Surat An Nisa, yang berarti "Wanita", adalah salah satu surat terpanjang dalam Al-Qur'an. Di dalamnya terkandung berbagai macam aturan, pedoman, dan kisah yang relevan bagi kehidupan seorang Muslim, baik secara individu maupun kolektif. Salah satu ayat yang memiliki makna sangat fundamental dan sering menjadi rujukan adalah Surat An Nisa ayat 84. Ayat ini, meskipun ringkas, memuat pesan kuat tentang hakikat keimanan dan tanggung jawab seorang mukmin.
Ayat ini turun pada konteks di mana kaum Muslimin pada masa awal Islam dihadapkan pada berbagai tantangan, baik dari dalam maupun dari luar. Ancaman dari kaum kafir Quraisy, serta gejolak internal di Madinah, menuntut adanya keteguhan iman dan keberanian untuk membela kebenaran. Namun, Allah SWT juga mengingatkan bahwa pada dasarnya, perjuangan ini adalah tanggung jawab individu.
Frasa "perangilah (hai Muhammad) di jalan Allah" seringkali diartikan secara harfiah sebagai perang fisik atau jihad bersenjata. Namun, makna "jihad" dalam Islam jauh lebih luas. Jihad fisabilillah mencakup seluruh usaha sungguh-sungguh untuk menegakkan kalimat Allah, baik melalui perjuangan fisik, lisan, harta, maupun hati. Ini berarti bahwa setiap mukmin memiliki kewajiban untuk berperan aktif dalam menyebarkan kebaikan, membela kebenaran, dan melawan kemungkaran sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya.
Ayat ini secara spesifik menekankan bahwa seorang pemimpin, dalam hal ini Nabi Muhammad SAW, tidaklah dibebani kecuali dengan tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada arahan dari seorang pemimpin, pada akhirnya pertanggungjawaban atas amal perbuatan terletak pada diri masing-masing individu. Setiap mukmin harus sadar akan tugas dan kewajibannya, serta berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakannya tanpa bergantung pada orang lain atau menyalahkan orang lain atas kelalaiannya.
Selanjutnya, ayat ini juga memerintahkan untuk mengobarkan semangat orang mukmin. Ini adalah peran penting seorang pemimpin, atau siapa pun yang memiliki pengaruh, untuk membangkitkan gairah dan motivasi dalam berjuang di jalan Allah. Semangat ini bukan hanya tentang keberanian dalam menghadapi musuh, tetapi juga semangat untuk beribadah, berdakwah, berinfaq, dan melakukan segala bentuk kebaikan.
"Kita harus memahami bahwa semangat yang dimaksud bukan sekadar semangat perseteruan, melainkan semangat untuk meraih keridhaan Allah. Ini adalah panggilan untuk bersatu, saling menguatkan, dan bergerak bersama demi kemaslahatan umat dan tegaknya ajaran Islam di muka bumi."
Dengan semangat yang membara, diharapkan kekuatan kaum kafir dapat ditolak. Allah SWT adalah Dzat yang Maha Kuat dan Maha Dahsyat siksanya. Penegasan ini mengandung dua makna penting: pertama, bagi orang mukmin yang berjuang di jalan-Nya, Allah akan memberikan kekuatan yang melebihi kekuatan musuh. Kedua, bagi orang-orang yang menolak kebenaran dan memerangi agama-Nya, Allah memiliki siksa yang pedih di dunia maupun di akhirat.
Surat An Nisa ayat 84 bukanlah ayat yang hanya berlaku pada zaman Nabi Muhammad SAW. Pesan yang terkandung di dalamnya bersifat universal dan abadi. Di era modern ini, perjuangan di jalan Allah mungkin tidak selalu berbentuk perang fisik. Perjuangan bisa berupa melawan korupsi, memberantas kebodohan, membantu fakir miskin, menjaga lingkungan, atau bahkan menyebarkan informasi yang benar di media sosial.
Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi sesuai dengan kemampuannya. Jangan sampai kita terlena, merasa bahwa tanggung jawab hanya ada pada pemerintah, ulama, atau tokoh masyarakat. Ayat ini mengingatkan kita untuk introspeksi diri: "Sudahkah aku berbuat yang terbaik di jalan Allah?" "Apa yang bisa aku lakukan untuk menegakkan kebenaran di sekitarku?"
Dengan memahami dan mengamalkan Surat An Nisa ayat 84, kita didorong untuk menjadi pribadi yang proaktif, berani, dan bertanggung jawab dalam menjalankan amanah sebagai hamba Allah. Ketundukan kita kepada Allah dan Rasul-Nya harus tercermin dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam perjuangan kita untuk menciptakan kedamaian, keadilan, dan kebaikan di dunia. Marilah kita jadikan ayat ini sebagai pengingat dan motivasi untuk terus berjuang di jalan Allah, mengobarkan semangat kebaikan, dan berharap pertolongan serta keridhaan-Nya.