Angsle kacang ijo adalah sajian penutup tradisional khas Jawa Tengah yang menawarkan kombinasi rasa manis, gurih, dan hangat sempurna. Berbeda dengan bubur kacang hijau biasa, angsle memiliki kekhasan tersendiri karena disajikan dengan kuah santan encer dan seringkali dilengkapi dengan potongan ketan hitam atau sagu mutiara. Kehangatan yang disebarkan oleh semangkuk angsle membuatnya menjadi pilihan ideal untuk dinikmati saat malam hari atau ketika cuaca sedang dingin.
Nama "angsle" sendiri berasal dari cara penyajiannya yang unik, di mana kuah santan yang mendidih disiramkan perlahan ke atas bubur kacang hijau, menciptakan sensasi rasa yang menyatu secara perlahan di dalam mangkuk. Ini bukan sekadar makanan penutup; ini adalah sepotong memori dari dapur nenek, di mana kesederhanaan bahan menghasilkan cita rasa yang mendalam dan otentik.
Keunikan angsle terletak pada harmonisasi tiga elemen utama: kacang hijau yang empuk, kuah santan gurih, dan pemanis alami dari gula merah.
Kunci sukses angsle adalah tekstur kacang hijau. Kacang harus dimasak hingga benar-benar pecah dan lembut, namun tidak sampai hancur menjadi bubur total. Biasanya, penambahan sedikit daun pandan saat merebus membantu mengeluarkan aroma khas yang membuat hidangan ini semakin menggoda.
Berbeda dengan bubur kacang pada umumnya yang santannya kental, angsle menggunakan santan yang lebih cair. Santan ini direbus bersama sedikit garam dan gula pasir untuk menyeimbangkan rasa manis dari gula merah. Kuah yang ringan ini berfungsi sebagai pembawa rasa gurih yang menyelimuti kacang hijau.
Gula merah (gula aren) adalah sumber rasa manis utama. Siraman kuah gula merah yang pekat dan harum seringkali diletakkan terpisah dan baru dicampurkan saat akan dimakan, atau disajikan bersamaan dalam komposisi seimbang. Aroma jahe atau serai terkadang ditambahkan untuk memberikan sentuhan pedas yang menghangatkan tenggorokan.
Membuat angsle di rumah relatif mudah, meskipun membutuhkan sedikit kesabaran dalam proses perebusan.
Rendam 200 gram kacang hijau semalaman. Rebus kacang hijau dengan air baru, tambahkan 2 lembar daun pandan. Masak hingga empuk. Jika Anda suka versi yang lebih legit, tambahkan sedikit gula pasir saat kacang sudah mulai lunak.
Siapkan 250 ml santan kental (dari 1 butir kelapa), campurkan dengan 50 ml air, sejumput garam, dan 1 lembar daun pandan. Rebus hingga mendidih sambil terus diaduk agar santan tidak pecah. Sisihkan.
Sisir 150 gram gula merah, masukkan ke dalam panci kecil bersama 50 ml air dan 1 ruas kecil jahe (geprek). Masak hingga gula larut sempurna dan mengental. Saring untuk memisahkan kotoran.
Ambil bubur kacang hijau yang sudah matang dan tempatkan dalam mangkuk saji. Tambahkan pelengkap seperti irisan roti tawar atau sedikit sagu mutiara jika suka. Kemudian, siram perlahan dengan kuah santan hangat. Terakhir, tambahkan siraman kuah gula merah sesuai selera. Sajikan selagi hangat.
Di Jawa Tengah, terutama di daerah seperti Solo dan sekitarnya, angsle sering dijual di malam hari sebagai penghangat tubuh. Keistimewaan utama angsle terletak pada filosofi penyajiannya: kesederhanaan bahan alami diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan kenyamanan yang otentik. Setiap sendok membawa kita kembali ke masa lalu, menikmati cita rasa rumahan yang hangat tanpa banyak basa-basi.
Meskipun banyak makanan penutup modern bermunculan, angsle kacang ijo tetap memegang tempat istimewa di hati banyak orang. Ia membuktikan bahwa hidangan paling sederhana, ketika dibuat dengan bahan berkualitas dan cinta, bisa menjadi keajaiban kuliner yang tak lekang oleh waktu. Mencoba angsle adalah cara terbaik untuk merasakan denyut nadi kehangatan tradisi kuliner Nusantara.