Perbedaan Penghitungan Ayat Al-Qur'an: Fokus pada Metodologi Ulama Kufah

Simbol Kitab Suci dan Tanda Baca

Al-Qur'anul Karim, firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, adalah sumber rujukan utama bagi umat Islam. Meskipun keesaan teksnya tidak diragukan lagi, terdapat perbedaan pendapat historis mengenai jumlah total ayatnya. Perbedaan ini muncul bukan karena penambahan atau pengurangan teks, melainkan perbedaan dalam metodologi waqaf (berhenti) dan cara penomoran ayat yang dilakukan oleh para ulama di berbagai pusat keilmuan Islam pada masa awal.

Salah satu mazhab perhitungan yang paling dikenal adalah metodologi yang berkembang di Kufah, Irak. Para ahli qiraat dan penghitung ayat dari Kufah memiliki standar tertentu dalam menentukan di mana sebuah ayat berakhir dan ayat baru dimulai. Metodologi ini menjadi salah satu dari tujuh riwayat utama mengenai jumlah ayat Al-Qur'an yang diterima secara luas dalam tradisi Islam.

Asal Usul Perbedaan Penghitungan

Penting untuk dipahami bahwa perbedaan jumlah ayat ini terkait erat dengan cara para sahabat Nabi dan tabi'in menghafal dan menuliskan Al-Qur'an dari mushaf awal. Ketika Al-Qur'an dibukukan secara resmi pada masa Khalifah Utsman bin Affan, mushaf-mushaf utama yang digunakan sebagai rujukan tidak dilengkapi dengan penomoran ayat modern seperti yang kita kenal sekarang. Penomoran dilakukan secara bertahap oleh para ulama di berbagai kota.

Ulama Kufah, yang memiliki sanad periwayatan qiraat yang kuat, cenderung lebih ketat atau memiliki kriteria yang berbeda dalam menetapkan jeda antarayat. Kriteria ini seringkali didasarkan pada pemahaman mendalam terhadap struktur bahasa Arab, konteks turunnya ayat (asbabun nuzul), serta riwayat hafalan yang mereka terima langsung dari sumber terpercaya di masa itu.

Perbedaan utama seringkali terletak pada penentuan kalimat-kalimat tertentu, apakah ia merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya atau berdiri sendiri sebagai ayat baru, khususnya pada akhir surah atau ketika terdapat ayat-ayat pendek yang memiliki makna independen namun posisinya berdekatan.

Jumlah Ayat Menurut Pandangan Ulama Kufah

Menurut riwayat yang paling masyhur dan dianut oleh madzhab Kufah, jumlah total ayat dalam Al-Qur'an adalah:

Jumlah Ayat Al-Qur'an Berdasarkan Hitungan Ulama Kufah: 6.236 Ayat

Angka 6.236 ini berbeda tipis dengan hitungan ulama Madinah (6.214 ayat) dan ulama Makkah (6.210 ayat) atau Bashrah (6.204 ayat). Perbedaan yang paling mencolok antara Kufah dengan kota-kota lain biasanya adalah dalam jumlah ayat-ayat tertentu di surah-surah pendek atau pemisahan bismillah yang tidak dihitung sebagai ayat dalam beberapa riwayat lain.

Ulama Kufah dalam penghitungan mereka umumnya memasukkan Basmalah (Bismillahirrahmanirrahim) pada awal surah Al-Fatihah sebagai bagian dari ayat pertama, namun mereka memiliki kesepakatan berbeda mengenai ayat-ayat pembuka di surah-surah lain yang tidak diawali dengan Basmalah (seperti Surah At-Taubah).

Implikasi Perbedaan Metodologi

Perbedaan angka ini tidak memiliki implikasi teologis atau hukum syariat yang signifikan. Seluruh umat Islam sepakat bahwa Al-Qur'an terdiri dari 114 surah, dan teks Al-Qur'an itu sendiri (huruf dan kalimahnya) adalah satu dan utuh, terlepas dari di mana garis batas ayat itu diletakkan oleh para ahli hitung.

Metodologi Kufah, bersama dengan metodologi lainnya, berfungsi sebagai sebuah catatan sejarah yang berharga mengenai upaya para ulama terdahulu dalam menjaga dan mendokumentasikan Al-Qur'an secara teliti. Dalam mushaf-mushaf standar yang digunakan secara global saat ini, seringkali digunakan hasil kompromi atau riwayat yang paling kuat sanadnya, meskipun pemahaman terhadap perbedaan mazhab penghitungan ini tetap penting untuk studi Ulumul Qur'an.

Kesimpulannya, ketika kita merujuk pada perhitungan ulama Kufah, kita merujuk pada sebuah tradisi keilmuan yang menetapkan jumlah ayat suci ini pada angka 6.236. Ini menunjukkan kekayaan dan kedalaman upaya para ulama dalam memelihara otentisitas kitab suci dari generasi ke generasi, menggunakan kriteria periwayatan yang mereka yakini paling sahih.

🏠 Homepage