An-Nisa Ayat 83: Tanda Orang Mukmin Sejati

Dalam lautan ajaran Islam yang luas, terdapat ayat-ayat Al-Qur'an yang menjadi mercusuar, menuntun umat manusia menuju pemahaman yang lebih dalam tentang keimanan dan perilaku. Salah satu ayat yang sarat makna dan sering menjadi bahan renungan adalah An-Nisa Ayat 83. Ayat ini memberikan gambaran yang sangat jelas tentang ciri-ciri orang yang benar-benar beriman, mereka yang memiliki hati yang kokoh dan pemahaman yang lurus terhadap agama Allah.

An-Nisa Ayat 83 Mencari Kebenaran dan Ketenangan

Ayat ini berbunyi:

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِّنَ ٱلْأَمْنِ أَوِ ٱلْخَوْفِ أَذَاعُوا۟ بِهِۦ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى ٱلرَّسُولِ وَإِلَىٰٓ أُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ ٱلَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُۥ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُۥ لَٱتَّبَعْتُمُ ٱلشَّيْطَٰنَ إِلَّا قَلِيلًا

"Dan apabila datang kepada mereka suatu berita mengenai keamanan atau ketakutan, mereka menyebarkannya. Padahal kalau mereka menyampaikannya kepada Rasul dan kepada ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka. Tetapi kalau tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, pastilah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja."

Makna mendalam dari ayat ini adalah peringatan keras bagi kaum mukmin untuk tidak gegabah dalam menyikapi informasi, terutama yang berkaitan dengan isu-isu strategis seperti keamanan dan ancaman. Terkadang, ketika ada berita tentang keamanan yang membuat hati lega, atau justru berita ketakutan yang menimbulkan kekhawatiran, ada di antara kita yang terdorong untuk segera menyebarkannya tanpa verifikasi.

Pentingnya Verifikasi dan Rujukan

Allah Swt. melalui ayat ini mengajarkan kepada kita sebuah prinsip fundamental dalam menghadapi informasi: tabayyun atau verifikasi. Ayat tersebut secara eksplisit menyatakan bahwa jika ada suatu berita mengenai keamanan atau ketakutan, seharusnya berita itu dirujuk kepada sumber yang lebih berwenang. Siapakah sumber yang lebih berwenang? Allah menyebutkan dua entitas utama:

  1. Rasulullah Muhammad Saw.: Pada masa kenabian, Rasulullah adalah sumber utama ajaran, kebijakan, dan informasi yang paling akurat mengenai urusan agama dan umat.
  2. Ulil Amri: Ini merujuk pada para pemimpin, pemegang kekuasaan, atau orang-orang yang memiliki kepakaran dan tanggung jawab dalam urusan umat. Dalam konteks modern, ini bisa diartikan sebagai pemerintah, para ulama terkemuka, atau para ahli di bidangnya masing-masing.

Dengan merujuk berita tersebut kepada Rasulullah atau ulil amri, maka orang-orang yang berakal dan memiliki kemampuan untuk menggali kebenaran (yastambitunah) akan dapat mengetahui hakikat dan kedalaman dari informasi tersebut. Mereka dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya.

Bahaya Menyebarkan Berita Tanpa Verifikasi

Menyebarkan berita tanpa verifikasi, terutama berita yang berpotensi menimbulkan kegaduhan, kepanikan, atau kesalahpahaman, adalah tindakan yang sangat berbahaya. Dalam sejarah Islam, maupun dalam kehidupan modern, kita sering menyaksikan bagaimana berita bohong (hoax) atau informasi yang simpang siur dapat memicu kerusuhan sosial, memecah belah persatuan, dan menimbulkan ketakutan yang tidak perlu. Ayat ini secara implisit mengingatkan kita bahwa tindakan menyebarkan informasi tanpa kendali semacam itu dapat menyeret seseorang mengikuti jalan setan, kecuali bagi mereka yang dianugerahi kehendak kuat untuk tetap teguh pada kebenaran.

"Allah mengajarkan kepada kita pentingnya kebijaksanaan dalam bertindak dan berbicara, terutama di era digital yang serba cepat ini. Berita menyebar dalam hitungan detik, dan dampaknya bisa sangat luas. Maka, menjadi kewajiban kita untuk selalu berhati-hati."

Karunia Allah dan Rahmat-Nya

Bagian akhir dari ayat ini menekankan betapa pentingnya karunia dan rahmat Allah bagi umat manusia. Tanpa anugerah tersebut, mayoritas manusia akan mudah tergelincir mengikuti bisikan setan, yang senantiasa mengajak pada keburukan dan kesesatan. Ini adalah pengingat bahwa kekuatan dan kemampuan kita untuk membedakan kebenaran dari kebatilan sangat bergantung pada bimbingan dan pertolongan Allah.

Oleh karena itu, An-Nisa Ayat 83 bukan sekadar larangan menyebarkan berita, melainkan sebuah panduan etika informasi yang komprehensif. Ayat ini mengajarkan kita untuk bersikap kritis, tidak mudah percaya pada setiap informasi yang datang, selalu mencari sumber yang terpercaya, dan merujuk kepada para ahli atau pemimpin yang kompeten. Dengan demikian, kita dapat menjaga ketenangan batin, menjaga persatuan umat, dan terhindar dari jebakan-jebakan yang disiapkan oleh musuh-musuh kebenaran.

Menjadi seorang mukmin sejati berarti memiliki kesadaran akan tanggung jawab informasi. Setiap kali kita menerima atau mendengar suatu berita, mari tanyakan pada diri sendiri: "Apakah ini benar? Dari mana sumbernya? Apakah menyebarkannya akan membawa kebaikan atau keburukan?" Dengan bertanya dan melakukan verifikasi, kita sedang menjalankan perintah Allah dan menjaga diri dari ancaman yang lebih besar. Ini adalah jalan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang agama dan kehidupan yang lebih terarah.

🏠 Homepage