Di tengah hiruk pikuk kehidupan perkotaan, ada kenikmatan sederhana namun mendalam yang seringkali dicari: kehangatan minuman tradisional. Salah satu perpaduan klasik yang selalu berhasil menghangatkan tubuh dan jiwa adalah Angsle dan Ronde. Di banyak tempat, khususnya yang memiliki jejak kuliner Jawa yang kuat, sajian ini identik dengan kenyamanan di malam hari atau saat cuaca sedang bersahabat dingin. Ketika kita berbicara tentang sajian legendaris ini, nama "Ronde 66" sering muncul sebagai penanda kualitas dan otentisitas.
Simbol Kehangatan Tradisional
Mengulik Kelezatan Angsle
Angsle bukanlah sekadar minuman jahe biasa. Keistimewaannya terletak pada kekayaan rempah dan isiannya. Kuah kental berwarna cokelat muda ini dibuat dari rebusan santan segar yang dicampur dengan gula merah dan serangkaian rempah aromatik seperti jahe, serai, daun pandan, dan kadang ditambahkan sedikit cengkeh untuk kedalaman rasa. Sensasi pedas hangat dari jahe berpadu harmonis dengan gurihnya santan.
Isian dalam mangkuk angsle juga menjadi daya tarik utamanya. Biasanya, kita akan menemukan potongan-potongan ketan hitam yang pulen, mutiara sagu, dan terkadang potongan-potongan kecil roti tawar yang direndam hingga lembut. Kombinasi tekstur ini—kenyal dari ketan, lembut dari sagu, dan empuk dari roti—menjadikan angsle sebagai hidangan penutup yang mengenyangkan sekaligus menenangkan. Angsle secara esensial adalah minuman penghangat yang memuaskan dahaga sekaligus perut.
Ronde: Permata di Dalam Kuah
Jika angsle adalah fondasi kehangatan, maka ronde adalah bintang utamanya. Ronde adalah bola-bola ketan yang diisi dengan campuran gula merah parut dan jahe bubuk. Ketika digigit, gula merah cair yang hangat akan meleleh di mulut, menciptakan ledakan rasa manis pedas yang kontras dengan lembutnya adonan ketan.
Di warung atau kedai yang mengkhususkan diri pada sajian ini, seringkali ronde disajikan bersamaan dengan kuah jahe bening yang lebih ringan dibandingkan angsle, atau bahkan disajikan terpisah. Namun, yang membuat paduan angsle & ronde 66 begitu ikonik adalah ketika kedua elemen ini bertemu. Kehangatan kuah angsle yang kaya rempah meresap sempurna ke dalam bulatan ronde, menjadikan setiap suapan pengalaman sensorik yang kompleks.
Mengapa Ronde 66 Begitu Melegenda?
Nama "Ronde 66" sering diasosiasikan dengan warung-warung legendaris yang telah bertahan melewati generasi. Angka '66' mungkin mengacu pada tahun pendirian atau sekadar penanda identitas yang mudah diingat. Popularitasnya tidak lepas dari konsistensi rasa. Dalam dunia kuliner tradisional, menjaga kualitas rempah dan kesegaran bahan baku adalah kunci. Warung yang berhasil mempertahankan nama besarnya seperti Ronde 66 adalah mereka yang tidak pernah berkompromi pada standar rasa hangat dan otentik tersebut.
Banyak pelanggan setia kembali bukan hanya karena rasa, tetapi juga karena suasana. Duduk santai sambil menyeruput minuman panas ini di malam hari memberikan jeda dari kesibukan harian. Ini adalah ritual nostalgia, mengingatkan pada masa-masa di mana kesederhanaan bahan-bahan lokal mampu menciptakan keajaiban rasa.
Seni Menikmati Kehangatan
Menikmati angsle dan ronde memerlukan kesabaran. Minuman ini harus disajikan sangat panas. Hal pertama yang dilakukan adalah mencicipi kuahnya untuk merasakan tingkat rempah dan manisnya. Kemudian, sendok diarahkan untuk menangkap satu ronde yang penuh. Penting untuk tidak langsung memasukkan ronde utuh ke mulut, karena gula cair di dalamnya bisa sangat panas. Biarkan sebentar, rasakan aroma jahe yang menguar, baru kemudian santap perlahan.
Bagi mereka yang mencari opsi lebih ringan, mereka mungkin hanya memesan ronde dengan kuah jahe bening. Namun, bagi mereka yang ingin hidangan penutup yang lebih substansial, angsle dengan campuran ketan dan sagu adalah pilihan yang tepat. Keunikan dari angsle & ronde 66 adalah fleksibilitasnya dalam memenuhi selera yang berbeda, semuanya dalam payung kehangatan rempah tradisional Indonesia. Kelezatan ini adalah bukti bahwa resep sederhana yang dibuat dengan hati akan selalu menemukan tempat di hati penikmat kuliner.
Hingga kini, mencari tempat yang menjual angsle dan ronde autentik seperti yang dipopulerkan oleh nama-nama legendaris seperti Ronde 66 tetap menjadi petualangan kuliner yang menyenangkan, menjanjikan rasa hangat yang tak tergantikan.