Kajian Mendalam: An Nahl Ayat 19

Pengantar: Kekuatan Ilmu Pengetahuan Ilahi

Al-Qur'an adalah wahyu yang diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Di dalamnya terkandung hikmah, pelajaran, dan kebenaran yang tak terbatas. Salah satu ayat yang sering menjadi sorotan dalam memahami kedalaman ilmu Allah adalah Surah An Nahl ayat ke-19. Ayat ini menyoroti perbedaan fundamental antara pengetahuan manusia yang terbatas dan pengetahuan Allah (SWT) yang Maha Luas dan meliputi segalanya.

"Dan orang-orang yang mereka seru selain Allah tidak dapat menciptakan sesuatu pun, padahal (mereka) sendiri diciptakan." (QS. An Nahl: 19)

Ayat ini secara tegas menantang konsep penyekutuan atau penyeruan kepada selain Allah sebagai penolong atau pemberi manfaat. Inti dari ayat ini adalah validitas dan kemampuan makhluk dibandingkan dengan Sang Pencipta. Jika entitas yang disembah itu sendiri adalah makhluk ciptaan, bagaimana mungkin mereka memiliki kekuatan untuk menciptakan, mengatur, atau memberikan manfaat yang sesungguhnya?

Hakikat Penciptaan dan Keterbatasan Makhluk

Poin krusial dari An Nahl 19 adalah penekanan pada kata "padahal (mereka) sendiri diciptakan." Ini adalah landasan logis dalam tauhid. Segala sesuatu selain Allah, baik itu berhala, dewa-dewi, malaikat, atau makhluk agung lainnya, memiliki awal dan keterbatasan karena mereka adalah produk dari proses penciptaan.

Pengetahuan manusia, meskipun telah berkembang pesat seiring waktu, tetaplah terbatas. Kita bisa mempelajari fisika, biologi, atau teknologi, tetapi kita tidak bisa menciptakan sebuah atom dari ketiadaan, atau menghidupkan yang mati. Ilmu yang dimiliki manusia adalah ilmu yang dianugerahkan, dan kapasitasnya pun dibatasi oleh Sang Pemberi ilmu. Oleh karena itu, menyeru atau bergantung sepenuhnya kepada yang terbatas adalah tindakan yang irasional dan sia-sia.

Ciptaan Tidak Mampu Mencipta Allah (Pencipta) QS. An Nahl: 19

Ilustrasi Perbandingan Kekuasaan Penciptaan

Implikasi Teologis dan Praktis

Memahami An Nahl 19 membawa implikasi mendalam bagi akidah seorang Muslim. Ketika kita menyadari bahwa entitas lain yang kita kagumi atau minta pertolongan adalah ciptaan, maka orientasi penyembahan (ibadah) kita harus kembali secara eksklusif kepada Sang Pencipta. Ini adalah inti dari *Al-Wala' Wal Bara'* dalam konteks tauhid.

Secara praktis, ayat ini mengajarkan kita untuk membedakan antara meminta bantuan kepada makhluk yang mampu membantu dalam batasan fisika (seperti meminta bantuan dokter atau insinyur) dan meminta pertolongan yang hakikinya (seperti memohon kesembuhan hakiki atau rezeki mutlak). Dokter adalah perantara, tetapi kesembuhan datang dari Allah.

Para mufassir menjelaskan bahwa ayat ini berfungsi sebagai pemadam syubhat (keraguan) bagi mereka yang menyembah berhala atau mencari perantaraan ilahi pada selain Allah. Bagaimana mungkin sesuatu yang butuh diciptakan dapat menjadi sumber kekuatan bagi penciptaannya sendiri? Logika sederhana ini menegaskan kemahaesaan Allah dalam menciptakan dan mengatur alam semesta.

Penutup: Kembali kepada Sumber Kekuatan Sejati

An Nahl ayat 19 adalah pengingat konstan bahwa ketergantungan sejati hanyalah pada Allah. Ilmu Allah meliputi segala sesuatu, dari yang tampak hingga yang tersembunyi, dari masa lalu hingga masa depan. Tidak ada satu pun entitas di alam semesta, yang notabene adalah ciptaan, yang dapat menyamai atau bahkan mendekati kemampuan Penciptanya. Dengan merenungkan ayat ini, seorang mukmin semakin kokoh dalam imannya bahwa hanya Allah Yang layak disembah, karena Dialah satu-satunya Zat yang tidak diciptakan dan Maha Mampu atas segala sesuatu.

🏠 Homepage