Surat An-Nisa, yang berarti "Wanita", adalah salah satu surat Madaniyah yang memiliki kedalaman makna luar biasa dalam mengatur tatanan kehidupan umat Islam. Di antara ayat-ayatnya yang kaya, terdapat Surat An Nisa ayat 27 yang sering menjadi sorotan karena pesan moral dan spiritualnya yang kuat, khususnya terkait dengan hak-hak waris dan kewajiban sosial dalam masyarakat.
Ayat ini, sebagaimana tercatat dalam Al-Qur'an, berbunyi:
Makna yang terkandung dalam Surat An Nisa ayat 27 ini sangat fundamental. Ayat ini menegaskan bahwa setiap ketetapan dan hukum yang diturunkan oleh Allah SWT adalah semata-mata bertujuan untuk memberikan kejelasan dan petunjuk bagi umat manusia. Allah tidak menginginkan kesesatan bagi hamba-Nya, melainkan sebuah jalan yang terang benderang menuju kebaikan dan keselamatan dunia akhirat.
Frasa "Allah hendak menerangkan kepadamu" mengisyaratkan bahwa Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW adalah sumber pencerahan yang tak ternilai. Segala permasalahan, keraguan, dan ketidakjelasan dalam kehidupan, baik yang bersifat individu maupun sosial, akan terjelaskan melalui tuntunan ilahi. Ini berarti, seorang Muslim yang beriman dituntut untuk senantiasa merujuk kepada kedua sumber utama tersebut dalam setiap aspek kehidupannya.
Selanjutnya, ayat ini juga menyebutkan "dan menunjukkan kepadamu jalan orang-orang yang sebelum kamu". Siapakah orang-orang yang dimaksud di sini? Umumnya, para mufassir (ahli tafsir) menjelaskan bahwa ini merujuk pada para nabi dan rasul terdahulu serta umat-umat mereka yang saleh. Allah ingin umat Nabi Muhammad SAW mengambil pelajaran dari sejarah, baik dari keberhasilan maupun kegagalan umat-umat sebelumnya. Ini adalah bentuk pembelajaran kolektif agar umat Islam dapat menghindari kesalahan yang sama dan meneladani jejak kebaikan para pendahulu yang taat kepada Allah.
Implikasi praktis dari pemahaman ini sangat luas. Dalam konteks hukum waris yang sering dibahas dalam Surat An Nisa, ayat 27 ini menjadi landasan bahwa aturan pembagian waris yang telah dijelaskan dalam ayat-ayat sebelumnya adalah bagian dari "penerangan" dan "petunjuk" dari Allah. Ini bukan sekadar aturan manusia yang bisa diubah-ubah, melainkan ketetapan ilahi yang memiliki hikmah mendalam, meskipun terkadang akal manusia belum sepenuhnya mampu menjangkaunya.
Pesan penting lainnya adalah frasa "dan (hendak) menerima taubatmu". Ini menunjukkan bahwa Allah Maha Pengampun. Meskipun manusia tidak luput dari kesalahan dan dosa, pintu taubat senantiasa terbuka lebar bagi mereka yang tulus menyesali perbuatannya dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah yang tak terbatas, memberikan kesempatan kedua bagi hamba-Nya untuk kembali ke jalan yang benar.
Surat An Nisa ayat 27 juga menekankan sifat Allah yang senantiasa "Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". Pengetahuan Allah mencakup segala sesuatu, yang lahir maupun yang batin, yang tampak maupun yang tersembunyi. Kebijaksanaan-Nya pun meliputi setiap ketetapan dan hukum yang Dia turunkan. Tidak ada satu pun hukum Allah yang sia-sia atau tanpa tujuan. Semua memiliki hikmah yang agung, meskipun terkadang tersembunyi dari pandangan manusia.
Dalam kaitannya dengan ayat-ayat sebelumnya mengenai pembagian waris, khususnya ayat 11 dan 12 yang mengatur hak-hak perempuan dan kerabat dalam pembagian harta warisan, ayat 27 ini menjadi penegas bahwa seluruh aturan tersebut berasal dari Sang Pencipta yang Maha Sempurna. Allah menginginkan keadilan terwujud dalam keluarga dan masyarakat. Pengaturan waris ini bertujuan untuk mencegah perselisihan, menjaga keharmonisan, serta memastikan bahwa hak-hak yang seharusnya diterima oleh setiap ahli waris terpenuhi.
Oleh karena itu, memahami Surat An Nisa ayat 27 memberikan perspektif yang lebih luas tentang bagaimana seorang Muslim seharusnya memandang hukum-hukum syariat. Ini bukan sekadar seperangkat aturan yang kaku, melainkan sebuah sistem yang komprehensif, yang dirancang oleh Dzat Yang Maha Tahu untuk kemaslahatan umat manusia. Dengan memahami ayat ini, diharapkan seorang Muslim semakin mantap dalam mengamalkan ajaran Islam, senantiasa mencari kejelasan dari sumber-sumber wahyu, mengambil pelajaran dari sejarah, serta selalu memohon ampunan dan bertawakal kepada Allah SWT.
Pada akhirnya, Surat An Nisa ayat 27 adalah pengingat abadi bahwa Allah menginginkan kebaikan bagi kita. Dengan mengikuti petunjuk-Nya, kita diarahkan pada jalan yang benar, dibimbing oleh hikmah para nabi terdahulu, dan senantiasa diberikan kesempatan untuk bertaubat. Ini adalah janji Allah yang pasti, sebuah kepastian yang memberikan ketenangan dan keyakinan bagi setiap hamba yang beriman.