Dalam budaya Jawa, hitungan atau perhitungan yang berkaitan dengan weton, jodoh, dan peruntungan adalah hal yang sangat lekat. Masyarakat Jawa tradisional sering kali merujuk pada sistem perhitungan ini untuk berbagai aspek kehidupan, mulai dari pemilihan hari baik untuk pernikahan, pendirian rumah, hingga memprediksi kecocokan hubungan. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah: apakah hitungan Jawa itu benar?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihatnya dari berbagai sudut pandang. Secara ilmiah, hitungan Jawa yang didasarkan pada primbon dan perbintangan tidak memiliki dasar empiris yang kuat. Ilmu pengetahuan modern cenderung melihat fenomena ini sebagai bagian dari kepercayaan dan tradisi turun-temurun, bukan sebagai hukum alam yang dapat dibuktikan secara matematis atau statistik. Prediksi yang dihasilkan seringkali bersifat umum dan bisa diinterpretasikan secara luas, sehingga banyak orang merasa "cocok" karena adanya bias konfirmasi.
Namun, menolak kebenarannya secara mentah-mentah juga bisa menghilangkan esensi budaya yang mendalam. Hitungan Jawa bukan sekadar angka-angka yang diadu, melainkan sebuah sistem yang terintegrasi dengan filosofi kehidupan masyarakat Jawa. Sistem ini mengajarkan tentang pentingnya harmoni, keseimbangan, dan keselarasan, baik dalam diri sendiri maupun dengan lingkungan sekitar. Nilai-nilai ini, terlepas dari keabsahan prediksinya, tetap relevan dan bermanfaat dalam membentuk karakter dan cara pandang seseorang.
Inti dari hitungan Jawa terletak pada konsep weton, yaitu kombinasi hari lahir dan pasaran Jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Setiap kombinasi weton dipercaya memiliki karakter, sifat, dan potensi yang berbeda-beda. Misalnya, weton tertentu mungkin dikenal memiliki sifat keras kepala, sementara weton lain dikenal bijaksana. Pasaran Jawa sendiri memiliki "kekuatan" atau "nilai" numerik yang kemudian dijumlahkan dengan nilai hari lahir.
Selanjutnya, jumlah weton ini dihubungkan dengan primbon, sebuah kitab tradisional yang berisi berbagai ramalan, termasuk kecocokan jodoh. Metode yang paling umum adalah dengan menjumlahkan nilai weton calon pasangan, lalu dibagi dengan angka tertentu (misalnya 7 atau 9), dan sisa pembagiannya akan menunjukkan "petung" atau ramalan jodoh. Petung ini kemudian diinterpretasikan sebagai kondisi hubungan di masa depan, seperti keberuntungan, kemakmuran, atau potensi masalah.
Meskipun tidak memiliki dasar ilmiah, hitungan Jawa memegang peranan penting dalam budaya dan kehidupan sosial masyarakat Jawa. Ia berfungsi sebagai panduan, memberikan rasa aman, dan menjadi cara untuk menghadapi ketidakpastian masa depan. Ketika seseorang merasa ragu atau dihadapkan pada pilihan penting, merujuk pada hitungan Jawa bisa memberikan semacam pegangan dan keyakinan.
Dari sisi psikologis, kepercayaan pada hitungan Jawa bisa memberikan efek plasebo. Ketika seseorang yakin bahwa sesuatu akan berjalan baik, ia cenderung akan bertindak lebih positif dan optimis, yang pada gilirannya bisa mempengaruhi hasil yang sebenarnya. Sebaliknya, jika ramalan dianggap buruk, seseorang mungkin menjadi cemas dan justru melakukan kesalahan. Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan dan interpretasi memainkan peran besar dalam "kebenaran" sebuah hitungan.
Selain itu, sistem hitungan Jawa juga mengajarkan tentang pentingnya kompromi dan adaptasi. Jika hasil perhitungan menunjukkan potensi masalah, masyarakat Jawa cenderung tidak mengabaikannya begitu saja, melainkan mencari cara untuk "menyiasati" atau "menyelaraskan" agar masalah tersebut dapat dihindari atau diminimalisir. Ini menunjukkan bahwa hitungan Jawa bukanlah dogma yang kaku, melainkan sebuah panduan yang membutuhkan kebijaksanaan untuk menerapkannya.
Jadi, apakah hitungan Jawa itu benar? Jawabannya bersifat relatif. Jika diukur dengan standar ilmiah modern, kebenarannya sangat diragukan. Namun, jika dilihat sebagai warisan budaya, sistem panduan hidup, dan alat untuk membangun keyakinan serta harmoni, maka hitungan Jawa memiliki nilai dan kebenaran tersendiri bagi masyarakat yang mempercayainya.
Yang terpenting adalah bagaimana masyarakat menggunakannya. Sebagai panduan untuk menghormati tradisi, merenungkan nilai-nilai kehidupan, dan mencari keseimbangan, hitungan Jawa bisa memberikan manfaat positif. Namun, penting untuk tidak menjadikannya satu-satunya penentu nasib dan tetap menggunakan akal sehat serta usaha nyata dalam menjalani kehidupan. Kebenaran sejati seringkali terletak pada bagaimana kita menyikapi kehidupan, bukan hanya pada angka-angka yang tertera di primbon.