Ilustrasi kalender dan jam, melambangkan waktu dan penghitungan.
Dalam tradisi sebagian besar masyarakat, khususnya di Indonesia, peringatan hari kematian seseorang atau yang sering disebut "selamatan" memiliki makna spiritual dan sosial yang mendalam. Perhitungan hari selamatan ini seringkali mengacu pada kalender, memastikan acara peringatan dilaksanakan pada waktu yang tepat sesuai dengan adat dan ajaran. Memahami cara menghitung selamatan orang meninggal adalah sebuah kebutuhan bagi banyak keluarga yang sedang berduka, untuk menjaga tali silaturahmi, mendoakan arwah, dan merangkul anggota keluarga yang ditinggalkan.
Selamatan orang meninggal bukanlah sekadar ritual kumpul-kumpul. Ini adalah momen refleksi, doa bersama untuk ketenangan arwah di alam baka, dan bentuk penghormatan terakhir serta pengabdian dari keluarga dan kerabat. Tanggal pelaksanaan selamatan biasanya mengikuti pola hitungan tertentu yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Perhitungan selamatan orang meninggal umumnya didasarkan pada beberapa penanda waktu penting setelah kepergian seseorang. Hari-hari yang paling umum diperingati adalah:
Penting untuk dicatat bahwa penentuan hari ini dihitung mulai dari hari meninggal itu sendiri sebagai "hari pertama". Jadi, jika seseorang meninggal pada hari Senin, maka malam pertama adalah Senin malam, tiga harian adalah Rabu, tujuh harian adalah Minggu, dan seterusnya. Kalender Masehi dan kalender hijriyah terkadang juga menjadi acuan, tergantung pada kebiasaan setempat atau preferensi keluarga.
Proses kehilangan orang terkasih adalah masa yang sulit. Berikut beberapa panduan yang mungkin membantu:
Meskipun teknologi digital saat ini telah mempermudah banyak hal, termasuk kalender digital, perhitungan selamatan ini tetap mengandalkan pemahaman tradisi dan ketepatan hitungan hari berdasarkan momen wafat.
Perhitungan selamatan ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan dari keyakinan akan adanya kehidupan setelah kematian dan pentingnya mendoakan orang yang telah berpulang. Rentang waktu antara peringatan selamatan juga memiliki tafsiran tersendiri, seperti masa peralihan bagi arwah, hingga penguatan doa dan pengabdian dari keluarga.
Setiap keluarga mungkin memiliki sedikit perbedaan dalam penentuan jumlah hari selamatan yang rutin diperingati, namun esensinya tetap sama: sebuah bentuk cinta, penghormatan, dan pengabdian yang tiada putus kepada orang tua, saudara, atau kerabat yang telah mendahului.