Pertanyaan mengenai berapa jumlah penduduk Kalimantan Selatan (Kalsel) adalah salah satu indikator penting untuk perencanaan pembangunan daerah, alokasi anggaran, dan evaluasi capaian program pemerintah. Kalimantan Selatan, yang beribu kota di Banjarmasin, merupakan provinsi yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki sejarah budaya yang panjang di Pulau Kalimantan.
Data kependudukan selalu mengalami fluktuasi seiring waktu, dipengaruhi oleh tingkat kelahiran, kematian, dan terutama migrasi masuk maupun keluar. Oleh karena itu, untuk mendapatkan angka yang paling akurat, kita harus merujuk pada data resmi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Selatan.
Berdasarkan proyeksi dan sensus terakhir yang dilakukan oleh otoritas terkait, jumlah penduduk Kalimantan Selatan terus menunjukkan tren pertumbuhan positif. Meskipun angka pastinya diperbarui setiap tahun, data komprehensif biasanya dirilis setelah melakukan pemutakhiran data atau setelah Sensus Penduduk Nasional.
Mengetahui total populasi saja belum cukup. Faktor distribusi juga sangat krusial. Kalimantan Selatan memiliki beberapa kabupaten/kota dengan kepadatan penduduk yang sangat berbeda. Kota Banjarmasin, sebagai ibu kota provinsi dan pusat ekonomi, secara alami memiliki kepadatan tertinggi. Tingginya konsentrasi penduduk di wilayah perkotaan ini menimbulkan tantangan tersendiri terkait infrastruktur, transportasi, dan penyediaan layanan publik.
Sebaliknya, beberapa wilayah di bagian selatan dan timur provinsi mungkin memiliki kepadatan yang jauh lebih rendah, mencerminkan karakteristik geografis daerah yang masih didominasi oleh kawasan hutan, sungai, dan lahan gambut. Distribusi yang tidak merata ini menuntut strategi pembangunan yang berbeda antara wilayah urban dan rural.
Pertumbuhan penduduk di Kalimantan Selatan didorong oleh beberapa faktor utama. Tingkat kelahiran yang masih cukup signifikan menjadi kontributor dasar. Namun, salah satu faktor yang paling menarik perhatian para demografer adalah mobilitas penduduk. Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi arus migrasi masuk yang cukup stabil, terutama dari pulau Jawa dan beberapa daerah lain di Kalimantan. Migrasi ini seringkali terkait dengan peluang ekonomi, terutama di sektor pertambangan, perkebunan, dan jasa di kota-kota besar seperti Banjarbaru dan Banjarmasin.
Untuk mengelola pertumbuhan ini, pemerintah daerah perlu fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Ini termasuk investasi besar dalam sektor pendidikan dan kesehatan. Kualitas penduduk, bukan hanya kuantitas, yang akan menentukan daya saing Kalsel di masa depan, terutama dalam menghadapi tantangan hilirisasi industri dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang berdekatan.
Memahami secara mendalam berapa jumlah penduduk Kalimantan Selatan memiliki dampak langsung pada kebijakan publik. Misalnya, proyeksi jumlah penduduk 5 atau 10 tahun ke depan akan menentukan kebutuhan akan sekolah baru, kapasitas rumah sakit, dan perencanaan tata ruang wilayah. Jika pertumbuhan populasi melebihi proyeksi, pemerintah harus cepat tanggap dalam menambah kapasitas layanan dasar.
Selain itu, komposisi usia penduduk juga penting. Apakah populasi didominasi oleh usia produktif (usia kerja) atau usia non-produktif (anak-anak dan lansia)? Proporsi usia produktif yang besar (bonus demografi) menawarkan potensi ekonomi yang besar, asalkan lapangan pekerjaan tersedia memadai. Sebaliknya, jika proporsi lansia meningkat, fokus kebijakan harus bergeser ke sistem pensiun dan layanan kesehatan geriatri.
Kesimpulannya, angka populasi Kalimantan Selatan adalah data dinamis yang harus terus dipantau. Data resmi terbaru yang diterbitkan oleh BPS harus menjadi acuan utama bagi seluruh pemangku kepentingan dalam merumuskan langkah strategis untuk kemajuan provinsi ini.