Kekuasaan Mutlak Allah dalam Pengendalian Burung: Merenungi An Nahl Ayat 79

Simbol Burung Terbang di Bawah Langit

Al-Qur'an adalah sumber petunjuk dan kebijaksanaan yang tak terbatas. Di dalamnya, Allah SWT menyajikan tanda-tanda kebesaran-Nya melalui alam semesta, yang seringkali terabaikan oleh pandangan manusia yang terburu-buru. Salah satu ayat yang indah namun mendalam tentang pengawasan dan kekuasaan Allah adalah An Nahl ayat 79. Ayat ini secara spesifik menyoroti bagaimana burung-burung di udara tunduk sepenuhnya pada kehendak dan pengaturan Ilahi.

"Apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang terbang di atas mereka, yang mengepakkan sayapnya dan menahannya? Tidak ada yang menahannya selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu." (QS. An-Nahl: 79)

Keajaiban Terbang dan Kontrol Ilahi

Ayat ini mengajukan sebuah pertanyaan retoris kepada manusia: "Apakah mereka tidak memperhatikan...?" Pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengajak kita merenungkan fenomena yang kita lihat setiap hari—burung yang terbang. Secara mekanis, terbang adalah sebuah keajaiban. Bagaimana makhluk dengan bobot tertentu dapat mengangkat dirinya ke udara, bermanuver melawan angin, dan menjaga keseimbangan hanya dengan mengepakkan sayapnya?

Sains modern telah menjelaskan prinsip aerodinamika, namun ilmu pengetahuan itu sendiri adalah deskripsi tentang bagaimana hukum alam bekerja—hukum alam yang ditetapkan oleh Sang Pencipta. An Nahl 79 mengingatkan kita bahwa di balik setiap kepakan sayap yang sempurna, di balik kemampuan mereka untuk 'menahan diri' di udara tanpa jatuh seketika, terdapat kontrol yang aktif dan berkelanjutan dari Allah Yang Maha Pemurah (Ar-Rahman).

Ar-Rahman: Pengatur Alam Semesta

Kata kunci penting dalam ayat ini adalah "Tidak ada yang menahannya selain Yang Maha Pemurah." Ini bukan sekadar menyatakan bahwa Allah menciptakan burung, tetapi bahwa Allah secara aktif memelihara keberadaan mereka di udara saat itu juga. Jika pemeliharaan itu ditarik sesaat saja, burung tersebut akan jatuh. Ini menegaskan prinsip tauhid dalam konteks ciptaan: tidak ada kekuatan, baik energi, gravitasi, atau hukum alam yang bekerja secara independen dari kehendak-Nya.

Fokus pada sifat Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah) dalam konteks pengendalian ini menunjukkan bahwa pemeliharaan alam semesta dan segala isinya adalah manifestasi dari rahmat-Nya yang universal. Ia memelihara bukan hanya orang beriman, tetapi juga burung yang melintas di langit, menunjukkan keluasan kasih sayang-Nya yang mencakup seluruh makhluk.

Penglihatan Allah yang Meliputi Segalanya

Ayat ditutup dengan penegasan: "Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu." Pengawasan Allah (Al-Bashir) mencakup semua gerakan, bahkan yang paling kecil sekalipun, seperti gerakan mikro sayap seekor burung yang terbang tinggi. Tidak ada satu pun kejadian, sekecil apapun, yang tersembunyi dari pandangan-Nya.

Konteks ayat ini, yang seringkali diletakkan setelah ayat-ayat tentang mukjizat ciptaan lainnya, berfungsi sebagai pelajaran moral bagi manusia. Jika Allah dapat mengawasi dan mengontrol pergerakan seekor burung di ketinggian tanpa cela, betapa lebih jelasnya pengawasan-Nya terhadap setiap tindakan, niat, dan ucapan kita? Refleksi ini seharusnya mendorong peningkatan kualitas ibadah dan akhlak kita, menyadari bahwa pengadilan Ilahi didasarkan pada pengetahuan-Nya yang sempurna.

Implikasi Spiritualitas

Merujuk kembali pada An Nahl 79 membawa kita pada kesadaran akan ketergantungan total. Kita, seperti burung-burung itu, bergantung pada kehendak-Nya untuk setiap napas dan setiap langkah. Kebebasan yang kita nikmati—kebebasan bergerak, bernapas, dan berpikir—semuanya berada dalam batasan dan izin-Nya.

Ayat ini mendorong kita untuk meninggalkan kesombongan dan fokus pada sumber daya yang sesungguhnya: Allah. Ketika kita melihat sesuatu yang tampak biasa, seperti seekor merpati yang mendarat atau elang yang melayang, kita diingatkan untuk melihat melampaui bentuk fisiknya menuju Zat yang memberikannya kemampuan untuk melakukan semua itu. Inilah makna sesungguhnya dari tadabbur (perenungan) terhadap ayat-ayat Allah di alam semesta. Kekuatan dan rahmat-Nya terwujud dalam setiap elemen kehidupan, menegaskan bahwa Allah adalah Penguasa tunggal yang mengatur segalanya dengan kebijaksanaan yang sempurna.

🏠 Homepage