Ayat Sajdah (atau Sujud Tilawah) adalah ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur'an yang, ketika dibaca atau didengar, dianjurkan (sunnah) bagi pembaca atau pendengar untuk melakukan sujud sebagai bentuk penghambaan diri, rasa syukur, dan pengakuan kebesaran Allah SWT. Pertanyaan mengenai ada berapa jumlah ayat sajdah dalam al quran seringkali menjadi perbincangan hangat di kalangan umat Islam, karena terdapat sedikit perbedaan pendapat di antara mazhab fikih mengenai jumlah pastinya.
Secara umum, mayoritas ulama sepakat bahwa jumlah ayat sajdah yang paling sering dirujuk adalah 15, meskipun beberapa riwayat lain menyebutkan 14 atau 11. Perbedaan angka ini timbul karena penafsiran yang berbeda terhadap beberapa ayat yang memiliki potensi mengandung perintah sujud atau indikasi kuat untuk bersujud karena keagungan maknanya. Namun, dalam praktik ibadah sehari-hari dan rujukan mazhab Syafi'i yang dominan di Indonesia, angka 15 sering menjadi pegangan utama.
Sujud Tilawah bukanlah rukun shalat wajib, melainkan sebuah ibadah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) yang dilakukan di luar shalat formal. Tujuannya adalah sebagai ekspresi kerendahan hati seorang hamba di hadapan Penciptanya. Ayat-ayat ini umumnya mengandung kisah tentang penolakan makhluk durhaka (seperti Iblis) untuk bersujud kepada Nabi Adam AS, atau mengandung deskripsi kebesaran dan kekuasaan Allah yang luar biasa. Ketika kita membacanya, kita membedakan posisi kita dari mereka yang enggan bersujud.
Melakukan sujud tilawah ini memiliki keutamaan tersendiri. Rasulullah SAW bersabda bahwa ketika seorang anak Adam membaca ayat sajdah lalu ia sujud, maka setan akan menjauh sambil menangis, berkata, "Celakalah aku! Anak Adam diperintahkan bersujud lalu ia bersujud, maka ia mendapatkan surga. Sedangkan aku diperintahkan bersujud namun aku menolak, maka aku pantas mendapatkan neraka." (HR. Muslim). Ini menunjukkan betapa pentingnya respons segera terhadap panggilan kebenaran yang tertera dalam ayat-ayat tersebut.
Meskipun ada perdebatan, berikut adalah 15 lokasi ayat sajdah yang paling sering disebutkan dan diamalkan oleh banyak ulama, lengkap dengan nama surat dan nomor ayatnya. Ini adalah panduan yang sangat membantu bagi mereka yang ingin melatih diri melakukan ibadah sunnah ini:
Mengapa terjadi perbedaan angka? Perbedaan utama terletak pada penafsiran ayat ke-15 (QS. Al-Hajj: 77) dan ayat lain seperti QS. Al-Isra [17]: 107. Menurut sebagian ulama, ayat dalam Surah Al-Hajj ayat ke-77 tidak secara eksplisit berisi perintah sujud tilawah dalam konteks pembacaan, melainkan perintah untuk bersujud secara umum dalam ibadah. Sementara itu, pandangan yang menyebutkan 14 ayat biasanya tidak memasukkan ayat ke-77 dalam Surah Al-Hajj, dan berpegang teguh pada ayat-ayat yang secara jelas menunjukkan *sujood* (seperti ayat Al-'Alaq 96:19 yang merupakan sujud pertama yang diwahyukan).
Namun, sangat penting untuk diingat bahwa dalam fikih, melakukan sujud tilawah di tempat yang diperselisihkan hukumnya, tetap dihukumi sah karena niat untuk taat kepada perintah Allah. Tidak ada dosa jika seseorang sujud pada ayat yang diperselisihkan, karena hal itu didasari oleh kehati-hatian (*ihtiyat*) dalam beribadah.
Tata cara sujud tilawah relatif sederhana. Ia dilakukan di luar shalat fardhu maupun shalat sunnah rawatib. Pembaca (atau pendengar) yang berniat melakukan sujud harus menghadap kiblat (jika memungkinkan), membaca takbiratul ihram (Allahu Akbar) tanpa mengangkat tangan (kecuali jika dilakukan sebagai bagian dari shalat), lalu langsung bersujud sekali. Dalam sujud tersebut, seseorang membaca bacaan sujud (seperti "Subhana Rabbiyal A'la"). Setelah itu, ia bangkit berdiri dengan takbir lain (Allahu Akbar) tanpa duduk, dan kemudian menyelesaikan aktivitasnya (misalnya melanjutkan bacaan Al-Qur'an atau kembali ke kegiatan sehari-hari). Jika dilakukan dalam shalat berjamaah, makmum hanya mengikuti imam.
Kesimpulannya, walau ada berapa jumlah ayat sajdah dalam al quran menjadi bahan diskusi ulama, angka 15 adalah yang paling populer dan dianjurkan untuk dipelajari. Inti dari ayat sajdah bukanlah hitungan, melainkan respons hati kita terhadap keagungan firman Allah yang termaktub di dalamnya.