Ilustrasi: Efek perubahan suhu terhadap tubuh.
Dalam konteks budaya Indonesia, istilah "masuk angin duduk" seringkali merujuk pada kondisi tidak nyaman yang dirasakan tubuh, biasanya setelah terpapar perubahan suhu mendadak, duduk di tempat yang dingin atau lembap, atau setelah perjalanan jauh. Meskipun secara medis istilah ini tidak baku, gejala yang menyertainya sangat nyata dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Secara umum, kondisi ini adalah respons tubuh terhadap stres lingkungan yang menyebabkan gangguan pada sistem peredaran darah dan fungsi saraf.
Gejala khas yang sering menyertai masuk angin duduk meliputi perut kembung, rasa tidak enak badan (malaise), nyeri otot ringan, kepala terasa pusing atau berat, serta kadang disertai sedikit mual atau badan meriang. Intinya, tubuh merasa 'kaget' dan memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri kembali.
Pertanyaan utama adalah: **masuk angin duduk disebabkan oleh** apa saja? Kondisi ini jarang disebabkan oleh satu faktor tunggal, melainkan kombinasi dari beberapa pemicu lingkungan dan kondisi internal tubuh.
Ini adalah penyebab paling sering. Ketika tubuh yang hangat tiba-tiba terpapar udara dingin (misalnya, AC yang terlalu kencang, angin malam, atau bangun dari tidur tanpa selimut), pembuluh darah kecil di bawah kulit cenderung menyempit (vasokonstriksi). Penyempitan ini dapat mengganggu sirkulasi darah lokal, yang kemudian diinterpretasikan oleh tubuh sebagai rasa tidak nyaman atau "masuk angin."
Inilah inti dari frasa "duduk." Duduk terlalu lama di lantai yang dingin, beton, atau permukaan yang lembap membuat panas tubuh terserap keluar lebih cepat dari area bokong dan punggung bawah. Area ini kaya akan saraf dan pembuluh darah besar. Kehilangan panas lokal ini memicu respons defensif tubuh, memicu gejala kembung dan pegal.
Tubuh yang sudah dalam kondisi lelah atau kurang tidur memiliki sistem imun dan regulasi suhu yang kurang optimal. Ketika tubuh lelah, kemampuannya untuk melawan stres lingkungan (seperti perubahan suhu) menurun drastis. Kelelahan ini seringkali menjadi 'pintu masuk' bagi gejala masuk angin.
Meskipun bukan penyebab langsung, gangguan pencernaan yang disebabkan oleh telat makan atau konsumsi makanan yang terlalu berminyak/pedas dapat memperburuk rasa kembung dan tekanan pada diafragma, yang sering dikaitkan dengan sensasi 'masuk angin duduk'. Gas yang terperangkap dalam saluran cerna memberikan tekanan yang terasa tidak nyaman.
Kurangnya cairan dalam tubuh dapat memperlambat aliran darah dan mempengaruhi kemampuan tubuh dalam menjaga suhu inti. Dehidrasi ringan pun dapat meningkatkan sensitivitas terhadap perubahan suhu lingkungan.
Penanganan utama berfokus pada penghangatan kembali tubuh dan melancarkan peredaran darah:
Pada dasarnya, kondisi **masuk angin duduk disebabkan oleh** respons negatif tubuh terhadap disregulasi suhu dan sirkulasi yang dipicu oleh faktor eksternal. Pencegahan terbaik adalah menjaga kehangatan tubuh dan memastikan istirahat yang cukup.