Dalam kebudayaan Jawa, perhitungan hari atau yang dikenal sebagai weton memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai dari menentukan hari baik untuk pernikahan, memulai usaha, hingga memahami karakter dan kecocokan seseorang. Salah satu kombinasi perhitungan weton yang kerap dibahas adalah pertemuan antara Dino Legi dan Dino Kliwon.
Setiap hari dalam siklus pasaran Jawa memiliki nilai atau bobotnya sendiri, yang kemudian digabungkan dengan nilai hari biasa (Senin hingga Minggu). Konsep ini dikenal sebagai Saptawara dan Pancawara. Dino Legi dan Dino Kliwon adalah dua dari lima pasaran dalam siklus Pancawara, yaitu Kliwon, Legi, Paing, Pon, dan Wage. Masing-masing pasaran ini memiliki karakteristik dan pengaruhnya tersendiri.
Dino Legi: Memiliki nilai pasaran 5. Dino Legi sering dikaitkan dengan sifat yang periang, optimis, suka menolong, luwes, namun terkadang bisa agak keras kepala dan egois jika tidak terkendali.
Dino Kliwon: Memiliki nilai pasaran 8. Dino Kliwon biasanya diasosiasikan dengan karakter yang pandai bicara, menarik, mudah bergaul, berwawasan luas, tetapi bisa juga cenderung boros, mudah cemburu, dan terkadang sulit diprediksi.
Ketika kedua pasaran ini bertemu, baik dalam hitungan weton seseorang (misalnya lahir pada hari Senin Legi atau Selasa Kliwon) maupun dalam perhitungan kalender untuk menentukan momen tertentu, muncul sebuah dinamika unik. Pertemuan Legi dan Kliwon dalam konteks weton sering kali diinterpretasikan sebagai perpaduan antara energi yang cerah dan dinamis dengan energi yang lebih introspektif namun penuh pesona.
Dalam ranah perjodohan atau hubungan interpersonal, weton Legi bertemu Kliwon sering kali dianggap memiliki potensi kecocokan yang baik, namun juga tantangan yang perlu diatasi. Sifat periang dan optimis Legi dapat melengkapi sisi yang terkadang lebih analitis dan emosional dari Kliwon. Keduanya cenderung pandai berkomunikasi, yang merupakan modal penting dalam membangun hubungan yang harmonis.
Namun, perlu diingat bahwa setiap individu adalah unik. Kombinasi weton hanyalah salah satu panduan. Sifat keras kepala Legi bisa berbenturan dengan sifat Kliwon yang terkadang sulit ditebak, yang dapat menimbulkan kesalahpahaman jika komunikasi tidak dijalin dengan baik. Kelebihan Legi dalam menolong bisa disambut baik oleh Kliwon yang menghargai perhatian, namun sifat boros Kliwon bisa menjadi catatan penting bagi Legi yang mungkin lebih berorientasi pada stabilitas.
Di luar ranah hubungan personal, hitungan Jawa legi ketemu kliwon juga dapat digunakan untuk menentukan hari baik. Misalnya, jika ingin merencanakan sebuah acara yang membutuhkan energi positif dan kelancaran komunikasi, hari-hari yang memiliki kombinasi nilai Legi dan Kliwon atau yang selaras dengan energi keduanya bisa menjadi pertimbangan. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman terhadap pasaran Jawa bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga sebuah sistem yang memberikan panduan dalam menjalani kehidupan.
Penting untuk memahami bagaimana nilai angka ini bekerja dalam perhitungan Jawa. Nilai dasar untuk pasaran adalah sebagai berikut:
Sedangkan nilai hari biasa (Saptawara) adalah:
Misalnya, seseorang yang lahir pada hari Senin Legi akan memiliki jumlah nilai weton 4 (Senin) + 5 (Legi) = 9. Sedangkan seseorang yang lahir pada hari Selasa Kliwon memiliki nilai weton 3 (Selasa) + 8 (Kliwon) = 11. Perbedaan jumlah nilai ini kemudian diinterpretasikan lebih lanjut berdasarkan neptu (angka hasil penjumlahan) tersebut, yang kaitannya dengan peruntungan, kecocokan, dan sifat dasar.
Pertemuan dino legi ketemu kliwon, baik dalam konteks individu maupun peristiwa, menawarkan sebuah kajian menarik tentang bagaimana perpaduan energi dan sifat dapat menciptakan sebuah kesatuan yang unik. Memahami nilai-nilai di baliknya memberikan kita sudut pandang yang lebih kaya dalam memaknai tradisi leluhur yang masih relevan hingga kini. Ini adalah warisan kearifan lokal yang terus hidup, mengajarkan kita untuk lebih memahami diri sendiri dan orang di sekitar kita melalui lensa budaya yang mendalam.