Surah An-Nisa, yang berarti "Wanita", merupakan salah satu surah terpanjang dalam Al-Qur'an. Di dalamnya terkandung berbagai ajaran dan panduan hidup bagi umat Islam, mencakup aspek muamalah, hukum, dan akhlak. Salah satu ayat yang sering menjadi sorotan dan renungan adalah ayat ke-139, yang memiliki pesan mendalam tentang menghadapi musuh dan menjaga keimanan. Ayat ini tidak hanya sekadar larangan, tetapi juga sebuah pelajaran strategis dan spiritual yang relevan hingga kini.
Ayat 139 dari Surah An-Nisa ini diturunkan dalam konteks pertempuran dan interaksi umat Islam dengan kaum kafir pada masa awal penyebaran Islam. Pada masa itu, umat Islam seringkali menghadapi ancaman dan permusuhan dari berbagai pihak. Ayat ini memberikan arahan yang jelas mengenai bagaimana seharusnya seorang Muslim bersikap ketika berhadapan dengan mereka yang berusaha menjauhkan umat Islam dari agamanya.
Penting untuk memahami bahwa Al-Qur'an, termasuk Surah An-Nisa ayat 139, bersifat universal dan ajarannya berlaku sepanjang masa. Namun, penafsiran dan penerapannya harus senantiasa disesuaikan dengan kondisi dan konteks yang ada, dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar Islam.
Ayat ke-139 dari Surah An-Nisa berbunyi:
"Orang-orang yang menjadikan orang kafir sebagai pelindung selain orang mukmin. Apakah mereka hendak mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah, sesungguhnya semua kekuatan itu adalah milik Allah."
Terjemahan ini secara ringkas menyampaikan inti larangan dan penegasan keesaan Allah dalam memberikan kekuatan.
Makna utama dari An Nisa 139 adalah larangan keras untuk menjadikan orang-orang kafir sebagai pelindung, penolong, atau sekutu dekat yang dapat dipercaya melebihi sesama mukmin. Larangan ini didasari oleh beberapa alasan kuat:
Inti pesannya adalah penguatan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim) dan penegasan bahwa hanya Allah lah sumber kekuatan dan pertolongan yang hakiki. Umat Islam diperintahkan untuk saling menguatkan dan melindungi satu sama lain, bukan justru mencari perlindungan dari pihak yang memusuhi agama.
Dalam konteks kehidupan modern yang semakin kompleks dan global, makna An Nisa 139 tetap relevan. Namun, penerapannya memerlukan pemahaman yang nuansa dan bijak. Ayat ini tidak serta-merta berarti menolak kerjasama atau hubungan baik dengan non-Muslim dalam urusan kemanusiaan, ekonomi, atau diplomasi yang bersifat adil dan tidak merugikan.
Larangan ini lebih menekankan pada aspek afiliasi ideologis dan spiritual. Seorang Muslim seharusnya tidak menjadikan orang kafir sebagai pemegang kendali dalam urusan agama, tidak menitipkan rahasia umat Islam kepada mereka, atau menjadikan mereka sebagai penentu nasib keimanan dan identitas diri. Hubungan profesional dan kemanusiaan yang dibangun atas dasar kebaikan dan keadilan tetap diperbolehkan, namun tidak sampai mengorbankan prinsip-prinsip keislaman dan loyalitas kepada sesama mukmin.
Pesan An Nisa 139 juga mengajarkan pentingnya kemandirian umat. Dengan bersatu dan mengandalkan Allah, umat Islam dapat menjadi kuat dan mandiri, tidak perlu bergantung pada kekuatan eksternal yang berpotensi memiliki agenda lain.
Surah An-Nisa ayat 139 adalah pengingat yang kuat bagi umat Islam untuk senantiasa menjaga identitas keislaman mereka, memperkuat persaudaraan sesama Muslim, dan menempatkan kepercayaan serta harapan sepenuhnya hanya kepada Allah SWT. Ayat ini mengajarkan pentingnya memilih lingkaran terdekat yang dapat dipercaya dalam urusan agama dan dunia, serta menghindari ketergantungan pada pihak yang berpotensi melemahkan iman dan prinsip hidup. Dengan memahami dan mengamalkan makna ayat ini, umat Islam dapat terus berjalan di jalan kebenaran dengan keyakinan yang kokoh.