Motivasi belajar merupakan dorongan internal maupun eksternal yang membuat individu memiliki semangat dan keinginan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar sangat krusial, baik bagi siswa, guru, maupun orang tua. Salah satu tokoh yang banyak mengulas tentang motivasi belajar adalah Sardiman. Pendekatannya memberikan kerangka kerja yang jelas untuk mengidentifikasi dan mengukur tingkat motivasi siswa.
Sardiman dalam karyanya, menekankan bahwa motivasi belajar bukan hanya sekadar keinginan sesaat, tetapi sebuah proses dinamis yang melibatkan berbagai aspek psikologis. Motivasi ini dapat timbul dari dalam diri individu (intrinsik) maupun dari lingkungan sekitar (ekstrinsik). Motivasi intrinsik muncul dari rasa ingin tahu, kesenangan dalam belajar, atau pencapaian pribadi, sedangkan motivasi ekstrinsik dipengaruhi oleh hadiah, pujian, ancaman, atau harapan dari orang lain.
Lebih lanjut, Sardiman membedakan antara motivasi belajar yang bersifat positif dan negatif. Motivasi positif cenderung mendorong siswa untuk belajar lebih giat karena adanya daya tarik dari materi pelajaran atau hasil yang diharapkan. Sebaliknya, motivasi negatif bisa muncul dari rasa takut akan kegagalan, hukuman, atau kritik, yang meskipun bisa mendorong belajar, seringkali tidak berkelanjutan dan berdampak buruk pada kesehatan mental siswa.
Menurut Sardiman, terdapat beberapa faktor utama yang berperan dalam membentuk motivasi belajar seseorang:
Pengembangan angket motivasi belajar berdasarkan konsep Sardiman bertujuan untuk mengukur sejauh mana faktor-faktor internal dan eksternal tersebut memengaruhi semangat belajar siswa. Angket ini biasanya terdiri dari serangkaian pernyataan yang dirancang untuk dijawab oleh siswa, seringkali menggunakan skala Likert (misalnya, Sangat Setuju, Setuju, Netral, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju).
Pernyataan dalam angket akan mencakup berbagai dimensi seperti:
Dengan menganalisis respons siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut, pendidik dapat memperoleh gambaran yang lebih objektif mengenai kekuatan dan kelemahan motivasi belajar siswa. Informasi ini kemudian dapat digunakan untuk merancang intervensi yang lebih tepat sasaran, seperti metode pengajaran yang lebih menarik, program pendampingan, atau strategi pembinaan orang tua.
Motivasi belajar yang tinggi tidak hanya berkorelasi dengan pencapaian akademis yang lebih baik, tetapi juga dengan perkembangan pribadi siswa secara keseluruhan. Siswa yang termotivasi cenderung lebih gigih dalam menghadapi tantangan, lebih proaktif dalam mencari pengetahuan, dan lebih mampu mengembangkan pola pikir positif terhadap proses belajar. Oleh karena itu, upaya untuk memahami dan meningkatkan motivasi belajar, seperti yang diuraikan oleh Sardiman, merupakan investasi penting dalam keberhasilan pendidikan.