Dalam dunia hortikultura, anggrek dikenal sebagai flora epifitātanaman yang tumbuh menumpang pada tanaman lain, umumnya pohon, tanpa mengambil nutrisi dari inangnya. Menariknya, anggrek tidak hanya memilih pohon yang hidup dan sehat. Praktik menanam anggrek pada potongan kayu mati, batang kayu tumbang, atau bahkan tunggul pohon menjadi solusi estetis yang memberikan kehidupan baru pada material yang seharusnya sudah dianggap usang. Konsep ini bukan sekadar hobi, tetapi merupakan penghormatan terhadap siklus alam dan cara anggrek bertahan hidup di habitat aslinya.
Mengapa pohon mati menjadi substrat yang baik? Pohon mati, khususnya kayu keras yang sudah lapuk sebagian, menawarkan tekstur yang sangat mirip dengan kulit pohon alami tempat akar anggrek (disebut velamen) dapat mencengkeram. Stabilitas fisik kayu membantu menahan tanaman, sementara pori-pori kayu yang mulai terbuka memungkinkan sirkulasi udara yang vital bagi akar anggrek dan membantu mencegah pembusukan akar.
Langkah pertama yang paling krusial adalah memilih kayu yang tepat. Kayu yang terlalu lunak atau mudah hancur (seperti kayu lapis) tidak disarankan karena akan cepat terurai. Pilihlah kayu keras yang memiliki kepadatan cukup, misalnya kayu jati bekas, kayu ulin, atau potongan dahan besar dari pohon yang telah mati secara alami.
Setelah mendapatkan potongan kayu, lakukan beberapa persiapan penting:
Menanam anggrek pada kayu mati memerlukan teknik yang sedikit berbeda dibandingkan menanam di pot. Tujuannya adalah memastikan akar dapat menempel erat dan mendapatkan kelembapan tanpa terperangkap air. Anggrek yang cocok untuk metode ini adalah spesies monopodial (seperti Vanda) atau simpodial (seperti Cattleya atau Dendrobium) yang akarnya kuat dan tidak memerlukan substrat yang terlalu dalam.
Berikut adalah langkah-langkah penanaman:
Perawatan utama pada sistem tanam epifit adalah penyiraman dan penempatan. Anggrek yang menempel pada kayu mati cenderung mengering lebih cepat daripada yang berada di pot karena sirkulasi udara yang superior. Oleh karena itu, frekuensi penyiraman harus lebih sering, terutama saat cuaca panas. Siram hingga air mengalir deras melewati akar, lalu biarkan benar-benar kering sebelum menyiram lagi.
Kayu mati pada akhirnya akan lapuk. Ini adalah proses alami yang justru menguntungkan. Saat kayu melunak, ia akan menahan sedikit kelembapan lebih lama dan melepaskan nutrisi organik yang sangat baik bagi anggrek. Namun, jika kayu sudah terlalu rapuh (misalnya setelah beberapa tahun), tanaman mungkin perlu dipindahkan ke substrat baru atau dipasang pada kayu lain untuk mencegah kegoyahan yang dapat merusak sistem perakaran yang baru terbentuk. Dengan demikian, menanam anggrek di pohon mati adalah sebuah komitmen jangka panjang terhadap pemeliharaan siklus hidup yang unik ini.