Ilustrasi: Peringatan dari Sejarah Kaum 'Ad
Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak kisah para nabi yang diutus Allah SWT untuk membimbing umat manusia ke jalan kebenaran. Salah satu kisah yang sarat akan pelajaran adalah mengenai Nabi Hud 'alaihissalam dan kaumnya, 'Ad. Kisah ini disinggung secara spesifik dalam Surah Al-A'raf ayat 102, yang memberikan peringatan keras bagi mereka yang menolak kebenaran dan terus menerus berada dalam kekufuran.
ثُمَّ بَعَثْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ مُوسَىٰٓ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِۦ بِـَٔايَـٰتِنَا فَاسْتَكْبَرُوا۟ وَكَانُوا۟ قَوْمًا مُّجْرِمِينَ
Tsumma ba'atsnaa min ba'dihim Muusaa ilaa Fir'auna wa mala'ihii bi-aayaatinaa fastakbaruu wa kaanuu qawman mujrimiin.
Kemudian setelah mereka (Nabi-nabi terdahulu), Kami utus Musa kepada Fir'aun dan kaumnya dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan) Kami, tetapi mereka menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.
Meskipun ayat di atas secara langsung menyebutkan kisah Musa dan Fir'aun, konteks Surah Al-A'raf ayat 102 ini berada dalam rangkaian pembahasan tentang kaum-kaum terdahulu yang diazab karena kekufuran dan kesombongan mereka. Banyak mufasir (ahli tafsir) mengaitkan ayat ini dengan kisah Nabi Hud karena pola kesamaan dalam penolakan dan kesombongan kaumnya terhadap dakwah sang nabi.
Nabi Hud diutus kepada kaum 'Ad, sebuah kaum yang kuat, makmur, dan memiliki peradaban maju di wilayah Yaman. Mereka dikenal sebagai bangsa yang sangat kuat fisiknya, membangun bangunan-bangunan tinggi megah, dan memiliki kekayaan yang melimpah. Namun, kemajuan dan kekuatan tersebut justru membuat mereka menjadi sombong dan melampaui batas.
Allah SWT mengutus Nabi Hud untuk mengingatkan kaum 'Ad agar meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah satu Tuhan Yang Maha Esa. Nabi Hud menyeru mereka untuk bertakwa kepada Allah, meminta ampunan atas dosa-dosa mereka, dan kembali ke jalan yang lurus. Beliau mengingatkan bahwa segala kenikmatan yang mereka miliki adalah karunia dari Allah, dan mereka harus bersyukur serta menggunakan nikmat tersebut di jalan yang benar.
Namun, respons kaum 'Ad sangatlah buruk. Mereka menolak mentah-mentah dakwah Nabi Hud. Mereka menganggap Nabi Hud hanyalah manusia biasa seperti mereka, dan mereka meragukan kebenaran risalah yang dibawanya. Keangkuhan dan kesombongan mereka membuat mereka tidak mau mendengarkan. Mereka bahkan mencemooh dan mengancam Nabi Hud.
"Sesungguhnya kami melihatmu dalam keadaan lemah, dan sesungguhnya kami mengira kamu termasuk orang-orang pendusta." (QS. Hud: 54)
Penolakan ini berlanjut meskipun Nabi Hud telah memberikan berbagai peringatan dan penjelasan yang logis. Kaum 'Ad tetap teguh pada pendirian mereka, mengagung-agungkan nenek moyang mereka dan warisan budaya mereka yang dianggap lebih berharga daripada ajaran ketauhidan. Mereka terus menerus melakukan kesyirikan dan maksiat.
Surah Al-A'raf ayat 102, dalam kaitannya dengan kisah kaum 'Ad, memberikan beberapa pelajaran penting yang relevan hingga kini:
Kesombongan adalah penyakit hati yang sangat dibenci Allah. Kaum 'Ad diazab bukan hanya karena kekufuran mereka, tetapi juga karena kesombongan yang membuat mereka menolak kebenaran yang disampaikan oleh seorang nabi. Mereka merasa diri mereka lebih tinggi dan lebih berhak atas kekuasaan serta kekayaan. Hal ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga diri dari sifat sombong, sekecil apapun itu, dan senantiasa bersikap rendah hati di hadapan Allah dan sesama.
Allah SWT memberikan kesempatan bagi setiap umat untuk beriman dan bertakwa. Namun, jika kesempatan itu terus menerus disia-siakan dan kebenaran ditolak secara terang-terangan, maka azab Allah akan datang. Kaum 'Ad adalah bukti nyata bahwa penolakan terhadap ayat-ayat Allah dan rasul-Nya akan berujung pada kehancuran.
Kaum 'Ad diberikan kekuatan, kekayaan, dan peradaban yang maju. Namun, mereka menyalahgunakan nikmat tersebut untuk kesombongan dan kedurhakaan. Ini menjadi pengingat bagi kita untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah dan menggunakannya di jalan yang diridhai-Nya, bukan untuk kemaksiatan atau kesombongan.
Meskipun menghadapi penolakan, cemoohan, dan ancaman, para nabi, termasuk Nabi Hud, tetap teguh dalam menyampaikan risalah Allah. Mereka tidak pernah berputus asa dan terus berupaya membimbing umatnya hingga akhir. Keteguhan ini patut menjadi teladan bagi para pendakwah dan setiap Muslim dalam menegakkan kebenaran.
Setelah berulang kali diperingatkan dan tidak juga beriman, Allah SWT menurunkan azab-Nya kepada kaum 'Ad. Azab tersebut datang dalam bentuk angin kencang yang sangat dingin dan ganas, yang berlangsung selama tujuh malam delapan hari berturut-turut. Angin tersebut menghancurkan segala sesuatu, merobohkan bangunan-bangunan kokoh mereka, dan membinasakan seluruh penduduknya.
Dalam Surah Al-A'raf ayat 65, disebutkan: "Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Ia berkata: 'Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa?'" Ayat ini menunjukkan bagaimana Nabi Hud dengan jelas menyampaikan ajaran tauhid, namun disambut dengan penolakan.
Kisah Nabi Hud dan kaum 'Ad, sebagaimana disinggung dalam konteks Al-A'raf ayat 102, adalah pelajaran abadi tentang kebenaran ajaran Islam dan konsekuensi dari kekufuran serta kesombongan. Ini adalah pengingat dari Allah agar kita senantiasa merenungi sejarah, mengambil hikmah, dan menjauhi sifat-sifat tercela yang dapat membawa kehancuran, baik di dunia maupun di akhirat. Kita diajak untuk selalu tunduk pada kebenaran, bersyukur atas nikmat-Nya, dan senantiasa berlindung dari kesombongan dan kedurhakaan.