Surat An-Nisa, yang berarti "Wanita", adalah salah satu surat Madaniyah yang kaya akan ajaran dan hukum-hukum Islam. Di dalamnya, Allah SWT memberikan panduan komprehensif mengenai berbagai aspek kehidupan, mulai dari hak dan kewajiban individu, keluarga, hingga masyarakat. Bagian dari surat ini yang mencakup ayat 50 hingga 60 memiliki makna dan relevansi yang mendalam, membahas isu-isu penting seperti kebenaran, keadilan, dan hubungan dengan Allah serta sesama manusia. Memahami ayat-ayat ini secara tuntas akan membantu kita mengaplikasikan ajaran Islam dalam keseharian dengan lebih baik.
Berikut adalah teks Arab, transliterasi latin, dan terjemahan dari surat An-Nisa ayat 50 hingga 60 untuk memudahkan pemahaman:
اُنْظُرْ كَيْفَ يَفْتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ ۚ وَكَفَىٰ بِهِ إِثْمًا مُّبِينًا
'Unẓur kayfa yaftarūna 'alā Allāhi al-każiba wa kafā bihi iżmāmmubīnā.
Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat-buat kebohongan terhadap Allah, dan cukuplah itu menjadi dosa yang nyata (jelas).
أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِّنَ ٱلْكِتَـٰبِ يُؤْمِنُونَ بِٱلْجِبْتِ وَٱلطَّـٰغُوتِ وَيَقُولُونَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَـٰٓؤُلَآءِ هَادُوا أَسَبِيلَ هُدًى مِّنَ ٱلنَّاسِ
'Alam tara 'ilā al-lażīna 'ūtū naṣībam minal-kitābi yu'minūna bil-jibti wa- al-ṭāġūti wa yaqūlūna lil-lażīna kafarū hā'ulā'i hādū 'asabila hudam min an-nāsi.
Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi sebahagian Kitab (Taurat)? Mereka beriman kepada jibt dan ṭāġūt dan berkata tentang orang-orang yang kafir (musyrik Mekah): "Orang-orang itu lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman."
أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ ۚ وَمَن يَلْعَنِ ٱللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُۥ نَصِيرًا
'Ūlā'ika al-lażīna la'anAHumu Allāhu wa man yal'ani Allāhu falan tajida lahu naṣīrā.
Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah. Dan barang siapa yang dikutuk Allah, niscaya kamu akan mendapati penolong bagi mereka.
أَمْ لَهُمْ نَصِيبٌ مِّنَ ٱلْمُلْكِ فَإِذًا لَّا يُؤْتُونَ ٱلنَّاسَ نَقِيرًا
'Am lahum naṣībum minal-mulki fa'iżānlā yu'tūna an-nāsa naqīrā.
Atau apakah mereka mempunyai bahagian (kekuasaan) dalam kerajaan (fir'aun dan pemuka kaumnya)? Jika demikian, niscaya mereka tidak akan memberikan sedikit pun kepada manusia.
أَمْ يَحْسُدُونَ ٱلنَّاسَ عَلَىٰ مَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ فَقَدْ ءَاتَيْنَآ ءَالَ إِبْرَٰهِيمَ ٱلْكِتَـٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَءَاتَيْنَـٰهُم مُّلْكًا عَظِيمًا
'Am yaḥsudūna an-nāsa 'alā mā 'ātāhumu Allāhu min faḍlihi faqa-da 'ātaynā 'ā-la 'Ibrāhīma al-kitāba wal-ḥikmata wa 'ātaynāhum mulkan 'aẓīmā.
Atau apakah mereka dengki kepada manusia (Muhammad dan pengikutnya) lantaran karunia yang telah Allah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepada mereka kerajaan yang besar.
فَمِنْهُم مَّنْ ءَامَنَ بِهِۦ وَمِنْهُم مَّن صَدَّ عَنْهُ ۚ وَكَفَىٰ بِجَهَنَّمَ سَعِيرًا
Fa minhum man 'āmana bihi wa minhum man ṣadda 'anhu wa kafā bijahannama sa'īrā.
Maka di antara mereka (ada) orang yang beriman kepadanya (Al-Qur'an dan Muhammad), dan di antara mereka ada pula yang menghalangi (darinya). Cukuplah (azab) Jahanam sebagai api yang menyala-nyala.
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا بِـَٔايَـٰتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُم بَدَّلْنَـٰهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا ٱلْعَذَابَ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا
'Inna al-lażīna kafarū bi'āyātinā sawfa nuṣlīhim nāran kullamā naḍijat julūduhum baddalnāhum julūdan ġayrahā liyażūqū al-'ażāb. 'Inna Allāha kāna 'azīzan ḥakīmā.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّـٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ لَّهُمْ فِيهَآ أَزْوَٰجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَنُدْخِلُهُمْ ظِلًّا ظَلِيلًا
Wal-lażīna 'āmanū wa 'amilū al-ṣāliḥāti sanudkhiluhum jannātin tajrī min taḥtihā al-'anhāru khālidīna fīhā 'abadan. Lahum fīhā 'azwājum muṭahharatun wa nudkhiluhum ẓillan ẓalīlā.
Tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya; dan mereka di sana mempunyai istri-istri yang disucikan, serta Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh (naungan).
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا ٱلْأَمَـٰنَـٰتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِٱلْعَدْلِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
'Inna Allāha ya'murukum 'an tu'addū al-'amānāti 'ilā 'ahlīhā wa iżā ḥakamtum bain an-nāsi 'an taḥkumū bil-'adli. 'Inna Allāha ni'immā ya'iẓukum bihi. 'Inna Allāha kāna samī'an baṣīrā.
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا أَطِيعُوا ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَـٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Yā 'ayyuhā al-lażīna 'āmanū 'aṭī'ū Allāha wa 'aṭī'ū ar-rasūla wa 'ūlī al-'amri minkum. Fa'in tanāza'tum fī syai'in faruddūhu 'ilā Allāhi wa ar-rasūli 'in kuntum tu'minūna bil-lāhi wal-yawmi al-'ākhiri. Żālika khayrun wa 'aḥsanu ta'wīlā.
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemerintah) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlain pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
Ayat 50 mengawali dengan peringatan agar manusia tidak membuat kebohongan atas nama Allah. Ini adalah pengingat keras terhadap kesesatan yang timbul dari menyandarkan sesuatu yang salah kepada Tuhan. Ayat selanjutnya (51-54) menyoroti perilaku buruk sekelompok orang yang diberi "sebahagian Kitab" (kemungkinan merujuk pada sebagian kaum Yahudi di Madinah). Mereka beriman pada hal-hal yang sesat seperti jibt (berhala atau sihir) dan ṭāġūt (segala sesuatu yang disembah selain Allah, seperti tahta kekuasaan yang menindas), dan bahkan menyatakan bahwa orang-orang kafir musyrik Mekah lebih benar jalannya daripada orang beriman. Perilaku ini adalah bentuk penolakan terang-terangan terhadap kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Allah menegaskan bahwa orang-orang seperti ini dilaknat dan tidak akan mendapatkan penolong. Ayat-ayat ini juga menyindir kemungkinan mereka memiliki kekuasaan dan kekayaan, namun jika itu benar terjadi, mereka tidak akan berbagi sedikit pun. Ketamakan dan kedengkian mereka terhadap karunia Allah yang diberikan kepada umat Islam juga dibahas, mengingatkan bahwa Allah telah memberikan karunia besar kepada keluarga Ibrahim, yaitu kitab dan kerajaan. Ada di antara mereka yang beriman, namun banyak pula yang menolak dan menghalangi kebenaran, sehingga Allah ancam dengan siksa neraka Jahanam.
Setelah menjelaskan balasan bagi orang-orang yang menolak kebenaran, ayat 55-58 memberikan kontras yang jelas dengan janji indah bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Mereka akan dimasukkan ke dalam surga yang penuh kenikmatan, kekal di dalamnya, dengan pasangan yang suci dan naungan yang nyaman. Ini adalah gambaran puncak kebahagiaan akhirat sebagai balasan atas ketaatan dan kebaikan di dunia. Di sisi lain, bagi mereka yang kafir kepada ayat-ayat Allah, siksa neraka yang pedih menanti. Penggantian kulit yang terus-menerus saat hangus adalah gambaran azab yang sangat menyakitkan, menunjukkan betapa seriusnya konsekuensi kekufuran. Keperkasaan dan kebijaksanaan Allah terlihat dalam penetapan hukuman ini.
Dua ayat terakhir dari rangkaian ini, 59 dan 60, adalah seruan penting tentang kewajiban dasar dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama. Ayat 59 menegaskan dua pilar utama: menunaikan amanat kepada pemiliknya dan menegakkan hukum dengan adil. Amanat di sini mencakup segala bentuk kepercayaan, hak, dan kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap individu. Keadilan dalam memimpin dan memutuskan perkara adalah fondasi utama ketertiban sosial. Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat segala tindakan, sehingga setiap amanat dan setiap keputusan akan dimintai pertanggungjawaban.
Ayat 60 memberikan panduan tertinggi mengenai sumber ketaatan. Umat Islam diperintahkan untuk taat kepada Allah, taat kepada Rasul-Nya, dan taat kepada pemimpin (ulil amri) yang shaleh. Namun, ketika terjadi perselisihan atau perbedaan pendapat, rujukan utamanya adalah Al-Qur'an (Allah) dan Sunnah Rasul. Ini menunjukkan bahwa otoritas tertinggi berada pada wahyu ilahi, dan kepemimpinan manusia harus selalu selaras dengan ajaran-Nya. Solusi perselisihan yang kembali kepada Allah dan Rasul adalah jalan terbaik, mencerminkan keimanan yang benar dan menghasilkan akibat yang paling baik.
Rangkaian ayat An-Nisa 50-60 memberikan pelajaran berharga tentang konsekuensi dari kebohongan dan penolakan terhadap kebenaran ilahi, serta janji balasan surga bagi orang yang beriman dan beramal saleh. Lebih dari itu, ayat-ayat ini menekankan pentingnya menunaikan amanat, menegakkan keadilan, dan menjaga ketaatan kepada Allah, Rasul, serta pemimpin yang shaleh, dengan menjadikan wahyu sebagai panduan utama dalam setiap perselisihan. Memahami dan mengamalkan nilai-nilai ini adalah kunci untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat serta membangun masyarakat yang adil dan harmonis.