Kajian Mendalam Surat An Nisa Ayat 121-130: Janji Keadilan dan Petunjuk Ilahi
Simbol visual keadilan dan petunjuk Ilahi.
Memahami Inti Ayat 121-130 dari Surat An Nisa
Surat An Nisa, yang berarti "Wanita", merupakan surat Madaniyyah yang kaya akan ajaran moral, hukum, dan spiritual. Di antara ayat-ayatnya yang mendalam, rentang ayat 121 hingga 130 memberikan petunjuk krusial mengenai keadilan, janji Allah, dan konsekuensi dari pilihan manusia. Ayat-ayat ini tidak hanya relevan bagi umat Islam di masa lalu, tetapi juga memiliki makna universal yang terus menginspirasi dan membimbing kita dalam kehidupan modern.
Ayat 121: Ancaman Bagi yang Menyeleweng dari Janji Ilahi
Ayat ke-121 dari Surat An Nisa berbunyi: "Mereka itu (orang-orang yang menuruti godaan setan) tempat kembalinya ialah neraka Jahanam, dan mereka tidak akan mendapat jalan keluar dari padanya." Ayat ini secara tegas mengingatkan bahwa siapa pun yang tertipu oleh bisikan setan dan menuruti hawa nafsu yang menjauhkan dari kebenaran, akan menghadapi balasan yang berat berupa neraka Jahanam. Konsep "jalan keluar" yang tidak tersedia menekankan keseriusan konsekuensi dari kesesatan yang terus-menerus. Ini adalah peringatan kuat agar kita senantiasa waspada terhadap godaan dan berusaha keras untuk tetap berada di jalan yang diridhai Allah.
Ayat 122-123: Janji Kenikmatan Bagi yang Beriman dan Beramal Shaleh
Berbeda dengan peringatan di ayat sebelumnya, ayat 122 dan 123 menawarkan secercah harapan dan janji indah bagi mereka yang beriman dan beramal shaleh: "Dan barangsiapa beriman dan beramal saleh, niscaya Kami akan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya; (sebagai) janji dari Allah yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataan daripada Allah?"
Ayat-ayat ini menjadi penyeimbang yang sangat penting. Mereka menegaskan bahwa jalan ke surga terbuka lebar bagi setiap individu yang memiliki dua kunci utama: keimanan yang teguh kepada Allah dan manifestasinya dalam amal perbuatan yang baik. Kata "janji dari Allah yang benar" menggarisbawahi kepastian dan kebenaran janji tersebut. Ini bukan sekadar harapan kosong, melainkan kepastian dari Sang Pencipta yang Maha Benar. Kenikmatan abadi di surga dengan segala fasilitasnya digambarkan sebagai balasan setimpal atas ketaatan dan ketulusan hamba-Nya.
Ayat 124: Keadilan Merata, Tanpa Diskriminasi
Selanjutnya, ayat 124 menjelaskan prinsip keadilan Allah yang bersifat universal: "Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka mereka itu akan masuk surga dan mereka tidak dianiaya sedikit pun."
Ayat ini secara eksplisit menyatakan bahwa amal shaleh tidak memandang jenis kelamin. Baik laki-laki maupun perempuan yang beriman dan beramal saleh akan mendapatkan balasan yang sama. Lebih lanjut, disebutkan bahwa mereka tidak akan dianiaya sedikit pun, yang berarti keadilan Allah sempurna, tanpa mengurangi hak siapa pun. Ini adalah pesan pemberdayaan yang kuat, menghilangkan segala bentuk diskriminasi berdasarkan gender dalam pandangan Allah, selama keimanan dan amal perbuatan yang tulus menjadi landasannya.
Ayat 125: Keindahan Fitrah Manusia dalam Islam
Ayat 125 menyoroti aspek kesempurnaan fitrah manusia ketika ia kembali kepada ajaran Islam: "Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah (dalam keadaan berbuat baik), sedang ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya."
Ayat ini memuji kesempurnaan agama orang yang sepenuhnya menyerahkan diri kepada Allah sambil berbuat baik, mengikuti agama Nabi Ibrahim AS. Agama Nabi Ibrahim AS digambarkan sebagai agama yang lurus dan penuh ketauhidan. Allah mengambil Nabi Ibrahim sebagai kekasih-Nya, menunjukkan betapa mulianya kedudukan orang yang memiliki sifat serupa. Ini mengajarkan bahwa esensi agama adalah ketundukan total kepada Sang Pencipta dan perwujudan kebaikan dalam setiap aspek kehidupan.
Ayat 126-127: Kekuasaan Allah atas Segala Sesuatu
Ayat-ayat 126 dan 127 mengingatkan kita akan kekuasaan mutlak Allah atas segala sesuatu di alam semesta: "Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Meliputi segala sesuatu." Dan "Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang perempuan). Katakanlah: 'Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al-Qur'an itu, menjelaskan hak-hak mereka, dan mengingatmu tentang apa yang telah diketahui (akan terjadi).' Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita itu setelah beberapa waktu."
Ayat-ayat ini menegaskan bahwa segala sesuatu, baik yang terlihat maupun tidak terlihat, berada di bawah kekuasaan dan pengetahuan Allah. Bahkan ketika manusia meminta fatwa mengenai suatu permasalahan, termasuk hak-hak perempuan, Allah menegaskan bahwa Dia sendiri yang memberikan fatwa melalui Al-Qur'an. Ini menunjukkan bahwa sumber hukum dan petunjuk yang paling utama adalah wahyu Ilahi. Allah juga mengingatkan bahwa kebenaran dari apa yang disampaikan akan terbukti seiring waktu, menekankan kebijaksanaan Ilahi yang melampaui pemahaman manusia.
Ayat 128-130: Ajaran Keadilan Sosial dan Individual
Terakhir, ayat 128 hingga 130 melanjutkan pembahasan mengenai keadilan, baik dalam skala individu maupun sosial. Ayat-ayat ini secara umum menekankan pentingnya bersikap adil dalam segala urusan, termasuk dalam pernikahan, pergaulan, dan keputusan-keputusan yang melibatkan hak-hak orang lain. Allah berfirman bahwa jika ada ketakutan terjadi ketidakadilan atau kecenderungan untuk menyeleweng, maka Allah akan memberikan solusi dan petunjuk. Namun, dicatat juga bahwa manusia akan sangat menginginkan dunia, meskipun ia telah dijanjikan azab. Ayat penutup, ayat 130, menegaskan bahwa jika manusia tidak mampu menegakkan keadilan atau kembali kepada jalan yang benar, maka Allah Maha Kaya, tidak memerlukan ibadah manusia, dan segala sesuatu pada akhirnya akan kembali kepada-Nya.
Kesimpulan
Rentang ayat 121-130 dari Surat An Nisa adalah kompilasi ajaran yang kuat tentang keseimbangan antara peringatan dan janji, ancaman dan harapan, serta keadilan dan rahmat. Ayat-ayat ini mengajak kita untuk senantiasa waspada terhadap godaan setan, memelihara keimanan yang disertai amal shaleh, menjunjung tinggi keadilan dalam setiap aspek kehidupan, dan memahami bahwa segala sesuatu berada di bawah kekuasaan Allah. Memahami dan mengamalkan isi ayat-ayat ini adalah kunci untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, serta menjadi pribadi yang diridhai oleh Sang Pencipta.