Dalam membangun atau mengelola jaringan komputer, baik skala kecil (SOHO) maupun skala korporasi, perangkat keras seperti switch dan hub memainkan peran fundamental. Mereka berfungsi sebagai pusat konektivitas, memastikan data dapat dikirimkan secara efisien antar perangkat. Pertanyaan mengenai 'jumlah switch/hub' yang dibutuhkan seringkali menjadi krusial dalam fase perencanaan dan desain jaringan.
Menentukan jumlah perangkat keras jaringan ini bukanlah sekadar menghitung jumlah komputer. Keputusan ini sangat bergantung pada beberapa faktor teknis dan fisik:
Setiap switch atau hub memiliki batasan jumlah perangkat yang bisa dihubungkan, diukur dalam jumlah port (misalnya, 8-port, 16-port, atau 24-port). Jika Anda memiliki 50 komputer di satu lantai dan menggunakan switch 24-port, Anda secara minimal memerlukan $50 / 24 \approx 2.08$, yang berarti dibutuhkan 3 unit switch (dengan asumsi port tambahan untuk server atau printer).
Jaringan yang baik harus memiliki ruang untuk berkembang. Jika kantor Anda diperkirakan akan menambah 10 karyawan tahun depan, Anda harus memilih switch yang tidak terisi penuh saat ini. Menggunakan switch dengan utilisasi port di bawah 70% adalah praktik umum untuk memfasilitasi penambahan perangkat tanpa perlu segera mengganti perangkat keras.
Dalam jaringan modern, penggunaan hub hampir tidak disarankan karena sifatnya yang mengirimkan data ke semua port (menghasilkan banyak tabrakan data). Keputusan ini hampir selalu mengarah pada penggunaan switch. Jika Anda mendistribusikan koneksi dari satu switch inti (core switch) ke beberapa area kerja, Anda akan memerlukan switch akses (access switch) di setiap area tersebut. Jumlah switch akses akan bertambah seiring dengan bertambahnya zona fisik atau kebutuhan isolasi segmen jaringan (VLAN).
Switch kelas enterprise seringkali dijual dalam modul atau chassis yang memungkinkan penambahan line card (modul port). Dalam skenario ini, jumlah unit fisik mungkin hanya satu chassis besar, namun kapasitas port efektifnya jauh lebih besar daripada switch desktop sederhana. Keandalan juga memengaruhi keputusan: untuk area kritis, diperlukan switch redundan atau switch yang mendukung fitur manajemen daya dan pemantauan yang lebih canggih.
Meskipun keduanya berfungsi menghubungkan perangkat, filosofi operasinya sangat berbeda, yang secara langsung memengaruhi cara penghitungan jumlah perangkat yang diperlukan. Hub bekerja pada lapisan fisik (Layer 1) dan mengirimkan semua data (frame) yang masuk ke semua port lainnya. Ini menyebabkan penurunan kinerja drastis seiring bertambahnya perangkat karena meningkatnya kolisi.
Sebaliknya, switch bekerja pada lapisan data link (Layer 2) dan menggunakan alamat MAC untuk mengirim data hanya ke port tujuan yang spesifik. Efisiensi ini berarti Anda dapat menampung lebih banyak perangkat pada jumlah port yang sama tanpa mengalami penurunan kinerja yang signifikan seperti pada hub. Oleh karena itu, dalam desain modern, jika Anda menghitung kebutuhan perangkat keras, Anda hampir selalu menghitung jumlah switch yang dibutuhkan.
Misalnya, sebuah kantor memiliki 80 stasiun kerja, 5 server, dan 10 printer yang semuanya harus berada dalam satu subnet logis awal. Anda memutuskan untuk menggunakan switch standar 24-port Gigabit Ethernet:
Secara matematis, ini berarti Anda membutuhkan 4 switch jika semua port terpakai habis. Namun, dengan mempertimbangkan kebutuhan skalabilitas (ruang untuk 20% pertumbuhan), Anda harus mengalokasikan sekitar 114 port efektif ($95 \times 1.2$). Dalam skenario ini, 5 unit switch 24-port ($5 \times 24 = 120$ port) akan memberikan margin keamanan yang wajar tanpa pemborosan berlebihan.
Kesimpulannya, jumlah switch/hub yang dibutuhkan tidak tetap, melainkan hasil kalkulasi dari kepadatan perangkat, kebutuhan performa, dan perencanaan ekspansi jaringan di masa mendatang. Fokus harus selalu beralih dari hub ke switch untuk menjamin efisiensi transmisi data.