Sakit dada adalah keluhan yang seringkali menimbulkan kecemasan karena asosiasi utamanya adalah masalah jantung. Namun, tidak semua nyeri dada mengarah pada kondisi kardiovaskular. Salah satu penyebab yang umum dan relatif tidak berbahaya adalah **sakit dada karena angin**, atau dalam istilah medis lebih sering dikaitkan dengan penumpukan gas atau kembung di saluran pencernaan bagian atas. Kondisi ini sering kali menyesatkan karena rasa nyerinya bisa sangat mirip dengan angina.
Saluran pencernaan, terutama lambung dan usus, terletak sangat dekat dengan diafragma—otot besar yang memisahkan dada dan perut. Ketika terjadi penumpukan gas berlebih di area ini, tekanan mekanis dapat terjadi. Gas yang terperangkap, seringkali akibat proses pencernaan yang tidak sempurna, makanan tertentu, atau menelan udara (aerofagia), dapat mendorong diafragma ke atas.
Dorongan pada diafragma ini kemudian mengirimkan sinyal nyeri yang dirasakan di area dada. Dalam banyak kasus, sakit dada akibat angin ini berhubungan erat dengan kondisi seperti dispepsia (gangguan pencernaan), refluks asam lambung (GERD), atau sindrom iritasi usus besar (IBS) yang menyebabkan perut kembung parah. Rasa sakitnya bisa terasa tajam, menusuk, atau seperti tertahan, seringkali memburuk setelah makan atau saat berbaring.
Membedakan nyeri dada akibat gas dan nyeri dada iskemik (jantung) sangat penting. Meskipun diagnosis pasti harus dilakukan oleh tenaga medis, ada beberapa karakteristik umum yang bisa membantu:
Jika diagnosis mengarah pada penyebab gastrointestinal (gas/angin), penanganan di rumah seringkali efektif. Tujuannya adalah mengurangi pembentukan gas dan membantu pengeluarannya.
Pencegahan adalah kunci untuk mengurangi frekuensi sakit dada karena angin. Perhatikan pola makan Anda. Hindari makanan yang dikenal menghasilkan banyak gas seperti brokoli mentah, kol, bawang, minuman berkarbonasi, dan pemanis buatan (sorbitol).
Selain itu, ubah kebiasaan makan. Makanlah perlahan dan kunyah makanan dengan baik untuk mengurangi jumlah udara yang tertelan. Jika Anda cenderung minum melalui sedotan atau mengunyah permen karet, kurangi kebiasaan tersebut karena keduanya meningkatkan aerofagia. Mengelola stres juga penting, karena kecemasan dapat memengaruhi fungsi pencernaan.
Meskipun nyeri dada akibat gas umumnya jinak, Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter jika: nyeri dada berulang kali terjadi, rasa sakit semakin parah, atau jika Anda memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin tes diagnostik untuk menyingkirkan kondisi serius lainnya seperti penyakit jantung, radang paru-paru, atau tukak lambung.