Ilustrasi Ketaatan dan Hubungan Sosial

Surat An Nisa Ayat 59 dan 60: Pilar Kepatuhan dan Tanggung Jawab dalam Islam

Dalam lautan ajaran Islam yang luas, terdapat ayat-ayat Al-Qur'an yang menjadi panduan fundamental bagi umat Muslim dalam menjalani kehidupan. Surat An Nisa, yang berarti "Para Wanita", memuat banyak pelajaran penting, termasuk dua ayat yang sangat relevan dalam menata hubungan vertikal dan horizontal seorang Muslim: ayat 59 dan 60. Kedua ayat ini tidak hanya mengatur tentang kepatuhan kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi juga menekankan pentingnya kepatuhan kepada para pemimpin di antara kaum Muslimin, serta cara menyelesaikan perselisihan yang muncul dalam masyarakat. Memahami makna mendalam dari kedua ayat ini menjadi krusial untuk membentuk individu dan komunitas yang harmonis, taat, dan bertanggung jawab.

Ayat 59: Fondasi Kepatuhan dan Otoritas

Ayat ke-59 dari Surat An Nisa merupakan perintah yang jelas dari Allah SWT kepada orang-orang yang beriman. Ayat ini menegaskan tiga pilar utama yang harus menjadi pegangan seorang Muslim dalam mengatur urusan dunia dan akhiratnya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang urusan) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."

Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan orang-orang beriman untuk menaati tiga entitas: Allah SWT, Rasulullah Muhammad SAW, dan ulil amri (pemimpin atau penguasa yang sah dari kalangan Muslim). Kepatuhan kepada Allah adalah yang paling utama, karena Dialah Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta. Kepatuhan kepada Rasulullah adalah perwujudan dari kepatuhan kepada Allah, karena beliau adalah utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Selanjutnya, perintah untuk menaati ulil amri menunjukkan pentingnya tatanan sosial dan pemerintahan dalam Islam. Ketaatan kepada pemimpin ini bersifat kondisional, yaitu selama mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Ini adalah prinsip penting yang mencegah tirani dan memastikan bahwa kekuasaan dijalankan sesuai dengan koridor syariat.

Lebih lanjut, ayat ini memberikan solusi ketika terjadi perselisihan di antara umat Muslim. Jika ada perbedaan pendapat mengenai suatu masalah, maka jalan keluarnya adalah dengan merujuk kembali kepada Al-Qur'an (hukum Allah) dan Sunnah Rasulullah (ajaran dan praktik beliau). Ini adalah mekanisme penyelesaian masalah yang paling adil dan bijaksana, karena sumbernya adalah wahyu ilahi yang terbebas dari hawa nafsu dan kelemahan manusia. Ayat ini menutup dengan penegasan bahwa cara ini lebih baik dan lebih utama dalam hasilnya, baik di dunia maupun di akhirat.

Ayat 60: Refleksi dan Evaluasi Diri

Melanjutkan dari ayat sebelumnya, ayat ke-60 Surat An Nisa ini mengajak umat manusia, khususnya orang-orang yang mengaku beriman, untuk melakukan introspeksi mendalam mengenai sumber hukum dan pedoman hidup yang mereka ikuti.

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا

"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu, mereka hendak menjadikan tahkim (hukum) kepada thagut, padahal sesungguhnya mereka telah diperintah untuk mengingkarinya. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesalan yang jauh."

Ayat ini berbicara tentang segolongan orang yang mengaku beriman kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW (Al-Qur'an) dan juga kepada kitab-kitab sebelumnya. Namun, ironisnya, ketika dihadapkan pada suatu masalah atau perselisihan, mereka justru mencari penyelesaian di luar hukum Allah dan Rasul-Nya. Mereka lebih suka menjadikan "thagut" sebagai sumber hukum atau tempat berhukum. Thagut di sini mencakup segala sesuatu yang disembah selain Allah, atau segala sesuatu yang dijadikan rujukan dalam mengambil keputusan hukum selain hukum Allah, seperti sistem hukum buatan manusia yang bertentangan dengan syariat, adat istiadat yang melenceng, atau bahkan pemimpin dzalim yang tidak tunduk pada kebenaran ilahi.

Allah SWT menegur tindakan mereka yang munafik. Mereka telah diperintahkan untuk mengingkari thagut dan hanya berhukum pada Allah. Namun, mereka justru kembali kepada thagut. Ayat ini juga menjelaskan peran syaitan yang senantiasa berusaha menyesatkan manusia. Dengan mencari hukum kepada thagut, mereka telah menjerumuskan diri pada penyesalan yang dalam dan jauh dari kebenaran. Penyesalan ini bisa terjadi di dunia berupa kekacauan dan ketidakadilan, atau lebih parah lagi, di akhirat dengan mendapatkan siksa yang pedih. Ayat ini menjadi peringatan keras agar umat Islam tidak pernah sekali-kali berpaling dari hukum Allah dan Rasul-Nya, bahkan dalam urusan sekecil apapun, karena di dalamnya terdapat keselamatan dan kebahagiaan hakiki.

Secara keseluruhan, Surat An Nisa ayat 59 dan 60 memberikan fondasi yang kokoh bagi seorang Muslim dalam membangun kehidupannya. Kepatuhan kepada Allah, Rasul, dan pemimpin yang adil adalah kunci ketertiban sosial, sementara rujukan kepada Al-Qur'an dan Sunnah adalah jaminan kebenaran dan keadilan dalam menyelesaikan setiap perselisihan. Kedua ayat ini mengingatkan kita untuk senantiasa berhati-hati agar tidak terjerumus dalam godaan syaitan untuk mencari hukum selain dari sumber utama ajaran Islam, karena hal itu akan membawa kepada penyesalan yang besar. Dengan menerapkan ajaran kedua ayat ini, seorang Muslim tidak hanya akan menjadi individu yang taat, tetapi juga kontributor bagi terciptanya masyarakat yang adil dan harmonis.

🏠 Homepage