Dalam lautan Al-Qur'an yang penuh dengan petunjuk ilahi, terdapat ayat-ayat yang memiliki kedalaman makna dan relevansi abadi bagi umat manusia. Salah satu di antaranya adalah Surat An Nisa ayat 84. Ayat ini menjadi pengingat penting akan dua aspek fundamental dalam kehidupan seorang Muslim: hubungan vertikal dengan Allah SWT melalui permohonan ampunan, dan hubungan horizontal dengan sesama melalui perjuangan di jalan kebaikan.
Fasabbih bihamdi rabbika wastaghfirh; innahu kaana tawwaabaa.
Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima taubat.
Ayat ini, meskipun singkat, sarat makna. "Fasabbih bihamdi rabbika" mengajak kita untuk senantiasa menyucikan diri dari segala kekurangan dan memuji kebesaran Tuhan. Ini bukan sekadar gerakan fisik atau ucapan lisan, melainkan sebuah sikap hati yang senantiasa menyadari keagungan Allah SWT dalam setiap helaan napas dan setiap kejadian. Dengan memuji-Nya, kita mengakui bahwa segala nikmat dan karunia berasal dari-Nya, dan kita melepaskan diri dari kesombongan serta rasa cukup diri.
Selanjutnya, frasa "wastaghfirh" menekankan pentingnya memohon ampunan. Sebagai manusia, kita tidak luput dari khilaf dan dosa, baik yang disengaja maupun yang tidak. Permohonan ampunan kepada Allah adalah bentuk kerendahan hati, pengakuan atas kelemahan diri, dan harapan untuk kembali kepada fitrah kesucian. Allah SWT dalam sifat-Nya yang Maha Pengampun (Al-Ghafur) dan Maha Penerima Taubat (At-Tawwab) selalu membuka pintu maaf bagi hamba-hamba-Nya yang tulus bertaubat.
Frasa penutup, "innahu kaana tawwaabaa," memperkuat janji Allah. Kata "kaana" (adalah, senantiasa) menunjukkan konsistensi dan keberlangsungan sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim-Nya. Allah senantiasa menerima taubat. Ini memberikan ketenangan dan motivasi bagi umat Islam untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah, sekecil apapun dosa yang telah diperbuat, asalkan disertai dengan niat yang tulus untuk tidak mengulanginya dan kembali kepada jalan yang benar.
Dalam konteks Surat An Nisa, yang banyak membahas hukum-hukum keluarga, wanita, dan muamalah, ayat 84 ini berfungsi sebagai jangkar spiritual. Setelah membahas berbagai aturan dan anjuran, Allah mengingatkan hamba-Nya bahwa di balik segala ikhtiar dan perjuangan duniawi, ada dimensi spiritual yang tak boleh dilupakan. Hubungan kita dengan Allah haruslah terjaga. Permohonan ampunan adalah jembatan untuk memperbaiki diri dan memohon kekuatan dalam menghadapi tantangan hidup.
Di sisi lain, meskipun ayat ini secara eksplisit menyebutkan permohonan ampunan dan tasbih, ada interpretasi yang lebih luas yang sering dikaitkan dengan semangat perjuangan di jalan Allah. Dalam konteks ayat-ayat lain yang berbicara tentang berjihad atau berperang di jalan Allah, ayat An Nisa 84 ini sering dipahami sebagai perintah untuk mempersiapkan diri, baik secara spiritual maupun fisik. Ketika seorang Muslim bersiap untuk membela kebenaran, menegakkan keadilan, atau melawan kezaliman, persiapan mental dan spiritual melalui tasbih dan istighfar menjadi sangat krusial.
Berperang di jalan Allah tidak selalu berarti peperangan fisik dengan senjata. Ia bisa berupa perjuangan intelektual untuk menyebarkan ajaran Islam, perjuangan ekonomi untuk menolong kaum dhuafa, atau perjuangan moral untuk menjaga nilai-nilai luhur. Dalam setiap bentuk perjuangan ini, seorang Muslim dituntut untuk memiliki hati yang bersih dan senantiasa memohon pertolongan serta ampunan dari Allah.
An Nisa ayat 84 memberikan pelajaran berharga yang dapat diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, jadikan tasbih dan tahmid sebagai rutinitas. Luangkan waktu untuk merenungkan nikmat Allah dan mengagungkan kebesaran-Nya. Ini membantu menjaga hati tetap bersih dan terhindar dari sifat sombong.
Kedua, jangan pernah ragu untuk memohon ampunan. Segera setelah menyadari kesalahan, bersegeralah untuk bertaubat. Allah Maha Pengampun. Kesadaran akan dosa dan keinginan untuk memperbaikinya adalah langkah awal menuju kesucian.
Ketiga, jadikan ayat ini sebagai pengingat untuk selalu berkontribusi positif. Dalam kapasitas masing-masing, berjuanglah di jalan Allah untuk kebaikan. Baik melalui ilmu, harta, tenaga, maupun doa. Persiapkan diri dengan baik dan selalu bersandar kepada-Nya.
Dengan memahami dan mengamalkan kandungan Surat An Nisa ayat 84, seorang Muslim diharapkan dapat mencapai keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, antara hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia, serta menjadi pribadi yang senantiasa bertakwa dan produktif di jalan kebaikan.
Gambar SVG dibuat untuk visualisasi konsep.