Pertanyaan mengenai jumlah agama di dunia sering kali memicu rasa penasaran, namun jawabannya tidak sesederhana sekadar angka tunggal. Dunia adalah mozaik kompleks dari keyakinan, tradisi, dan sistem spiritual yang telah berevolusi selama ribuan tahun. Meskipun sulit untuk memberikan hitungan pasti karena perbedaan definisi antara "agama," "sekte," atau "filsafat," para sosiolog dan antropolog setidaknya mengidentifikasi ratusan sistem kepercayaan yang aktif.
Secara umum, agama-agama besar yang memiliki pengikut global dalam jumlah besar diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok utama. Kelompok ini sering dibagi berdasarkan asal-usul geografis dan doktrin inti mereka. Kelompok terbesar biasanya mencakup agama Abrahamik (seperti Kristen, Islam, dan Yudaisme), agama Dharmik (seperti Hinduisme, Buddha, dan Sikhisme), serta agama-agama Timur lainnya (seperti Taoisme dan Shintoisme).
Ketika kita berbicara tentang pengikut mayoritas, data menunjukkan dominasi agama-agama besar. Kekristenan dan Islam memimpin dengan miliaran penganut. Namun, di bawah payung agama-agama besar ini terdapat keragaman internal yang luar biasa. Misalnya, dalam Hinduisme saja, terdapat berbagai aliran filosofis dan dewa yang berbeda. Begitu pula dengan Buddhisme yang terbagi menjadi Theravada, Mahayana, dan Vajrayana, masing-masing dengan praktik dan interpretasi teks suci yang unik.
Selain kelompok-kelompok mapan ini, terdapat pula sejumlah besar agama etnis atau tradisional yang mungkin hanya memiliki sedikit pengikut atau tersebar dalam komunitas kecil. Agama-agama ini sering kali berakar kuat pada budaya dan lingkungan lokal tertentu, misalnya kepercayaan suku-suku asli di Amerika, Afrika, atau Oseania. Karena sifatnya yang terdesentralisasi dan kadang kala tidak memiliki teks suci tertulis, menghitung jumlah penganutnya menjadi tantangan metodologis tersendiri.
Dalam analisis kontemporer mengenai jumlah keyakinan, penting untuk memasukkan mereka yang mengidentifikasi diri sebagai "tidak beragama" (atheis, agnostik, atau non-afiliasi). Kelompok ini merupakan salah satu kategori demografis yang berkembang pesat di banyak negara maju. Meskipun secara teknis mereka tidak menganut agama formal, identitas spiritual atau filosofis mereka tetap membentuk pandangan dunia mereka. Dalam beberapa survei, kelompok "non-afiliasi" ini bahkan bisa mencapai seperempat dari populasi dunia, menunjukkan bahwa kurangnya afiliasi formal bukanlah sinonim dengan kekosongan spiritual.
Selain itu, munculnya spiritualitas baru (New Age movements) dan sinkretisme—penggabungan elemen dari dua atau lebih tradisi—menambah kompleksitas perhitungan. Fenomena ini menunjukkan bahwa manusia terus mencari makna, terlepas dari kerangka agama yang telah mapan.
Mengapa tidak ada angka pasti untuk jumlah agama di dunia? Alasan utamanya adalah kriteria inklusi. Apakah sebuah kepercayaan harus memiliki struktur kelembagaan? Apakah harus ada teks suci kanon? Apakah tradisi oral yang dianut oleh suku kecil sudah terhitung sebagai "agama"? Jika kita menghitung setiap sekte kecil yang menyimpang dari ajaran utama, jumlahnya bisa mencapai ribuan. Sebaliknya, jika kita hanya menghitung agama-agama besar yang diakui secara internasional, angkanya jauh lebih sedikit.
Secara umum, jika kita merujuk pada kategori luas dan aliran utama yang diakui secara global (meliputi agama-agama mayoritas, minoritas yang terorganisir, dan keyakinan filosofis besar), jumlahnya berkisar antara 5 hingga 10 kelompok besar yang mendominasi, namun ketika menyertakan semua denominasi, aliran, dan keyakinan lokal, angkanya melonjak drastis hingga ratusan, bahkan lebih. Pada akhirnya, keanekaragaman spiritualitas manusia jauh lebih kaya dan berlapis daripada sekadar daftar kuantitatif.