Representasi simbolis dari kebijaksanaan dan cakupan kekuasaan Nabi Sulaiman.
Nabi Sulaiman, putra Nabi Daud AS, diangkat menjadi raja atas Bani Israil setelah wafat ayahnya. Masa pemerintahannya dikenal sebagai puncak kejayaan Kerajaan Israel, ditandai dengan karunia luar biasa dari Allah SWT. Karunia ini mencakup kemampuan berbicara dengan binatang, menguasai jin, dan mengelola sumber daya alam serta kekayaan yang tak terhingga.
Salah satu aspek yang paling menarik dan sering menjadi perdebatan dalam sejarah kenabian adalah mengenai kehidupan pribadi beliau, khususnya terkait **jumlah istri Nabi Sulaiman**. Mengingat statusnya sebagai raja besar yang memiliki kekuasaan absolut di zamannya, logis jika kehidupan rumah tangganya pun memiliki dimensi politik dan sosial yang kompleks.
Dalam berbagai literatur sejarah, baik Islam maupun non-Islam, tidak ada angka tunggal yang disepakati secara mutlak mengenai total pasangan hidup Nabi Sulaiman. Perbedaan ini seringkali muncul karena fokus narasinya yang berbeda—apakah fokus pada istri yang sah secara agama atau sekadar hubungan politik melalui pernikahan.
Dalam konteks syariat yang berlaku saat itu dan ajaran Islam yang kemudian disempurnakan, jumlah istri ideal bagi seorang pria umumnya dibatasi. Namun, bagi para nabi, batasan ini kadang dianggap berbeda, atau pernikahan tersebut memiliki tujuan yang lebih besar daripada sekadar pemenuhan hasrat pribadi.
Salah satu angka yang paling sering disebut dalam berbagai riwayat, terutama yang menekankan pada aspek politik pernikahan, adalah bahwa Nabi Sulaiman AS memiliki istri dalam jumlah yang sangat banyak, bahkan ada yang menyebutkan mencapai ratusan, termasuk selir atau pasangan politik.
Pernikahan bagi seorang penguasa besar seperti Sulaiman AS bukan hanya masalah pribadi, tetapi juga strategi diplomatik. Meminang putri raja-raja dari negeri tetangga adalah cara paling efektif untuk menjalin aliansi, mengamankan perbatasan, dan menyebarkan pengaruh tanpa perlu mengangkat pedang.
Meskipun total angka menjadi samar, beberapa nama istri Nabi Sulaiman AS tercatat dengan jelas karena peran mereka yang signifikan, baik dalam sejarah maupun dalam kisah yang berhubungan dengan kesalahannya di akhir hayatnya.
Salah satu yang paling terkenal adalah Ratu Balqis dari Negeri Saba (Sheba). Kisah pertemuan mereka, dialog antara kecerdasan Balqis dan kebijaksanaan Sulaiman, hingga akhirnya Balqis bersyahadat dan menikahinya, adalah babak penting yang tercatat dalam Al-Qur'an (QS. An-Naml: 22-44).
Kehadiran Balqis, seorang ratu yang kuat dan berpengaruh, menegaskan dimensi politik dari pernikahan Nabi Sulaiman. Ia bukan sekadar istri tambahan, melainkan simbol pengakuan atas kebesaran dan kebenaran yang dibawa oleh Nabi Sulaiman.
Apabila kita menerima riwayat yang menyebutkan jumlah istri Nabi Sulaiman AS melebihi batas empat yang ditetapkan dalam syariat Islam belakangan, perlu dipahami konteks zaman. Syariat Islam yang diterapkan pada Nabi Muhammad SAW adalah penyempurnaan. Para nabi terdahulu memiliki aturan yang mungkin berbeda, disesuaikan dengan konteks sosial dan kebutuhan penyebaran risalah pada era mereka.
Namun, terlepas dari jumlah pastinya, kisah Nabi Sulaiman AS memberikan pelajaran penting mengenai ujian kekuasaan. Di akhir hayatnya, ketika beliau lalai karena kesibukan duniawi (yang mungkin diperparah oleh beban mengelola keluarga besar dan kerajaan yang luas), Allah SWT menguji beliau. Ujian tersebut sering dikaitkan dengan kemaksiatan yang dilakukan melalui istri-istrinya (seperti menyembah berhala yang mereka bawa dari negerinya), yang kemudian berujung pada hilangnya kekuasaan dan perhiasan kerajaannya.
Kisah ini menjadi peringatan universal bahwa kekuasaan, kekayaan, dan bahkan keluarga yang besar sekalipun dapat menjadi ujian berat jika keimanan dan fokus kepada Allah mulai teralihkan. Oleh karena itu, fokus utama dalam mempelajari **jumlah istri Nabi Sulaiman** seharusnya diarahkan pada pelajaran moral dan spiritual yang ditinggalkan, bukan semata-mata pada angka pastinya.