perhiasan. Dan Dia menciptakan pula apa yang tidak kamu ketahui. (QS. An Nahl: 8)
Ayat ini membuka dengan menyebutkan tiga jenis hewan yang secara historis memiliki peran vital dalam peradaban manusia: kuda, bagal, dan keledai. Dalam konteks masyarakat terdahulu, hewan-hewan ini adalah mesin penggerak transportasi, logistik, dan bahkan peperangan.
Kuda (الخيل) dikenal karena kecepatan dan kekuatannya, menjadikannya alat transportasi utama untuk perjalanan jauh dan dalam medan yang membutuhkan kelincahan. Bagal (البغال), hasil persilangan antara kuda dan keledai, sering kali dipilih karena ketangguhannya dalam membawa beban berat di medan yang sulit, mewarisi kekuatan keledai dan sedikit kecepatan kuda. Sementara itu, Keledai (الحمير) dihargai karena kesabarannya, kemampuannya bertahan hidup dalam kondisi minim sumber daya, serta kepatuhannya dalam membawa muatan.
Tujuan penyebutan hewan-hewan ini dalam ayat adalah untuk mengingatkan manusia akan nikmat karunia yang telah disediakan Allah SWT, bukan hanya sebagai sarana fungsional semata.
Ayat ini menegaskan dua fungsi utama dari ciptaan ini: "untuk kamu tunggangi" (transportasi dan utilitas) dan "perhiasan" (زِينَةً - ziinatan). Aspek "perhiasan" ini menunjukkan bahwa ciptaan Allah seringkali memiliki nilai estetika dan kebanggaan. Kuda yang terawat baik, misalnya, bukan hanya alat perang atau angkutan, tetapi juga simbol status dan keindahan yang patut disyukuri. Ini mengajarkan bahwa dalam melihat kebutuhan materi, kita tidak boleh melupakan aspek keindahan dan syukur yang menyertainya.
Bagian penutup ayat ini adalah sebuah pintu hikmah yang sangat luas: "Dan Dia menciptakan pula apa yang tidak kamu ketahui." (وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُونَ). Ini adalah pengingat kuat bahwa pengetahuan manusia bersifat terbatas. Pada saat ayat ini diturunkan, mungkin yang dimaksud adalah hewan-hewan yang belum terdomestikasi atau belum ditemukan oleh peradaban manusia saat itu.
Namun, dalam konteks modern, ayat ini dapat diperluas maknanya. Teknologi yang kita gunakan hari ini—mobil, kereta api, pesawat terbang—semuanya merupakan manifestasi dari ciptaan Allah yang sebelumnya "tidak kita ketahui" atau belum terbayangkan. Kuda dan keledai adalah moda transportasi masa lalu, sementara inovasi modern adalah jawaban atas kebutuhan manusia yang terus berkembang, yang semuanya bersumber dari kemampuan berpikir yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta.
Ayat ini mendorong kita untuk bersikap rendah hati dalam menghadapi ilmu pengetahuan. Semakin banyak kita belajar, semakin kita sadar betapa luasnya ciptaan Allah SWT yang belum terjamah oleh nalar kita. Oleh karena itu, rasa syukur harus selalu menyertai setiap penemuan dan pemanfaatan nikmat.
Surah An Nahl ayat 8 mengajarkan bahwa iman bukan hanya tentang ritual ibadah, tetapi juga tentang pengamatan mendalam terhadap alam semesta. Hewan-hewan ternak dan kendaraan adalah bukti nyata kekuasaan dan rahmat-Nya yang terwujud dalam bentuk yang dapat kita gunakan untuk kemudahan hidup.
Ketika kita menunggangi kuda atau menggunakan kendaraan modern, kita sebenarnya sedang memanfaatkan salah satu ayat kauniyah (ayat-ayat alam) yang diciptakan Allah. Ini adalah seruan untuk tidak hanya berterima kasih atas kemudahan bergerak, tetapi juga menyadari keterbatasan diri di hadapan keMahabesaran-Nya yang mampu menciptakan hal-hal baru (inovasi) di luar jangkauan pemahaman kita saat ini. Ayat ini menggarisbawahi keseimbangan antara kesyukuran atas yang sudah ada (kuda, bagal, keledai) dan keterbukaan terhadap potensi yang belum terungkap (makhluk yang belum diketahui).