Memahami perkembangan jumlah penduduk provinsi Kalimantan Selatan merupakan aspek krusial dalam perencanaan pembangunan daerah. Provinsi yang dikenal dengan julukan "Seribu Sungai" ini terus mengalami dinamika demografi yang menarik, seiring dengan pertumbuhan sektor ekonomi dan perubahan tata ruang wilayah. Data populasi selalu menjadi indikator utama bagi alokasi sumber daya, pembangunan infrastruktur, serta penyediaan layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan.
Secara umum, tren peningkatan populasi di Kalimantan Selatan sejalan dengan pertumbuhan wilayah lain di Pulau Kalimantan. Namun, perlu dicermati distribusi spasial penduduk ini. Mayoritas penduduk cenderung terkonsentrasi di wilayah perkotaan, khususnya di sekitar pusat pemerintahan dan ekonomi seperti Banjarmasin dan Banjarbaru. Kepadatan penduduk di kawasan metropolitan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah penyangga atau wilayah pedalaman yang masih didominasi oleh kawasan hutan dan perkebunan.
Meskipun angka pasti dapat bervariasi tergantung metodologi survei (apakah sensus, proyeksi, atau survei antar-sensus), proyeksi terbaru mengindikasikan bahwa populasi Kalimantan Selatan telah melewati batas signifikan. Angka ini mencerminkan tingkat kelahiran alami serta migrasi masuk yang stabil dari daerah lain di Indonesia, didorong oleh peluang kerja, terutama di sektor pertambangan, perkebunan, dan jasa.
Pertumbuhan populasi ini memberikan dua sisi mata uang. Di satu sisi, peningkatan jumlah penduduk berarti peningkatan potensi sumber daya manusia yang siap berkontribusi pada perekonomian daerah. Tenaga kerja yang melimpah menjadi daya tarik investasi. Di sisi lain, pertumbuhan cepat memerlukan adaptasi cepat dari pemerintah daerah dalam hal menyediakan lapangan kerja yang memadai, perumahan layak, dan yang terpenting, menjaga kelestarian lingkungan alam Kalimantan Selatan yang rentan terhadap tekanan pembangunan.
Analisis lebih mendalam menunjukkan bahwa struktur umur penduduk Kalimantan Selatan saat ini cenderung berada pada fase bonus demografi, di mana proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) cukup besar dibandingkan dengan penduduk usia tanggungan. Fase ini adalah jendela emas bagi provinsi untuk mengakselerasi pembangunan jika sumber daya manusia dikelola dengan baik melalui peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan vokasional.
Kabupaten/kota dengan laju pertumbuhan tercepat seringkali menjadi prioritas utama dalam pembangunan infrastruktur. Misalnya, kawasan penyangga ibu kota baru juga akan mengalami peningkatan signifikan dalam beberapa waktu ke depan, menciptakan tantangan baru dalam hal perencanaan tata ruang kota yang terintegrasi dan berkelanjutan.
Data kependudukan bukan hanya tentang kuantitas, tetapi juga kualitas. Pemerintah daerah terus berupaya meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencakup dimensi kesehatan, pendidikan, dan daya beli. Peningkatan rata-rata lama sekolah dan harapan hidup penduduk adalah indikator keberhasilan pembangunan yang harus diimbangi dengan penyerapan tenaga kerja yang dihasilkan oleh pertumbuhan demografi.
Kesimpulannya, melihat proyeksi terbaru mengenai jumlah penduduk provinsi Kalimantan Selatan memberikan pandangan optimis terhadap potensi demografis daerah. Namun, keberhasilan masa depan sangat bergantung pada bagaimana pemerintah dan masyarakat mampu mengelola pertumbuhan ini secara inklusif, memastikan bahwa setiap warga negara mendapatkan akses yang adil terhadap peluang dan layanan, sambil tetap menjaga identitas dan keaslian lingkungan Kalimantan Selatan. Evaluasi berkala terhadap data migrasi dan pertumbuhan alami sangat penting untuk memastikan kebijakan yang diterapkan tetap relevan dengan realitas lapangan yang dinamis.