"Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang membuat-buat kebohongan (dusta)."
Ayat ke-23 dari Surah An-Nahl (Lebah) ini merupakan penekanan penting dalam akidah Islam mengenai pengawasan ilahi dan bahaya kesyirikan (menyekutukan Allah). Ayat ini datang setelah serangkaian ayat yang menjelaskan tentang keesaan Allah SWT, keajaiban ciptaan-Nya, dan bantahan terhadap praktik penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum musyrik pada masa Rasulullah SAW.
Pesan utama dari An-Nahl ayat 23 adalah bahwa segala sesuatu yang dilakukan manusia, baik yang terlihat secara lahiriah (dinyatakan) maupun yang tersembunyi dalam hati (disembunyikan), sepenuhnya diketahui oleh Allah. Tidak ada rahasia yang luput dari pengetahuan-Nya yang Maha Luas.
Bagian akhir ayat, "Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang membuat-buat kebohongan (dusta)," merujuk secara spesifik pada kebohongan terbesar, yaitu kebohongan atas nama agama: mendustakan kebenaran tauhid dan mengklaim bahwa ada sekutu bagi Allah.
Bagi orang-orang musyrik, mereka mungkin tampak menyembah berhala di hadapan umum (dinyatakan), sementara di hati mereka terdapat keraguan atau bahkan niat menipu diri sendiri. Namun, bagi Allah, tipuan dan kesembunyian hati mereka tetap terbuka. Allah tidak mencintai orang yang berdusta tentang hakikat kebenaran-Nya. Kebohongan ini mencakup tindakan syirik, pengingkaran terhadap risalah kenabian, dan pengakuan palsu atas ketuhanan selain Allah.
Ayat ini menuntut kejujuran dan ketulusan mutlak dalam beribadah. Seorang Muslim harus memastikan bahwa niat dan tindakannya selaras, baik dalam kesendirian maupun di hadapan publik. Jika seseorang melakukan ibadah yang tampak sempurna di mata manusia namun di dalamnya ada unsur riya' (ingin dipuji) atau masih menyembunyikan kesyirikan kecil, Allah mengetahui hal tersebut.
Penyembahan yang benar harus datang dari hati yang murni dan pengakuan yang jujur bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Kesyirikan adalah kebohongan terbesar yang dapat dilakukan seorang hamba kepada Penciptanya. Oleh karena itu, peringatan ini menjadi landasan kuat untuk selalu menjaga kemurnian akidah (tauhid) dan menghindari segala bentuk kebohongan yang merusak hubungan dengan Sang Pencipta, karena Dia Maha Tahu setiap rahasia terdalam kita.