Dalam ajaran Islam, Al-Qur'an adalah kitab suci yang menjadi pedoman hidup bagi umat Muslim. Setiap ayat di dalamnya mengandung hikmah, petunjuk, dan peringatan yang berharga. Salah satu ayat yang sering direnungkan dan menjadi perhatian adalah Surat An Nisa ayat 118. Ayat ini memiliki makna mendalam yang mengingatkan kita tentang kekuasaan Allah SWT dan bagaimana setan berusaha menyesatkan manusia.
Surat An Nisa, yang berarti "Wanita", adalah surat madaniyah (turun di Madinah) yang membahas berbagai aspek kehidupan sosial, hukum, dan ibadah. Ayat 118 dari surat ini secara spesifik menyoroti tentang perintah-perintah Allah dan bagaimana setan selalu berusaha untuk menjauhkan manusia dari jalan-Nya.
"(Mereka itu dilaknat) dan mereka berkata: "Aku pasti akan mengambil dari hamba-hamba-Mu bagian yang sudah ditentukan (untukku)."
(QS. An Nisa: 118)
Ayat ini merupakan kelanjutan dari percakapan antara Allah SWT dengan iblis pada ayat sebelumnya. Allah menjelaskan bahwa iblis telah bersumpah akan menggoda dan menyesatkan anak cucu Adam. Ayat 118 ini secara gamblang menggambarkan niat dan janji iblis yang akan mengambil "bagian yang ditentukan" dari hamba-hamba Allah. Bagian yang dimaksud di sini bukanlah bagian yang adil atau wajar, melainkan bagian yang diambil melalui tipu daya, godaan, dan ajakan untuk melakukan kemaksiatan.
Makna dari "mengambil bagian yang ditentukan" oleh iblis perlu kita cermati. Ini bukan berarti iblis memiliki kekuatan mutlak untuk menguasai manusia. Sebaliknya, iblis hanya bisa mendekati dan menggoda orang-orang yang mau mengikuti ajakannya. Allah SWT berfirman dalam ayat lain, "Dan tidak ada kekuasaan bagi setan atas mereka, melainkan agar Kami mengetahui siapa yang beriman kepada hari akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhan-mu benar-benar penjaga atas segala sesuatu." (QS. Saba': 21).
Dari sini, kita memahami bahwa iblis tidak bisa memaksa seseorang. Ia hanya bisa membisikkan ke dalam hati, menampilkan keburukan terlihat indah, dan menjanjikan kesenangan semu duniawi. Orang-orang yang lemah iman, lalai dari mengingat Allah, atau terlalu terbawa arus hawa nafsu, merekalah yang mudah tergoda dan akhirnya "memberikan" sebagian dari dirinya kepada iblis.
Peringatan dalam An Nisa ayat 118 ini seharusnya menjadi alarm bagi setiap Muslim. Kita harus selalu waspada terhadap bisikan-bisikan yang mengajak kepada keburukan, kemaksiatan, dan menjauhkan kita dari ketaatan kepada Allah. Godaan setan datang dalam berbagai bentuk: pujian yang berlebihan yang menimbulkan kesombongan, kemarahan yang tidak terkendali, iri dengki, cinta dunia yang berlebihan, ghibah, fitnah, dan lain sebagainya. Semuanya adalah celah bagi setan untuk masuk dan menguasai hati.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini juga bisa diartikan sebagai peringatan bagi para pemimpin dan pembuat kebijakan. Jika mereka mengeluarkan perintah yang bertentangan dengan syariat Islam, menzalimi rakyat, atau justru memfasilitasi kemaksiatan, maka mereka secara tidak langsung telah "memberikan bagian" kepada setan dan menjauhkan masyarakat dari rahmat Allah. Kepemimpinan yang zalim adalah salah satu bentuk keberhasilan setan dalam menyesatkan umat.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa memperkuat benteng spiritual. Meningkatkan ibadah, membaca dan merenungkan Al-Qur'an, berdoa memohon perlindungan kepada Allah, serta menjauhi lingkungan dan perbuatan yang dapat menjerumuskan diri dalam godaan setan adalah langkah-langkah krusial. Kita perlu menyadari bahwa pertarungan melawan hawa nafsu dan godaan setan adalah perjuangan seumur hidup.
Surat An Nisa ayat 118 adalah pengingat yang sangat penting. Ia mengajarkan kita bahwa setiap tindakan dan pilihan kita memiliki konsekuensi. Dengan memahami ayat ini, kita diharapkan menjadi lebih berhati-hati dalam setiap langkah, agar tidak menjadi bagian dari "hamba" yang berhasil digoda oleh iblis. Mari kita senantiasa memohon pertolongan Allah agar dijauhkan dari segala bentuk tipu daya setan dan senantiasa berada di jalan kebenaran.
Gambar dibuat menggunakan SVG.