Perbedaan Pendapat Mengenai Jumlah Ayat Al-Qur'an

Al-Qur'anul Karim, sebagai kitab suci terakhir yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, memiliki keutuhan dan kemukjizatan yang tak terbantahkan. Salah satu aspek yang sering menjadi pembahasan di kalangan ulama adalah mengenai jumlah total ayat di dalamnya. Meskipun Al-Qur'an hanya memiliki satu teks wahyu yang sama, perbedaan pendapat muncul mengenai cara menghitung dan menetapkan titik akhir setiap ayat (fasilah).

Kitab Suci

Visualisasi representasi Mushaf

Perspektif Imam Hafidz Mengenai Jumlah Ayat

Istilah "Imam Hafidz" merujuk kepada ulama besar yang memiliki hafalan kuat terhadap Al-Qur'an (hafidz) sekaligus otoritas keilmuan yang diakui (imam). Dalam konteks perbedaan qira'at dan riwayat hitungan ayat, salah satu tokoh yang sering dirujuk adalah **Imam Hafs bin Sulaiman al-Asadi**, perawi utama dari bacaan Qira'at Ashim yang menjadi standar bacaan mayoritas dunia Islam hari ini. Namun, dalam konteks hitungan ayat secara umum, para imam seperti Imam Ibnu Katsir, Imam Nafi', Imam Abu Amr, Imam Ashim, Imam Hamzah, dan Imam Kisa'i memiliki pandangan berbeda yang mereka sandarkan pada riwayat dari kota-kota asal mereka (Makkah, Madinah, Syam, Kufah, Basrah).

Ketika kita secara spesifik merujuk pada pandangan yang diasosiasikan dengan **Imam Hafidz** (seringkali merujuk pada riwayat Hafs dari Ashim), jumlah ayat Al-Qur'an yang diterima secara luas berdasarkan riwayat tersebut adalah **6.236 ayat**. Angka ini sering dianggap sebagai standar hitungan 'Utsmani' yang tersebar luas di banyak mushaf modern, meskipun perlu dicatat bahwa angka ini tidak mutlak disepakati oleh seluruh ulama penghitung ayat (ahli 'adad).

Mengapa Terjadi Perbedaan Penghitungan?

Perbedaan dalam jumlah ayat ini bukan berarti ada penambahan atau pengurangan dalam teks Al-Qur'an itu sendiri, melainkan perbedaan metodologis dalam menentukan di mana sebuah ayat berakhir dan ayat berikutnya dimulai. Beberapa poin utama penyebab perbedaan ini meliputi:

  1. Penentuan Basmalah: Beberapa ulama (terutama madrasah Kufah, termasuk riwayat Ashim yang diikuti Hafs) menghitung Basmalah (بسم الله الرحمن الرحيم) di awal Surat At-Taubah sebagai ayat tersendiri. Namun, di surah lain (seperti At-Taubah), mereka tidak menghitung Basmalah awal surah tersebut sebagai ayat yang terpisah. Sementara madrasah Makkah dan Madinah umumnya tidak menghitung Basmalah sebagai bagian dari ayat di surah mana pun, kecuali di awal Surah Al-Fatihah.
  2. Ayat Pendek: Terdapat perbedaan dalam menggolongkan kalimat-kalimat pendek yang terletak di awal atau akhir surah sebagai ayat penuh atau hanya bagian dari ayat sebelumnya/berikutnya. Misalnya, pemisahan antara 'Aamien' di akhir Al-Fatihah.
  3. Ayat yang Terpisah: Beberapa ulama menganggap kalimat tertentu yang berdiri sendiri sebagai ayat, sementara yang lain menggabungkannya dengan ayat sebelum atau sesudahnya karena konteks makna.

Rincian Penghitungan Menurut Riwayat Populer

Jika kita merujuk pada riwayat yang sering dikaitkan dengan standar Imam Hafs (riwayat Kufah), jumlahnya adalah 6.236 ayat. Namun, jika kita melihat riwayat lain yang juga memiliki otoritas tinggi, kita menemukan angka yang sedikit berbeda:

Perbedaan antara angka tertinggi (6.236) dan terendah (6.204) hanyalah sekitar 32 ayat. Ini menunjukkan konsistensi luar biasa dalam penghafalan dan penulisan teks Al-Qur'an selama lebih dari seribu empat ratus tahun, di mana perbedaan hanya terletak pada "titik koma" atau batasan ayat. Bagi umat Islam, hal ini menegaskan bahwa perbedaan hitungan ayat tidak mengurangi keaslian dan kebenaran substansi Al-Qur'an.

Kesimpulan

Menurut pandangan yang paling banyak diikuti, yang sering diasosiasikan dengan riwayat Imam Hafs bin Sulaiman (sebagai perawi utama dari Ashim), jumlah ayat Al-Qur'an adalah 6.236 ayat. Perbedaan pendapat yang ada di antara para Imam Hafidz (ulama penghitung ayat) semata-mata berakar pada metode *waqaf* (berhenti) dan *ibtida'* (memulai) saat pembacaan, bukan pada teks Al-Qur'an itu sendiri. Keunikan ini justru menjadi salah satu bukti pemeliharaan Allah atas kitab-Nya, yang tetap terjaga meskipun detail teknis penghitungan memiliki variasi berdasarkan tradisi riwayat kota-kota besar Islam di masa awal.

🏠 Homepage