Merangkul yang Ordinär: Menemukan Makna dalam Kesederhanaan Hidup
Pendahuluan: Memahami Konsep yang Ordinär
Dalam pusaran kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan, seringkali kita disuguhi narasi tentang kehebatan, kesuksesan luar biasa, dan pencapaian-pencapaian yang gemilang. Media sosial menjadi etalase bagi hidup yang serba mewah, petualangan eksotis, dan momen-momen "Instagrammable" yang seolah tak berkesudahan. Dalam hiruk-pikuk ini, ada sebuah konsep yang seringkali terabaikan, bahkan mungkin dianggap kurang menarik: yang ordinär. Kata 'ordinär' berasal dari bahasa Jerman atau Swedia yang berarti 'biasa', 'lumrah', 'standar', atau 'tidak istimewa'. Di Indonesia, meskipun bukan kata yang umum digunakan dalam percakapan sehari-hari, esensinya merujuk pada segala sesuatu yang sederhana, rutin, dan biasa kita temui, jauh dari kesan spektakuler atau luar biasa.
Kita hidup dalam masyarakat yang memuliakan yang ekstraordinär. Sejak kecil kita didorong untuk menjadi yang terbaik, untuk mencapai hal-hal besar, dan untuk selalu menonjol. Narasi ini, meskipun memiliki tujuan positif untuk memacu motivasi, seringkali tanpa disadari menciptakan beban ekspektasi yang berat. Kita merasa harus terus-menerus mencari kegembiraan yang sensasional, pengalaman yang mendebarkan, dan pengakuan yang gemilang. Akibatnya, kita sering lupa untuk melihat, merasakan, dan menghargai keindahan serta kedalaman makna yang tersembunyi dalam momen-momen yang paling biasa, dalam rutinitas harian yang sering kita anggap membosankan.
Artikel ini hadir sebagai sebuah undangan untuk merenung, untuk sejenak menghentikan pencarian tak berujung akan yang luar biasa, dan untuk mengalihkan pandangan kita pada hal-hal yang ordinär. Ini bukan berarti menyerah pada mediokritas atau berhenti bercita-cita, melainkan sebuah ajakan untuk menemukan keseimbangan, untuk menyadari bahwa kebahagiaan sejati, kedamaian batin, dan kepuasan hidup seringkali tidak ditemukan di puncak gunung yang tertinggi atau di tengah gemerlap lampu kota yang termegah, melainkan dalam secangkir kopi pagi, dalam percakapan hangat dengan orang terkasih, dalam heningnya senja yang memudar, atau dalam tugas-tugas harian yang kita jalani dengan penuh kesadaran.
Melalui eksplorasi yang mendalam, kita akan mencoba memahami mengapa merangkul yang ordinär bisa menjadi kunci menuju kehidupan yang lebih kaya makna, lebih tenang, dan lebih otentik. Kita akan mengkaji dimensi filosofis, psikologis, dan praktis dari kesederhanaan, serta bagaimana kita dapat mengintegrasikannya ke dalam kehidupan kita yang modern dan kompleks. Mari kita mulai perjalanan untuk menemukan keajaiban dalam yang biasa, untuk melihat bahwa yang ordinär tidak berarti membosankan, melainkan fondasi kokoh bagi eksistensi kita.
Bagian 1: Fondasi Filosofis Kesederhanaan
1.1 Esensi Kehidupan: Mengapa yang Biasa Itu Penting?
Secara filosofis, pandangan tentang yang ordinär atau kesederhanaan telah menjadi topik diskusi selama berabad-abad. Banyak aliran pemikiran yang menekankan pentingnya fokus pada esensi kehidupan, yang seringkali berakar pada hal-hal yang paling dasar dan biasa. Filosofi Stoicisme, misalnya, mengajarkan kita untuk memusatkan perhatian pada apa yang bisa kita kontrol, yaitu pikiran dan tindakan kita sendiri, dan menerima apa yang di luar kendali kita. Sebagian besar kehidupan kita, dengan segala rutinitas dan peristiwa sehari-hari, berada dalam kategori yang terakhir – hal-hal yang biasa terjadi, yang ordinär, yang harus kita terima dan hadapi dengan ketenangan.
Bagi para Stoic, kebahagiaan (eudaimonia) bukanlah hasil dari pencapaian yang spektakuler atau akumulasi kekayaan, melainkan dari hidup selaras dengan alam dan akal sehat. Ini berarti menghargai momen saat ini, tidak terlalu terbawa emosi oleh peristiwa eksternal, dan menemukan kedamaian dalam keberadaan kita yang sederhana. Konsep ini sangat relevan dengan pemahaman kita tentang yang ordinär; bahwa justru dalam hal-hal yang tidak mencolok inilah kita menemukan kesempatan untuk melatih kebijaksanaan, kesabaran, dan ketahanan.
Demikian pula, dalam tradisi Timur, seperti Buddhisme, penekanan pada "momen sekarang" atau "hidup di sini dan kini" adalah inti dari pencerahan. Kebanyakan momen kita adalah ordinär. Duduk, berjalan, makan, bernapas—semua adalah tindakan biasa yang, ketika dilakukan dengan penuh kesadaran (mindfulness), dapat menjadi gerbang menuju pencerahan dan kedamaian batin. Ini menunjukkan bahwa yang ordinär bukanlah sesuatu yang harus dilewati dengan cepat menuju "sesuatu yang lebih baik," melainkan arena di mana kehidupan yang sesungguhnya berlangsung dan makna dapat ditemukan.
Bukan berarti kita harus pasif atau berhenti berusaha. Sebaliknya, pemahaman tentang yang ordinär adalah tentang membangun fondasi yang kuat. Sebuah bangunan tinggi yang megah (yang ekstraordinär) tidak akan bertahan tanpa fondasi yang kokoh (yang ordinär). Demikian pula, hidup yang bermakna dan memuaskan tidak akan tercapai jika kita terus-menerus mengabaikan atau meremehkan pilar-pilar dasar yang membentuknya.
Gambar 1: Ilustrasi pemandangan yang tenang dengan rumah sederhana, melambangkan kehidupan yang ordinär dan damai.
1.2 Keindahan dalam Keseharian: Estetika yang Terlupakan
Salah satu aspek paling revolusioner dari merangkul yang ordinär adalah penemuan kembali keindahan. Kita sering terpaku pada standar keindahan yang glamor, yang disajikan di majalah mode, film, atau media sosial. Padahal, ada bentuk keindahan yang lebih halus, lebih intim, dan lebih mudah diakses yang tersebar di sekitar kita, menunggu untuk ditemukan.
Ambillah contoh estetika Jepang yang dikenal sebagai wabi-sabi. Wabi-sabi adalah filosofi yang menemukan keindahan dalam ketidaksempurnaan, ketidakteraturan, kesederhanaan, dan apa yang fana. Ini adalah apresiasi terhadap keausan waktu, terhadap bahan-bahan alami, dan terhadap objek-objek yang telah melewati berbagai pengalaman. Sebuah cangkir teh yang sedikit retak, sebuah bangku kayu yang lapuk, atau bunga yang layu di vas – semua ini memiliki keindahan wabi-sabi karena mereka mencerminkan realitas hidup yang tidak sempurna, yang ordinär, dan yang terus berubah. Wabi-sabi mengundang kita untuk melihat melampaui standar keindahan konvensional dan menemukan kedalaman emosional dalam yang sederhana.
Demikian pula, minimalisme, sebuah gerakan yang semakin populer, adalah tentang menyingkirkan kelebihan dan fokus pada apa yang benar-benar esensial. Dengan mengurangi barang-barang materi, hiruk-pikuk visual, dan jadwal yang padat, minimalisme membantu kita menciptakan ruang (baik fisik maupun mental) untuk menghargai hal-hal yang paling mendasar dan ordinär: udara bersih, sinar matahari, waktu bersama orang-orang terkasih, atau momen hening untuk refleksi. Dalam kesederhanaan ini, kita menemukan kejelasan dan kedamaian yang seringkali hilang dalam kekayaan materi yang berlebihan.
Keindahan yang ordinär juga terletak pada detail-detail kecil yang sering kita lewatkan: embun pagi di dedaunan, aroma roti yang baru dipanggang, suara hujan di atap, atau pola bayangan yang terbentuk oleh sinar matahari di dinding. Untuk melihat keindahan ini, kita tidak perlu melakukan perjalanan jauh atau mengeluarkan biaya besar. Yang kita butuhkan hanyalah kehadiran penuh kesadaran dan kemauan untuk membuka mata dan hati terhadap lingkungan sekitar kita. Ini adalah keindahan yang demokratis, yang tersedia bagi semua orang, kapan saja, dan di mana saja.
Bagian 2: Dimensi Ordinär dalam Kehidupan Kontemporer
2.1 Rutinitas sebagai Pilar Kesejahteraan
Di era di mana spontanitas dan petualangan sering diglorifikasi, rutinitas seringkali dicap sebagai sesuatu yang membosankan atau membatasi. Namun, rutinitas yang terstruktur dengan baik adalah salah satu elemen paling ordinär dan paling penting untuk kesejahteraan fisik dan mental kita. Otak kita mencintai pola dan prediktabilitas. Rutinitas mengurangi kebutuhan untuk mengambil keputusan berulang, sehingga menghemat energi mental yang bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih kompleks.
Bayangkan rutinitas pagi yang sederhana: bangun pada waktu yang sama setiap hari, minum segelas air, melakukan peregangan ringan, sarapan, dan membaca beberapa halaman buku. Masing-masing tindakan ini, secara individu, adalah ordinär dan tidak spektakuler. Namun, ketika digabungkan secara konsisten, mereka menciptakan fondasi yang stabil untuk memulai hari, mengurangi tingkat stres, dan meningkatkan fokus. Rutinitas yang baik juga memberikan rasa kontrol di tengah dunia yang sering terasa tidak terduga.
Sebaliknya, kurangnya rutinitas atau rutinitas yang kacau dapat menyebabkan rasa cemas, kelelahan, dan ketidakproduktifan. Ketika kita tidak memiliki struktur, setiap keputusan kecil menjadi sebuah tantangan, dan kita mudah terseret oleh distraksi atau urgensi yang tiba-tiba. Rutinitas, dalam esensinya yang ordinär, adalah penopang yang memungkinkan kita untuk tumbuh, beradaptasi, dan bahkan berinovasi. Mereka adalah kanvas dasar di mana kita melukis hari-hari kita.
Contoh lain adalah rutinitas tidur. Tidur yang cukup dan berkualitas adalah salah satu rutinitas biologis paling ordinär yang sangat penting bagi kesehatan. Namun, di dunia yang tidak pernah tidur, banyak orang mengorbankan rutinitas tidur mereka demi pekerjaan, hiburan, atau media sosial. Konsekuensinya adalah kelelahan kronis, penurunan fungsi kognitif, dan peningkatan risiko berbagai penyakit. Ini menunjukkan betapa seringnya kita meremehkan kekuatan fundamental dari kebiasaan-kebiasaan yang paling sederhana dan biasa.
2.2 Hubungan Interpersonal yang Ordinär: Kekuatan Koneksi Sederhana
Hubungan antarmanusia juga seringkali ditekankan dari sudut pandang yang ekstraordinär: momen romantis yang dramatis, perayaan ulang tahun yang mewah, atau liburan yang tak terlupakan. Namun, esensi dari hubungan yang sehat dan langgeng terletak pada interaksi-interaksi yang paling ordinär dan sehari-hari. Sebuah senyuman sapaan, percakapan ringan di meja makan, bantuan kecil saat dibutuhkan, atau sekadar kehadiran yang menenangkan di samping seseorang – inilah fondasi sejati dari ikatan yang kuat.
Dalam persahabatan, momen-momen ordinär seperti minum kopi bersama, berjalan-jalan santai, atau berbagi cerita tentang hari-hari biasa adalah yang membentuk kedekatan. Bukan pesta besar atau hadiah mahal, melainkan konsistensi dukungan, empati, dan waktu yang dihabiskan bersama dalam konteks yang tidak spektakuler. Hal yang sama berlaku dalam keluarga. Ikatan keluarga diperkuat bukan hanya oleh acara-acara besar, tetapi oleh rutinitas makan malam bersama, membantu anak mengerjakan PR, atau menonton film di sofa.
Media sosial seringkali menciptakan ilusi bahwa semua orang memiliki kehidupan sosial yang selalu seru dan penuh petualangan. Perbandingan ini dapat membuat kita merasa hubungan kita sendiri, dengan segala aspeknya yang ordinär, kurang berharga. Namun, penelitian psikologi menunjukkan bahwa kualitas hubungan—bukan kuantitas atau glamornya—adalah prediktor utama kebahagiaan dan umur panjang. Kualitas ini dibangun dari ribuan interaksi kecil yang ordinär, dari kerentanan yang dibagikan, dan dari penerimaan tanpa syarat dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Kekuatan hubungan yang ordinär juga terletak pada kemampuannya untuk menjadi jangkar di tengah badai. Ketika hidup menjadi sulit, bukan kemewahan yang kita cari, melainkan bahu untuk bersandar, telinga yang mau mendengarkan, dan tangan yang siap membantu. Ini adalah bentuk dukungan yang paling mendasar, paling jujur, dan paling ordinär, namun tak ternilai harganya.
2.3 Pekerjaan dan Produktivitas: Keunggulan Konsistensi Ordinär
Di dunia kerja, kita sering mendengar tentang inovasi disruptif, pencapaian rekor, atau proyek-proyek yang mengubah dunia. Namun, di balik setiap keberhasilan besar, ada fondasi pekerjaan yang ordinär, konsisten, dan seringkali tidak glamor. Produktivitas sejati bukanlah tentang momen-momen inspirasi yang tiba-tiba, melainkan tentang disiplin untuk melakukan tugas-tugas dasar dengan baik, setiap hari.
Seorang penulis mungkin sesekali menghasilkan ide brilian, tetapi novelnya tidak akan selesai tanpa ribuan jam mengetik, merevisi, dan melakukan riset—semua adalah tugas yang ordinär. Seorang atlet tidak mencapai puncak tanpa rutinitas latihan harian yang melelahkan, pengorbanan, dan disiplin diri yang ketat. Bahkan di perusahaan teknologi paling inovatif sekalipun, keberhasilan bergantung pada tim-tim yang secara konsisten melakukan pekerjaan pengkodean, pengujian, dan pemeliharaan—tugas-tugas yang pada dasarnya ordinär namun fundamental.
Konsep "kaizen" dari Jepang, yang berarti perbaikan berkelanjutan, adalah contoh sempurna dari kekuatan yang ordinär dalam konteks produktivitas. Kaizen tidak mencari perubahan radikal atau inovasi besar-besaran, tetapi berfokus pada peningkatan kecil, bertahap, dan terus-menerus. Setiap peningkatan individu mungkin tampak tidak signifikan, tetapi akumulasi dari perubahan-perubahan ordinär ini dapat menghasilkan transformasi yang luar biasa dari waktu ke waktu. Ini mengajarkan kita bahwa kesuksesan jangka panjang seringkali merupakan hasil dari konsistensi dalam melakukan hal-hal kecil dengan baik.
Menerima yang ordinär dalam pekerjaan berarti menghargai proses, bukan hanya hasil akhir. Ini berarti menemukan kepuasan dalam menyelesaikan tugas harian, belajar dari kesalahan kecil, dan terus mengasah keterampilan dasar. Dengan demikian, kita membangun kompetensi dan kepercayaan diri yang kokoh, yang pada akhirnya akan memungkinkan kita untuk menghadapi tantangan yang lebih besar dan, mungkin, mencapai hal-hal yang ekstraordinär, tetapi selalu di atas fondasi yang ordinär dan kuat.
2.4 Konsumsi dan Gaya Hidup: Menolak Obsesi yang Ekstraordiner
Masyarakat modern, terutama di negara-negara yang berkembang pesat, sering didorong oleh budaya konsumerisme yang agresif. Kita terus-menerus dibombardir dengan iklan yang menjanjikan kebahagiaan melalui produk terbaru, pengalaman paling mewah, atau gaya hidup paling glamor. Ada tekanan besar untuk memiliki barang-barang bermerek, melakukan perjalanan ke destinasi eksotis, atau mengalami hal-hal yang "harus dicoba" agar hidup kita terasa penuh dan bermakna. Ini adalah obsesi terhadap yang ekstraordinär dalam konsumsi.
Namun, kepuasan yang didapat dari konsumsi berlebihan seringkali berumur pendek. Kebaruan produk akan memudar, sensasi petualangan akan usai, dan kita akan kembali merasa kosong, mencari stimulasi berikutnya. Ini adalah lingkaran setan yang tidak pernah berakhir, di mana kebahagiaan terus-menerus dikejar melalui hal-hal eksternal yang tidak berkelanjutan.
Menerima gaya hidup yang ordinär dalam konsumsi berarti menggeser fokus dari kepemilikan dan pengalaman yang sensasional menuju apresiasi terhadap apa yang sudah kita miliki dan apa yang benar-benar kita butuhkan. Ini berarti menemukan kepuasan dalam fungsionalitas barang, dalam kualitas yang tahan lama, dan dalam pengalaman sehari-hari yang sederhana.
Gerakan seperti slow living dan simple living adalah respons terhadap tekanan konsumerisme ini. Slow living menganjurkan untuk melambatkan ritme hidup, menikmati setiap momen, dan fokus pada kualitas daripada kuantitas. Ini bisa berarti menikmati makanan yang dimasak sendiri, menghabiskan sore hari membaca buku di taman, atau melakukan hobi yang menenangkan. Semua adalah aktivitas yang ordinär, namun mampu memberikan kedalaman dan kepuasan yang tidak bisa dibeli.
Simple living, di sisi lain, menekankan pada pengurangan materi dan fokus pada hal-hal yang esensial. Dengan membebaskan diri dari kebutuhan untuk terus membeli dan memiliki, kita juga membebaskan waktu, uang, dan energi mental yang bisa dialokasikan untuk hal-hal yang lebih bermakna—hubungan, pertumbuhan pribadi, atau kontribusi kepada masyarakat. Dalam konteks ini, yang ordinär menjadi sinonim dengan kebebasan dan keberlanjutan.
Bagian 3: Psikologi dan Manfaat Merangkul yang Ordinär
3.1 Mengurangi Kecemasan dan Stres
Di era modern ini, tingkat kecemasan dan stres masyarakat telah mencapai titik yang mengkhawatirkan. Salah satu pemicu utamanya adalah tekanan yang tak henti-hentinya untuk selalu "lebih": lebih sukses, lebih kaya, lebih cantik/tampan, lebih produktif, dan memiliki hidup yang lebih menarik daripada orang lain. Kita terus-menerus membandingkan diri dengan standar yang seringkali tidak realistis, yang sebagian besar disaring dan dipercantik di media sosial.
Ekspektasi tinggi ini menciptakan lingkungan mental yang sangat tidak sehat. Kita merasa harus terus-menerus berjuang untuk mencapai sesuatu yang luar biasa, dan ketika kita gagal (yang mana adalah hal yang sangat ordinär dan manusiawi), kita merasa tidak cukup, kecewa, atau bahkan depresi. Di sinilah peran merangkul yang ordinär menjadi sangat krusial. Ketika kita menerima bahwa hidup sebagian besar terdiri dari hal-hal biasa, dan bahwa tidak apa-apa untuk tidak selalu menjadi yang terbaik atau paling spektakuler, beban berat di pundak kita mulai terangkat.
Menerima yang ordinär adalah latihan dalam kerendahan hati dan realisme. Ini adalah pengakuan bahwa hidup tidak selalu perlu menjadi sebuah petualangan epik atau serial drama yang mendebarkan. Kadang-kadang, hidup hanyalah tentang melewati hari demi hari, melakukan tugas-tugas dasar, dan menemukan momen-momen ketenangan di antara hiruk-pikuk. Pendekatan ini secara drastis mengurangi tekanan untuk tampil sempurna, membuka ruang bagi kita untuk bernapas, beristirahat, dan hanya "menjadi".
Praktek mindfulness (kesadaran penuh) adalah contoh sempurna bagaimana fokus pada yang ordinär dapat mengurangi kecemasan. Mindfulness melibatkan perhatian yang disengaja pada momen saat ini tanpa penilaian. Ini bisa berupa fokus pada napas kita, sensasi tubuh kita, atau suara-suara di sekitar kita—semua adalah elemen yang ordinär. Dengan melatih kesadaran ini, kita belajar untuk tidak terlalu terikat pada pikiran-pikiran yang cemas tentang masa lalu atau masa depan, dan sebaliknya menemukan kedamaian dalam realitas sederhana dari saat ini.
3.2 Meningkatkan Rasa Syukur dan Kepuasan
Salah satu manfaat paling indah dari merangkul yang ordinär adalah kemampuannya untuk menumbuhkan rasa syukur yang mendalam dan kepuasan yang langgeng. Ketika kita berhenti mengejar kegembiraan yang sensasional, mata kita menjadi lebih terbuka terhadap keajaiban yang ada dalam hal-hal yang paling biasa. Sinar matahari pagi yang hangat, air minum yang bersih, makanan yang mengenyangkan, tempat tidur yang nyaman, atau tawa seorang anak – semua ini adalah berkah yang sangat ordinär, namun seringkali kita abaikan karena terlalu fokus mencari yang lebih besar.
Rasa syukur adalah tentang mengakui dan menghargai kebaikan yang ada dalam hidup kita, sekecil apapun itu. Ketika kita secara sadar melatih diri untuk mensyukuri hal-hal yang ordinär, perspektif kita tentang kebahagiaan mulai bergeser. Kita menyadari bahwa kebahagiaan bukanlah tujuan yang jauh di sana, yang hanya bisa dicapai setelah serangkaian pencapaian besar, tetapi sebuah keadaan yang bisa diakses setiap saat, melalui apresiasi terhadap momen-momen sederhana.
Jurnal syukur adalah alat yang efektif untuk melatih ini. Dengan mencatat setidaknya tiga hal yang kita syukuri setiap hari, kita melatih otak kita untuk mencari hal-hal positif, bahkan dalam hari-hari yang mungkin terasa ordinär atau menantang. Hal-hal yang ditulis bisa sangat sederhana: secangkir kopi yang nikmat, cuaca yang cerah, percakapan singkat dengan teman, atau lagu favorit yang diputar di radio. Dengan secara konsisten memusatkan perhatian pada hal-hal kecil ini, kita secara bertahap membangun reservoir rasa syukur yang mengubah cara kita memandang hidup secara keseluruhan.
Kepuasan yang datang dari merangkul yang ordinär juga lebih stabil dan berkelanjutan daripada kepuasan yang datang dari kesenangan sesaat. Kesuksesan besar dan hadiah mewah mungkin memberikan kegembiraan yang intens, tetapi seringkali bersifat sementara. Kepuasan dari apresiasi yang konstan terhadap hidup yang ordinär, di sisi lain, adalah fondasi yang kokoh untuk kebahagiaan yang tahan lama, karena ia berakar pada realitas yang selalu ada, tidak peduli apa pun keadaan eksternal.
3.3 Membangun Resiliensi dan Ketahanan Mental
Hidup ini penuh dengan tantangan, baik yang besar maupun yang kecil. Kemampuan untuk menghadapi kesulitan dan bangkit kembali dari kemunduran dikenal sebagai resiliensi. Dan tahukah Anda, bahwa resiliensi ini seringkali dibangun melalui pengalaman yang paling ordinär?
Sebagian besar waktu, hidup bukanlah tentang menghadapi krisis besar setiap hari. Sebaliknya, ini tentang menavigasi serangkaian tantangan kecil yang ordinär: keterlambatan lalu lintas, tugas yang membosankan di tempat kerja, konflik kecil dengan pasangan, atau kegagalan rencana. Bagaimana kita merespons tantangan-tantangan kecil yang ordinär ini membentuk otot resiliensi kita. Jika kita belajar untuk mengatasi frustrasi kecil dengan kesabaran, memecahkan masalah sehari-hari dengan ketekunan, dan menerima kekecewaan kecil dengan lapang dada, kita menjadi lebih kuat secara mental.
Ketika kita terus-menerus mencari pengalaman yang luar biasa, kita mungkin menjadi kurang siap untuk menghadapi kenyataan bahwa sebagian besar hidup adalah tentang hal-hal yang ordinär dan kadang-kadang sulit. Menerima bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana, dan bahwa kemunduran adalah bagian ordinär dari proses, adalah langkah pertama untuk membangun ketahanan. Ini memungkinkan kita untuk melihat tantangan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh, bukan sebagai tanda kegagalan atau ketidakmampuan.
Ketenangan yang ditemukan dalam rutinitas yang ordinär juga berperan dalam membangun resiliensi. Ketika kita memiliki fondasi yang stabil (rutinitas harian, hubungan yang solid, apresiasi terhadap hal-hal kecil), kita memiliki "tempat aman" untuk kembali ketika badai datang. Fondasi ini memberikan rasa keamanan dan prediktabilitas yang esensial untuk menjaga kesehatan mental di masa-masa sulit. Dengan merangkul yang ordinär, kita tidak hanya belajar untuk bertahan, tetapi untuk berkembang, bahkan di tengah ketidakpastian.
Bagian 4: Tantangan dan Cara Mengintegrasikan yang Ordinär
4.1 Mengatasi Distraksi Modern: Media Sosial dan Budaya Perbandingan
Salah satu tantangan terbesar dalam merangkul yang ordinär di era digital ini adalah dominasi media sosial dan budaya perbandingan yang diusungnya. Platform seperti Instagram, Facebook, dan TikTok seringkali menjadi etalase bagi "highlight reel" kehidupan orang lain. Kita melihat liburan mewah, pesta glamor, pencapaian karier yang fantastis, atau penampilan fisik yang sempurna. Yang seringkali tidak terlihat adalah kerja keras di baliknya, momen-momen yang ordinär, kegagalan, atau perjuangan yang tidak dibagikan.
Paparan terus-menerus terhadap citra-citra yang disaring dan sempurna ini dapat menciptakan rasa "Fear of Missing Out" (FOMO), di mana kita merasa hidup kita kurang menarik, kurang bermakna, atau kurang membahagiakan dibandingkan orang lain. Kita mulai meragukan nilai dari rutinitas kita yang ordinär, dari hubungan kita yang sederhana, dan dari kebahagiaan kita yang tenang, karena mereka tidak terlihat cukup "spektakuler" di layar ponsel.
Untuk mengatasi distraksi ini, langkah pertama adalah kesadaran. Sadari bahwa apa yang Anda lihat di media sosial adalah versi yang diedit dari realitas, bukan gambaran penuh dan jujur. Kemudian, pertimbangkan untuk membatasi paparan Anda. Ini bisa berarti mengurangi waktu layar, berhenti mengikuti akun-akun yang membuat Anda merasa tidak cukup, atau bahkan mengambil jeda total dari media sosial untuk jangka waktu tertentu. Dengan mengurangi "kebisingan" dari yang ekstraordinär, Anda memberikan ruang bagi diri sendiri untuk kembali fokus pada realitas Anda sendiri, dengan segala aspeknya yang ordinär.
Alih-alih FOMO, kita bisa melatih JOMO (Joy of Missing Out). JOMO adalah kepuasan yang muncul dari memilih untuk tidak berpartisipasi dalam keramaian atau tren yang tak henti-hentinya, dan sebaliknya, menikmati momen-momen tenang dan ordinär yang kita miliki. Ini adalah tentang memilih kedamaian dan kehadiran di atas validasi eksternal. Dengan merangkul JOMO, kita memberdayakan diri sendiri untuk mendefinisikan apa yang penting bagi kita, terlepas dari apa yang orang lain lakukan atau pamerkan.
Gambar 2: Seseorang sedang membaca buku sambil minum teh, merepresentasikan kedamaian dalam aktivitas yang ordinär.
4.2 Praktik Nyata untuk Hidup yang Lebih Ordinär
Integrasi yang ordinär ke dalam hidup kita tidak perlu menjadi perubahan radikal. Ini adalah serangkaian praktik kecil dan konsisten yang secara bertahap menggeser fokus kita. Berikut adalah beberapa cara praktis untuk memulai:
- Mulailah dengan Rutinitas Pagi yang Tenang: Alih-alih langsung mengecek ponsel, luangkan 10-15 menit untuk diri sendiri. Meditasi singkat, minum segelas air hangat, atau sekadar duduk hening sambil menikmati suasana pagi. Ini adalah momen ordinär yang dapat memberikan nada tenang untuk sisa hari Anda.
- Fokus pada Satu Tugas pada Satu Waktu: Multitasking seringkali dipuji, tetapi jarang efektif. Saat melakukan tugas yang ordinär—entah itu mencuci piring, membalas email, atau berjalan kaki—berikan perhatian penuh pada tugas tersebut. Ini adalah bentuk mindfulness yang meningkatkan efisiensi dan mengurangi stres.
- Nikmati Makanan Sederhana Tanpa Gangguan: Makan adalah salah satu aktivitas paling ordinär, namun seringkali kita melakukannya sambil terburu-buru, di depan layar, atau tanpa kesadaran. Luangkan waktu untuk makan dengan tenang, rasakan setiap gigitan, dan nikmati interaksi (jika makan bersama).
- Jadwalkan Waktu untuk "Tidak Melakukan Apapun": Di dunia yang mendorong produktivitas tanpa henti, menjadwalkan waktu luang yang tidak terstruktur terasa kontraintuitif. Namun, momen-momen ordinär seperti melamun, menatap jendela, atau hanya duduk diam tanpa tujuan adalah krusial untuk kreativitas dan kesehatan mental.
- Terhubung Secara Otentik: Alih-alih mencari interaksi yang "berharga" atau "penting," hargai percakapan ringan dengan barista, tetangga, atau rekan kerja. Senyum, sapaan, atau pertanyaan tulus tentang kabar mereka adalah interaksi ordinär yang membangun jembatan dan meningkatkan rasa komunitas.
- Sadarilah Lingkungan Sekitar Anda: Saat berjalan kaki, naik kendaraan umum, atau bahkan di dalam rumah, luangkan waktu sejenak untuk memperhatikan detail-detail ordinär: tekstur daun, warna langit, pola trotoar, atau suara-suara di sekitar. Ini adalah latihan dalam melihat keindahan yang ada di mana-mana.
Praktik-praktik ini, meskipun masing-masing ordinär, ketika dilakukan secara konsisten, akan secara bertahap mengubah cara Anda mengalami dunia, membantu Anda menemukan kedalaman dan makna dalam hidup yang seringkali luput dari perhatian.
4.3 Peran Lingkungan dalam Membentuk Apresiasi terhadap yang Ordinär
Lingkungan tempat kita tinggal, bekerja, dan berinteraksi memiliki pengaruh besar terhadap bagaimana kita memandang yang ordinär. Jika kita terus-menerus dikelilingi oleh kekacauan, kebisingan, dan tekanan untuk selalu berprestasi, akan sulit untuk menemukan ketenangan dan menghargai kesederhanaan. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan yang mendukung apresiasi terhadap yang ordinär adalah langkah penting.
- Menciptakan Ruang Fisik yang Tenang: Deklarasi rumah atau ruang kerja dapat membantu mengurangi distraksi dan menciptakan suasana yang lebih damai. Fokus pada fungsionalitas dan estetika yang sederhana, bukan pada akumulasi barang. Ruang yang bersih dan tertata rapi mengundang pikiran untuk juga menjadi lebih teratur dan menghargai momen yang ordinär.
- Memilih Komunitas yang Mendukung: Lingkungan sosial kita juga penting. Jika kita dikelilingi oleh orang-orang yang terus-menerus mengejar status, kekayaan, atau sensasi, kita mungkin akan merasa tertekan untuk melakukan hal yang sama. Mencari komunitas atau teman yang menghargai nilai-nilai kesederhanaan, kedamaian, dan keberadaan yang ordinär dapat memberikan dukungan moral dan inspirasi.
- Menghabiskan Waktu di Alam: Alam adalah guru yang paling hebat tentang yang ordinär. Siklus matahari terbit dan terbenam, pertumbuhan tanaman, aliran sungai, atau hembusan angin—semua adalah fenomena yang ordinär namun penuh keajaiban. Menghabiskan waktu di alam membantu kita untuk melambatkan ritme, menyelaraskan diri dengan irama yang lebih alami, dan menghargai kesederhanaan serta kebesaran alam semesta. Ini adalah terapi gratis untuk jiwa yang lelah karena terus-menerus mencari yang ekstraordinär.
Dengan sengaja membentuk lingkungan kita—baik fisik maupun sosial—untuk mendukung apresiasi terhadap yang ordinär, kita menciptakan jalur yang lebih mudah menuju kehidupan yang lebih tenang, lebih bermakna, dan lebih bahagia.
Kesimpulan: Merangkul Penuh Kehidupan Ordinär
Perjalanan kita dalam menjelajahi makna dan manfaat dari merangkul yang ordinär telah membawa kita pada sebuah pemahaman yang mendalam. Kita telah melihat bagaimana di balik tirai kehidupan yang serba spektakuler dan penuh tekanan, tersembunyi sebuah harta karun berupa kedamaian, kepuasan, dan kebahagiaan yang dapat diakses melalui apresiasi terhadap hal-hal yang paling biasa. Yang ordinär bukanlah sinonim dari mediokritas atau kegagalan, melainkan fondasi fundamental di mana kehidupan yang autentik dan kaya makna dibangun.
Mulai dari esensi filosofis yang mengajarkan kita untuk mencari makna dalam momen kini, hingga dimensi psikologis yang membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan rasa syukur, hingga praktik-praktik nyata yang dapat kita terapkan dalam rutinitas harian—semua menunjukkan bahwa yang ordinär memiliki kekuatan transformatif. Ini bukan tentang menolak ambisi atau berhenti berinovasi, melainkan tentang menempatkan fondasi yang kokoh agar inovasi dan ambisi tersebut dapat berkembang di atas tanah yang subur, bukan di atas pasir yang mudah goyah.
Di dunia yang terus-menerus mendikte kita untuk menjadi "lebih" dan mencapai "lebih banyak," memilih untuk merangkul yang ordinär adalah sebuah tindakan pemberontakan yang tenang namun kuat. Ini adalah pilihan sadar untuk mendefinisikan kembali apa arti kesuksesan dan kebahagiaan bagi diri kita sendiri, terlepas dari narasi dominan yang disuguhkan oleh masyarakat dan media. Ini adalah pengakuan bahwa hidup yang paling kaya mungkin bukan yang paling spektakuler di mata dunia, tetapi yang paling dalam menghargai setiap momen biasa, setiap interaksi sederhana, dan setiap langkah rutin yang membentuk keseluruhan perjalanan kita.
Mari kita akhiri dengan sebuah ajakan: Beranilah untuk menjadi ordinär. Beranilah untuk menemukan keindahan dalam secangkir teh panas, dalam percakapan tanpa tujuan, dalam rutinitas yang menenangkan, atau dalam heningnya pagi. Beranilah untuk mematikan notifikasi, mengabaikan budaya perbandingan, dan mendengarkan suara hati Anda yang mungkin merindukan kesederhanaan. Dengan merangkul yang ordinär, kita tidak hanya menemukan kembali kedamaian dalam diri kita, tetapi juga membuka pintu menuju kehidupan yang lebih utuh, lebih sadar, dan pada akhirnya, lebih bermakna.
"Kehidupan yang paling kaya bukanlah yang paling banyak mengalami hal-hal luar biasa, tetapi yang paling dalam menghargai hal-hal biasa."
Semoga refleksi ini menginspirasi Anda untuk melihat dunia dengan mata yang baru, dan menemukan keajaiban yang tak terhingga dalam kehidupan Anda yang ordinär.