Animasi tradisional, sering disebut juga animasi 2D klasik atau animasi cel, adalah tulang punggung industri animasi. Proses pembuatannya sangat bergantung pada keahlian menggambar tangan dan kesabaran tingkat tinggi. Meskipun kini banyak digantikan oleh teknik digital, memahami tahapan cara pembuatan animasi tradisional yang benar sangat penting untuk menghargai dasar-dasar pergerakan visual. Proses ini melibatkan serangkaian langkah metodis, mulai dari konsep ide hingga menjadi rangkaian gambar bergerak yang mulus.
Setiap karya animasi yang hebat dimulai dari ide yang kuat. Tahap pra-produksi adalah fondasi di mana seluruh proyek dibangun. Ini mencakup:
Tahap produksi adalah inti dari animasi tradisional, di mana gambar benar-benar mulai dibuat. Proses ini sangat memakan waktu dan membutuhkan ketelitian luar biasa.
Setelah storyboard disetujui, desainer menciptakan tampilan akhir (model sheet) untuk karakter dan latar belakang. Model sheet memastikan konsistensi tampilan karakter dari berbagai sudut dan ekspresi.
Storyboard kasar kemudian diatur waktunya menjadi video pendek (animatic) dengan penambahan suara sementara. Tujuannya adalah untuk menguji ritme dan durasi adegan sebelum menggambar ribuan frame.
Inilah titik awal gambar bergerak sesungguhnya. Animator utama akan menggambar pose-pose paling penting dalam sebuah gerakan (misalnya, awal lompatan, puncak lompatan, dan akhir pendaratan). Gambar kunci menentukan esensi dari gerakan tersebut.
Setelah gambar kunci selesai, tugas beralih ke "in-betweeners" (animator pembantu). Tugas mereka adalah menggambar frame-frame yang mengisi celah antara dua gambar kunci, menciptakan ilusi gerakan yang halus dan berkelanjutan. Jika sebuah animasi dibuat pada 12 frame per detik (fps), ini berarti dibutuhkan 12 gambar unik untuk setiap detik penayangan.
Setelah semua frame dasar selesai digambar pada kertas sketsa, prosesnya beralih ke rendering visual yang lebih permanen.
Sketsa kasar dan frame in-between dibersihkan dan diperhalus menjadi garis yang tajam dan definitif. Tahap ini memastikan bahwa setiap garis memiliki bobot dan kualitas yang konsisten.
Secara tradisional, gambar bersih ini dipindahkan ke lembaran asetat (cel) melalui proses penintaan (inking). Kemudian, lembaran cel tersebut diwarnai di bagian belakangnya sesuai palet warna yang telah ditentukan. Ini adalah langkah di mana karakter mendapatkan warna dan tekstur akhirnya.
Frame-frame cel yang sudah diwarnai kemudian difoto satu per satu di atas latar belakang statis atau latar belakang yang juga dianimasikan. Proses pemotretan ini menghasilkan negatif film yang akan menjadi urutan animasi final.
Tahapan terakhir adalah pemolesan teknis sebelum hasil akhir siap ditayangkan.
Memahami tahapan cara pembuatan animasi tradisional yang benar menunjukkan bahwa proses ini adalah perpaduan antara seni visual, disiplin teknis, dan manajemen proyek yang ketat. Keberhasilan sebuah animasi bergantung pada eksekusi yang teliti di setiap tahapan, terutama pada transisi antar frame yang menentukan kehalusan gerakan.