Simbol siklus kehidupan, kematian, dan perjalanan spiritual.
Dalam budaya Jawa, kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah transisi. Tradisi dan perhitungan waktu yang terkait dengan kepergian seseorang memiliki makna mendalam, salah satunya adalah konsep pendak. Artikel ini akan membahas secara khusus mengenai hitungan Jawa orang meninggal pendak 2, yang merujuk pada peringatan atau haul kedua setelah seseorang berpulang.
Istilah "pendak" dalam konteks ini merujuk pada peringatan kematian yang dilakukan setiap tahun, dihitung berdasarkan kalender Jawa atau penanggalan Hijriyah (komariah). Pendak pertama biasanya dilaksanakan setahun setelah kematian, menandai satu siklus penuh dari kepergian almarhum/almarhumah. Pendak-pendak selanjutnya, seperti pendak 2, 3, 7, 100, dan seterusnya, merupakan bentuk penghormatan, doa, dan pengabdian spiritual dari keluarga dan kerabat kepada yang telah tiada.
Pendak 2, atau haul kedua, memiliki kedudukan yang cukup penting. Pada tahap ini, duka yang mendalam mungkin telah sedikit mereda, namun kenangan dan rasa kehilangan masih terasa. Peringatan pendak 2 menjadi momen untuk merefleksikan kembali kehidupan almarhum, mendoakan agar amal ibadahnya diterima, dan memohonkan ampunan atas segala khilaf.
Perhitungan pendak 2 pada dasarnya mengikuti pola perhitungan pendak tahunan. Jika kematian terjadi pada tanggal dan hari tertentu dalam kalender Jawa atau Hijriyah, maka pendak 2 akan dilaksanakan pada tanggal dan hari yang sama di tahun berikutnya. Beberapa keluarga juga memilih untuk menyesuaikan dengan kalender Masehi untuk kemudahan koordinasi, namun tetap merujuk pada perhitungan tradisional sebagai dasarnya.
Pelaksanaan pendak 2 umumnya melibatkan beberapa rangkaian kegiatan, meskipun bisa bervariasi antar daerah dan keluarga:
Pendak 2, seperti halnya peringatan pendak lainnya, memiliki makna spiritual yang mendalam. Ini adalah bentuk pengabdian spiritual seorang anak kepada orang tua, seorang suami/istri kepada pasangan, atau seorang kerabat kepada anggota keluarganya yang telah berpulang. Melalui doa dan zikir, keluarga berusaha menjaga ikatan batin dengan almarhum dan membantu kelancaran perjalanannya di alam akhirat.
Secara sosial, pendak 2 juga mempererat tali silaturahmi antar anggota keluarga, kerabat, dan tetangga. Acara ini menjadi ajang berkumpul kembali, saling berbagi cerita tentang almarhum, dan memperkuat rasa kekeluargaan. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya Jawa yang sangat menjunjung tinggi kebersamaan dan rasa hormat kepada leluhur.
Meskipun perhitungan dan pelaksanaannya mungkin terlihat sederhana, hitungan Jawa orang meninggal pendak 2 mencerminkan kekayaan tradisi dan kedalaman spiritual masyarakat Jawa. Ini adalah pengingat bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, dan pentingnya untuk terus berbuat baik serta menjaga hubungan baik dengan sesama, baik yang masih hidup maupun yang telah mendahului.
Penting untuk dicatat bahwa dalam praktik keagamaan modern, fokus utama adalah pada doa dan pahala yang dikirimkan secara terus menerus, tanpa terikat pada hitungan tahunan yang spesifik. Namun, tradisi pendak tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya yang dihormati oleh banyak kalangan di Jawa.