Dalam dunia teknik sipil dan konstruksi, istilah "anker kokas" sering kali merujuk pada sistem pengencang (fastener) yang dirancang untuk memberikan daya tahan dan kekuatan tarik maksimum saat dipasang atau diikatkan pada material yang memiliki karakteristik mirip beton atau material padat lainnya, di mana "kokas" di sini bisa diinterpretasikan sebagai media padat yang menahan beban. Secara umum, anker adalah elemen vital yang berfungsi mentransfer beban struktural dari komponen yang dipasang (seperti kolom baja, mesin berat, atau railing) ke fondasi atau struktur utama. Tanpa anker yang andal, integritas seluruh sistem akan terancam.
Fungsi utama dari anker kokas adalah memastikan sambungan yang tidak mudah lepas akibat gaya lateral (geser) maupun gaya vertikal (tarik). Dalam konteks industri, terutama pada instalasi pabrik, mesin-mesin bergetar menghasilkan beban dinamis yang signifikan. Anker harus mampu menahan getaran konstan ini tanpa mengalami kelonggaran, yang mana hal ini sering kali menjadi penentu kegagalan struktural minor hingga mayor. Pemilihan jenis anker—apakah itu ekspansi mekanis, kimia, atau tipe undercut—sangat bergantung pada sifat material dasar tempat ia ditanam.
Terdapat berbagai macam teknologi yang digunakan dalam menciptakan anker yang kuat. Anker mekanis bekerja dengan prinsip pengembangan atau ekspansi saat baut dikencangkan, menciptakan friksi atau hambatan mekanis dengan dinding lubang bor. Sementara itu, anker kimiawi menggunakan resin epoksi atau vinilester yang disuntikkan ke dalam lubang. Resin ini mengeras dan menyatu secara intim dengan batang anker serta material sekitarnya, memberikan ikatan yang superior, terutama pada kondisi material yang rentan retak atau berpori.
Penerapan anker kokas sangat luas. Di bidang konstruksi jembatan, mereka digunakan untuk mengikat bantalan jembatan ke pier. Dalam industri energi, anker menahan turbin angin atau menara transmisi. Bahkan pada skala bangunan biasa, anker digunakan untuk memasang fasad atau sistem dinding gipsum pada struktur beton bertulang. Kualitas material anker, sering kali baja karbon tinggi atau stainless steel untuk lingkungan korosif, adalah faktor non-negosiabel. Kegagalan anker sering kali bukan disebabkan oleh kekuatan tarik material dasarnya, melainkan karena kesalahan dalam proses instalasi, seperti kedalaman bor yang tidak memadai atau kualitas pembersihan lubang yang buruk.
Keandalan sebuah sistem penjangkaran ditentukan oleh lebih dari sekadar spesifikasi produk. Proses pemasangan adalah tahapan kritis. Untuk anker ekspansi, torsi pengencangan harus dikalibrasi secara tepat; terlalu kencang dapat merusak material fondasi di sekitar lubang, sedangkan terlalu longgar tidak akan memberikan daya cengkeram yang optimal. Untuk anker kimia, waktu curing (pengerasan) resin harus dipatuhi dengan ketat sebelum beban struktural diterapkan. Mengabaikan prosedur ini berarti menempatkan seluruh beban pada ikatan yang belum mencapai kekuatan penuhnya.
Dalam beberapa standar desain modern, perhitungan untuk anker harus mempertimbangkan berbagai mode kegagalan potensial: kegagalan tarik pada batang anker, kegagalan geser pada batang anker, kegagalan tarik pada beton (pull-out), dan kegagalan tepi (edge failure) jika anker terlalu dekat dengan tepi pelat fondasi. Memastikan jarak antar anker (spacing) dan jarak tepi (edge distance) sesuai dengan rekomendasi pabrikan dan kode bangunan adalah langkah preventif terbaik untuk menjamin performa jangka panjang dari sambungan yang mengandalkan kekuatan anker kokas.