Al-Qur'an Al-Karim, kitab suci umat Islam, merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kesempurnaan dan keotentikannya dijamin oleh Allah sendiri. Salah satu aspek yang sering menjadi pembahasan di kalangan ulama, terutama dalam ilmu Rasm Utsmani dan riwayat periwayatan, adalah mengenai jumlah pasti ayat di dalamnya. Meskipun semua ulama sepakat bahwa Al-Qur'an memiliki 114 surat, penghitungan jumlah ayat (bukan jumlah surat) menunjukkan adanya perbedaan pendapat yang signifikan.
Mengapa Terjadi Perbedaan Penghitungan Ayat?
Perbedaan ini bukanlah pertentangan terhadap validitas teks Al-Qur'an itu sendiri, melainkan terletak pada metodologi penghitungan dan penentuan titik akhir suatu ayat (waqaf). Di masa awal Islam, ayat-ayat Al-Qur'an ditulis tanpa pemisah yang jelas seperti yang kita kenal sekarang (nomor ayat). Penentuan batas akhir ayat didasarkan pada riwayat hafalan dan cara Rasulullah SAW mengajarkannya saat berhenti dan melanjutkan bacaan.
Metode penghitungan ini kemudian berkembang menjadi beberapa mazhab atau pandangan utama di berbagai pusat keilmuan Islam, terutama di Madinah, Kufah, Basrah, Makkah, dan Syam (Damaskus). Perbedaan ini umumnya disebabkan oleh apakah suatu lafal tertentu dianggap sebagai satu ayat utuh atau merupakan bagian dari ayat sebelumnya atau sesudahnya.
Pandangan Utama Ulama Mengenai Jumlah Ayat
Secara umum, ulama terbagi menjadi beberapa kelompok besar berdasarkan riwayat penghitungan yang mereka ikuti:
- Pendapat Madinah (Abu Ja'far Yazid bin Al-Qa'qa'): Pendapat ini diikuti oleh ulama Madinah dan merupakan yang paling populer dan diakui secara luas saat ini. Menurut pandangan ini, jumlah total ayat dalam Al-Qur'an adalah 6.236 ayat.
- Pendapat Makkah (Ibnu Katsir dan Mujahid): Ulama Makkah, seperti yang dinukil dari Mujahid, memiliki hitungan yang berbeda, yaitu sebanyak 6.210 ayat. Perbedaan dengan Madinah biasanya terletak pada hitungan beberapa ayat di akhir surat atau surat tertentu.
- Pendapat Basrah (Abu Amr bin Al-'Ala'): Pandangan ulama Basrah menetapkan jumlah ayat sebanyak 6.204 ayat.
- Pendapat Kufah (Hamzah dan Al-Kisai): Ulama Kufah menetapkan jumlah ayat yang paling banyak, yaitu 6.236 ayat. Perbedaan antara Kufah dan Madinah seringkali hanya terletak pada perbedaan penomoran di beberapa surat, namun secara total angka yang mereka sebutkan sering kali sama atau sangat berdekatan dalam riwayat lainnya. Dalam beberapa literatur, Kufah disebut juga 6.236.
- Pendapat Syam (Abdullah bin Amir): Ulama Syam menetapkan jumlah ayat sebanyak 6.226 ayat.
Fokus pada Ayat Basmalah
Salah satu titik perbedaan paling signifikan terletak pada penghitungan Basmalah (Bismillahirrahmanirrahim) di awal setiap surat. Mayoritas ulama kontemporer, mengikuti Mushaf standar Utsmani yang berlaku saat ini (yang cenderung mengikuti riwayat Madinah), tidak menghitung Basmalah sebagai ayat pertama dari surat-surat kecuali Surat At-Taubah. Basmalah hanya dihitung sebagai ayat tersendiri yang terpisah, atau dianggap sebagai ayat pembuka Surat Al-Fatihah.
Namun, beberapa ulama terdahulu menghitung Basmalah sebagai ayat pertama dari surat-surat yang memuatnya. Misalnya, jika pendapat Basrah (6.204) berbeda dengan Madinah (6.236), selisihnya bisa jadi karena perbedaan dalam memperlakukan Basmalah di awal surat-surat tertentu.
Kesimpulan Mengenai Keabsahan
Penting untuk ditekankan bahwa perbedaan hitungan ayat ini tidak memengaruhi kebenaran isi Al-Qur'an. Para ulama yang berbeda tersebut hanya berbeda dalam metodologi penghitungan batas-batas ayat berdasarkan riwayat otentik yang mereka terima dari generasi sebelumnya. Jumlah 6.236 ayat (yang merujuk pada Madinah dan Kufah, dan seringkali menjadi standar internasional saat ini) adalah hasil konsensus berdasarkan penghitungan yang paling tersebar luas dan diikuti oleh qari (pembaca Al-Qur'an) terkemuka.
Oleh karena itu, ketika seseorang merujuk pada jumlah ayat Al-Qur'an, merujuk pada hitungan 6.236 ayat adalah hal yang paling umum dilakukan dalam literatur Islam modern, meskipun pengakuan terhadap variasi lain menunjukkan kedalaman dan kekayaan transmisi lisan teks suci ini.