Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang memberikan petunjuk dan panduan bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan. Salah satu ayat yang memiliki makna mendalam dan seringkali menjadi bahan perenungan adalah Surat An Nisa ayat 77. Ayat ini berbicara tentang sebuah situasi yang mengharuskan umat beriman untuk bersikap tegas dalam mempertahankan keyakinan dan diri mereka.
Surat An Nisa, yang berarti "Para Wanita", merupakan surah Madaniyah yang mayoritas ayatnya diturunkan setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah. Tema utama surah ini adalah hukum-hukum yang berkaitan dengan keluarga, hak-hak wanita, dan permasalahan sosial kemasyarakatan. Namun, di dalamnya juga terselip ayat-ayat yang membahas tentang perjuangan dan pertahanan diri kaum Muslimin.
Ayat yang dimaksud adalah:
Terjemahan: "Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: 'Tahanlah tanganmu (jangan berperang), dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat,' ketika peperangan diwajibkan atas mereka, (tiba-tiba) sebagian dari mereka takut kepada manusia (musuh) sebagaimana mereka takut kepada Allah, atau bahkan lebih takut lagi. Mereka berkata: 'Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan peperangan ini atas kami? Mengapa Engkau tidak menunda (kematian) kami sampai ajal yang sedikit lebih lama?' Katakanlah: 'Kesenangan dunia ini hanya sebentar, dan akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.'"
Ayat ini diturunkan pada masa ketika kaum Muslimin mulai mendapatkan kekuatan dan dihadapkan pada pilihan antara kedamaian dan perjuangan. Beberapa sahabat, yang mungkin masih memiliki keraguan atau ketakutan yang mendalam terhadap musuh, merasa enggan ketika kewajiban berperang ditegakkan. Mereka mengkhawatirkan keselamatan diri dan lebih memilih untuk berada dalam kondisi aman, meskipun itu berarti menunda kewajiban yang lebih besar.
Dalam ayat ini, Allah SWT mengisahkan tentang sekelompok orang yang diberi perintah untuk menahan diri dari perang pada awalnya, sambil tetap menjalankan ibadah pokok seperti shalat dan zakat. Namun, ketika situasi berubah dan peperangan menjadi sebuah keharusan, mereka menunjukkan reaksi yang tidak sesuai dengan keimanan yang seharusnya. Ketakutan mereka kepada manusia melebihi ketakutan mereka kepada Allah SWT.
Surat An Nisa ayat 77 mengandung beberapa pelajaran penting bagi umat Islam:
"Iman yang benar bukan hanya tentang ucapan lisan atau pengetahuan hati, melainkan juga teruji dalam tindakan nyata, termasuk kesiapan untuk berjuang di jalan kebenaran ketika diperlukan, dengan tetap mengutamakan keridhaan Allah SWT."
Dalam konteks kekinian, makna Surat An Nisa ayat 77 dapat diartikan lebih luas. Perjuangan tidak selalu berarti peperangan fisik. Perjuangan dapat berupa melawan kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, atau menyebarkan kebaikan melalui dakwah dan ilmu pengetahuan. Yang terpenting adalah bagaimana kita menghadapi tantangan-tantangan tersebut dengan landasan keimanan yang kuat, tidak mudah gentar oleh hambatan duniawi, dan senantiasa memohon pertolongan serta bertawakal kepada Allah SWT.
Memahami ayat ini membantu kita untuk menata kembali prioritas hidup. Kesenangan duniawi yang fana seharusnya tidak menjadikan kita lalai dari kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai seorang Muslim. Ketakutan kepada sesama manusia seringkali menjadi penghalang untuk berbuat kebaikan atau membela kebenaran. Dengan merenungkan Surat An Nisa ayat 77, kita diingatkan untuk selalu mengukur segala sesuatu dengan timbangan akhirat dan menjadikan Allah SWT sebagai tujuan utama dalam setiap langkah dan perjuangan kita.