Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang seringkali menjadi sumber ketenangan dan refleksi mendalam bagi umat Islam adalah Surah An-Nahl ayat 80. Ayat ini, yang terletak di tengah-tengah kumpulan ayat yang berbicara tentang tanda-tanda kebesaran Allah SWT di alam semesta, secara spesifik menyoroti pentingnya perlindungan dan pemanfaatan nikmat yang telah Allah berikan dalam kehidupan sehari-hari.
Ayat ini diawali dengan kata perintah dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk berdoa memohon rahmat dan perlindungan. Berikut adalah teks Arab dan terjemahannya:
Catatan Penting: Terjemahan di atas adalah terjemahan dari Surah Thaha ayat 114. Ayat 80 dari Surah An-Nahl memiliki isi yang berbeda. Berikut adalah terjemahan yang benar untuk An-Nahl Ayat 80:
An-Nahl, yang berarti lebah, adalah surah yang kaya akan pembahasan mengenai tanda-tanda kebesaran Allah, termasuk dalam penciptaan alam dan manfaat bagi manusia. Ayat 80 secara spesifik menggarisbawahi tiga aspek utama yang menjadi dasar peradaban manusia: tempat tinggal (rumah), perlindungan dari cuaca, dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Ayat ini menegaskan bahwa rumah bukan sekadar struktur fisik, melainkan sebuah "sakan" (tempat tinggal yang memberikan ketenangan). Dalam hiruk pikuk kehidupan modern, konsep sakinah ini menjadi sangat fundamental. Rumah adalah tempat kita beristirahat, menjalin kasih sayang, dan menemukan kedamaian setelah menghadapi tantangan dunia luar. Allah menjadikan rumah sebagai benteng psikologis sekaligus fisik bagi hamba-Nya.
Ayat ini melanjutkan dengan menyebutkan bagaimana Allah menjadikan kulit binatang ternak sebagai rumah yang "ringan" (mudah dibawa) saat bepergian (yauma tha'nikum) dan juga saat menetap (wa yauma iqamatikum). Ini adalah gambaran tentang bagaimana Allah telah memberikan kemudahan bagi manusia untuk beradaptasi. Sebelum adanya bangunan permanen modern, manusia telah dibekali dengan pengetahuan untuk menciptakan tenda atau perlindungan portabel dari kulit binatang.
Ini mengajarkan kita tentang pentingnya adaptasi. Bagi seorang musafir, perlindungan yang mudah dipindahkan adalah sebuah rahmat. Bagi yang menetap, rumah yang kokoh adalah anugerah. Keduanya bersumber dari kehendak dan karunia Allah.
Lebih lanjut, ayat ini menyebutkan pemanfaatan bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing sebagai perabotan (atsatsan) dan barang keperluan hidup (mata'an) hingga waktu yang ditentukan. Ini adalah pelajaran tentang konsep keberlanjutan (sustainability) dalam Islam. Manusia diajarkan untuk memanfaatkan hasil bumi dan hewan ternak secara maksimal, namun dalam batasan yang tidak merusak atau berlebihan. Bulu dan kulit ini diolah menjadi karpet, pakaian tebal, wadah, dan lain-lain, yang semuanya merupakan kebutuhan esensial.
An-Nahl ayat 80 adalah pengingat kuat akan nikmat yang sering kita lupakan. Ketika kita merasa nyaman di dalam rumah kita, terlindungi dari panas terik matahari atau dinginnya malam, kita seharusnya berhenti sejenak dan bersyukur kepada Allah SWT. Gambar dalam ayat ini—dari tenda yang mudah didirikan hingga perabotan yang dibuat dari bulu—adalah simbol dari kemudahan (taysir) yang dibawa oleh risalah Ilahi.
Ayat ini mendorong kita untuk mengakui bahwa kenyamanan hidup, mulai dari atap di atas kepala hingga selimut yang menghangatkan, adalah karunia langsung dari Sang Pencipta. Rasa syukur yang tulus atas fasilitas ini akan mengarahkan hati kita kepada ketaatan yang lebih besar. Dengan menyadari bahwa segala sesuatu di sekitar kita, termasuk bahan bangunan dan perabotan kita, berasal dari pemberian Allah, kita akan lebih menghargai kehidupan dan menggunakannya sesuai dengan ridha-Nya hingga tiba "suatu waktu" yang dijanjikan, yaitu hari penghisaban.