Di berbagai kebudayaan Asia, terutama yang dipengaruhi oleh tradisi Tiongkok, amplop merah atau yang sering kita sebut uang ampao adalah simbol yang sangat kuat. Bentuknya sederhana—sebuah amplop berwarna merah cerah—namun maknanya jauh melampaui sekadar wadah untuk uang tunai. Uang ampao bukan sekadar pemberian; ia adalah medium penyaluran doa, harapan, dan restu.
Kata "ampao" sendiri berasal dari dialek Hokkien, yang secara harfiah berarti amplop merah. Tradisi ini sangat kental terlihat saat perayaan besar seperti Tahun Baru Imlek, pernikahan, pesta kelahiran bayi, hingga acara-acara penting lainnya. Warna merah diyakini memiliki kekuatan magis untuk mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan bagi penerimanya.
Mengapa harus merah? Dalam budaya Tionghoa, merah adalah warna yang paling sakral dan dihormati. Ia melambangkan vitalitas, kebahagiaan, kemakmuran, dan nasib baik. Ketika uang diberikan dalam amplop merah, energi positif dari warna tersebut diharapkan menyelimuti uang dan orang yang menerimanya sepanjang tahun atau peristiwa yang dirayakan. Ini adalah transfer harapan sukacita.
Isi dari uang ampao biasanya berupa uang baru yang bersih. Uang baru melambangkan permulaan yang segar dan harapan akan kekayaan yang terus mengalir di masa depan. Jumlah uang yang diberikan juga sering kali diperhatikan. Angka yang mengandung angka delapan (seperti 8, 88, atau 168) sangat disukai karena angka delapan dalam bahasa Mandarin terdengar mirip dengan kata 'kemakmuran' atau 'kekayaan'. Sebaliknya, jumlah yang mengandung angka empat harus dihindari karena terdengar mirip dengan kata 'kematian'.
Pemberian uang ampao memiliki etiket dan konteks yang berbeda-beda. Saat perayaan Tahun Baru Imlek, misalnya, uang ampao diberikan oleh mereka yang sudah menikah kepada anak-anak yang belum menikah atau orang tua yang sudah lanjut usia. Ini adalah cara untuk berbagi berkah dan memastikan bahwa generasi muda memulai tahun dengan keberuntungan finansial. Bagi orang tua, menerima ampao dari anak adalah bentuk penghormatan.
Dalam pernikahan, amplop merah berfungsi sebagai hadiah pernikahan (angpau pernikahan) yang diharapkan membantu pasangan baru dalam memulai kehidupan mereka bersama. Jumlahnya cenderung lebih besar karena ini adalah momen perayaan besar yang membutuhkan restu finansial yang kuat. Fungsi utama dari uang ampao di sini adalah sebagai dukungan nyata sekaligus doa restu agar pernikahan mereka dipenuhi kebahagiaan dan kemakmuran.
Di Indonesia, tradisi ini telah beradaptasi dan melebur dengan budaya lokal, seringkali terlihat dalam perayaan keagamaan atau adat tertentu. Walaupun mungkin tidak selalu disebut ampao, konsep pemberian uang dalam wadah berwarna cerah (seringkali merah atau emas) untuk tujuan keberuntungan tetap lestari.
Penting untuk dicatat bahwa penerima ampao juga memiliki tanggung jawab etiket. Amplop harus selalu diterima dan diberikan menggunakan kedua tangan sebagai tanda penghormatan. Amplop tidak boleh dibuka di hadapan pemberi, karena hal itu bisa dianggap kurang sopan atau terlalu fokus pada nilai uangnya daripada niat baik si pemberi. Uang di dalam amplop biasanya akan disimpan sebagai 'uang keberuntungan' untuk sementara waktu sebelum digunakan.
Seiring waktu berjalan, meskipun bentuk uang tunai mungkin perlahan digantikan oleh transfer digital, esensi dari uang ampao tetap hidup. Di era modern, beberapa orang mengirimkan ‘angpao digital’ melalui aplikasi pembayaran. Meskipun wadahnya bukan lagi kertas, semangat berbagi keberuntungan, harapan akan masa depan yang cerah, dan penghormatan terhadap tradisi tetap menjadi inti dari praktik budaya yang telah berusia ribuan tahun ini. Uang ampao adalah jembatan antara harapan masa lalu dan realitas masa kini.
Pada intinya, amplop merah adalah metafora visual yang kuat—sebuah wadah kecil yang menampung harapan besar untuk kebahagiaan dan kesejahteraan bagi penerimanya.