Perbedaan Jumlah Ayat dalam Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Salah satu aspek fundamental yang sering menjadi pembahasan dalam studi keislaman adalah jumlah total ayat dalam kitab suci ini. Meskipun secara universal umat Islam sepakat bahwa Al-Qur'an terdiri dari 114 surah, terdapat perbedaan pendapat mengenai jumlah total ayatnya. Perbedaan ini bukanlah persoalan substansi ajaran, melainkan perbedaan metodologis dalam menetapkan batas-batas akhir suatu ayat.

QUR'AN

Simbolis representasi mushaf dan ayat

Dasar Perbedaan Penetapan Ayat

Perbedaan jumlah ayat ini umumnya bersumber dari perbedaan metode penghitungan (adad al-ayat) yang dikembangkan oleh para ulama qiraat (ahli bacaan Al-Qur'an) dan ahli tafsir dari berbagai pusat keilmuan Islam klasik. Terdapat tiga pandangan utama mengenai jumlah ayat Al-Qur'an, yaitu pendapat Kufah, Makkah, dan Madinah/Syams (Damaskus).

Inti permasalahannya terletak pada penentuan apakah suatu kalimat penutup surah yang diawali dengan huruf 'waw' (misalnya, pada surah Al-Fatihah ayat terakhir: 'ghairil maghdubi 'alaihim waladh-dhaallin') dihitung sebagai bagian dari ayat sebelumnya atau sebagai ayat tersendiri. Selain itu, terdapat juga perbedaan mengenai basmalah (بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ) di awal setiap surah (kecuali Surah At-Taubah); apakah basmalah dihitung sebagai ayat pertama atau bukan.

Tiga Pandangan Utama Jumlah Ayat

Mayoritas ulama dan tradisi penulisan mushaf saat ini mengikuti jumlah ayat yang ditetapkan oleh para ulama Madinah atau Kufah, namun pemahaman mengenai perbedaan ini penting untuk konteks studi keilmuan Islam.

Pusat Keilmuan Jumlah Ayat Catatan Khusus
Ulama Madinah (Qalun & Warsh) 6214 Ayat Menganggap Basmalah bukan ayat pembuka Surah Al-Fatihah.
Ulama Makkah (Ibnu Katsir) 6210 Ayat Perbedaan di Surah Yunus dan lain-lain.
Ulama Kufah (Hafsh 'an 'Asim) 6236 Ayat Menganggap Basmalah sebagai ayat pertama di setiap surah (kecuali At-Taubah). Ini adalah standar yang paling umum digunakan saat ini.

Angka yang paling sering dikutip dan menjadi standar umum penulisan mushaf di seluruh dunia adalah 6236 ayat, yang mengikuti pandangan ulama Kufah. Perbedaan kecil antara 6210, 6214, dan 6236 ayat tersebut mencakup kurang dari sepuluh ayat yang penentuannya bergantung pada di mana mereka mengakhiri satu ayat dan memulai ayat berikutnya.

Implikasi Perbedaan Penghitungan

Penting untuk digarisbawahi bahwa perbedaan dalam penomoran ayat ini tidak memengaruhi keaslian teks Al-Qur'an, hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, maupun maknanya secara keseluruhan. Ayat-ayat yang berbeda penomorannya tetap terbaca dan dipahami oleh semua Muslim. Sebagai contoh, satu ayat yang dihitung terpisah oleh ulama Madinah mungkin dianggap sebagai bagian akhir ayat sebelumnya oleh ulama Kufah. Teks ayat itu sendiri tetap sama persis.

Variasi ini muncul karena Al-Qur'an pada masa awal tidak memiliki penomoran ayat standar seperti yang kita lihat sekarang. Penomoran dan pembagian surah menjadi ayat ditetapkan secara bertahap oleh para ulama berdasarkan riwayat otentik tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW menerima dan membacakan wahyu tersebut. Meskipun terdapat variasi dalam metode penghitungan, konsensus umat Islam teguh pada keyakinan bahwa Al-Qur'an, baik dalam jumlah surah (114) maupun teks ayatnya, terpelihara kemurniannya tanpa ada penambahan atau pengurangan satu huruf pun semenjak diturunkan. Oleh karena itu, perbedaan jumlah ayat ini lebih bersifat teknis dan historis, bukan teologis.

🏠 Homepage