Samudra, hamparan luas air asin yang menutupi lebih dari 70% permukaan Bumi, adalah rumah bagi keanekaragaman hayati yang tak terhingga dan proses ekologis yang kompleks. Dari seluruh wilayah samudra, zona pelagis adalah salah satu yang paling misterius dan vital. Zona ini merujuk pada kolom air terbuka, jauh dari dasar laut dan garis pantai, membentang dari permukaan hingga kedalaman terdalam. Ini adalah dunia tanpa batas daratan, tempat makhluk hidup beradaptasi dengan lingkungan tiga dimensi yang terus bergerak, mencari makanan, menghindari predator, dan berkembang biak dalam kondisi yang ekstrem.
Berbeda dengan zona bentik yang berinteraksi langsung dengan dasar laut, zona pelagis adalah alam semesta yang cair, tempat cahaya matahari menembus lapisan atas, menyediakan energi untuk kehidupan, sementara kegelapan abadi menyelimuti kedalaman yang tak terjamah. Kehidupan di zona ini sangat dinamis, didorong oleh arus laut global, perubahan suhu, salinitas, dan ketersediaan nutrisi. Dari organisme mikroskopis hingga mamalia laut raksasa, setiap penghuni zona pelagis memainkan peran krusial dalam keseimbangan ekosistem global dan bahkan memengaruhi iklim planet kita.
Artikel ini akan membawa kita menyelami lebih dalam tentang zona pelagis: definisinya, pembagian vertikal dan horizontalnya, karakteristik fisik yang membentuknya, keanekaragaman hayati yang menakjubkan yang hidup di dalamnya, peran ekologisnya yang tak tergantikan, serta tantangan dan upaya konservasi yang harus kita hadapi untuk menjaga kelestariannya. Mari kita mulai perjalanan menakjubkan ini ke jantung samudra terbuka.
Istilah "pelagis" berasal dari bahasa Yunani Kuno pelagos, yang berarti "laut terbuka". Secara ekologis, zona pelagis mengacu pada seluruh kolom air samudra yang tidak berinteraksi langsung dengan dasar laut (bentik) atau daratan. Ini adalah dunia tiga dimensi yang luas, tempat organisme melayang, berenang, dan bermigrasi tanpa titik pijak yang tetap. Zona ini berbeda dengan zona neritik, yaitu perairan di atas landas kontinen yang lebih dekat ke daratan, dan zona oseanik yang merupakan perairan terbuka di luar landas kontinen.
Kondisi fisik di zona pelagis sangat bervariasi seiring dengan kedalaman, terutama terkait dengan ketersediaan cahaya matahari, suhu, dan tekanan. Para ahli oseanografi membagi zona pelagis menjadi beberapa lapisan vertikal yang masing-masing memiliki karakteristik unik dan komunitas organisme yang berbeda.
Lapisan ini adalah bagian teratas dari zona pelagis, membentang dari permukaan hingga kedalaman sekitar 200 meter. Nama lain untuk zona ini adalah zona fotik, karena inilah satu-satunya lapisan di mana cahaya matahari cukup melimpah untuk memungkinkan terjadinya fotosintesis. Zona epipelagis adalah wilayah yang paling produktif di samudra, di mana fitoplankton (mikroalga) berlimpah ruah, membentuk dasar jaring makanan laut. Suhu di zona ini bervariasi tergantung lintang dan musim, tetapi umumnya lebih hangat dibandingkan lapisan di bawahnya. Kehidupan di sini sangat beragam, termasuk sebagian besar ikan pelagis yang kita kenal (tuna, hiu, sarden), mamalia laut (paus, lumba-lumba), penyu, dan banyak jenis zooplankton.
Terletak di bawah zona epipelagis, zona mesopelagis membentang dari 200 meter hingga sekitar 1.000 meter. Cahaya matahari hanya dapat menembus sebagian kecil ke lapisan ini, menciptakan lingkungan senja atau remang-remang yang konstan. Fotosintesis tidak lagi mungkin terjadi di sini. Organisme di zona mesopelagis sering kali memiliki adaptasi khusus untuk kondisi cahaya redup ini, seperti mata yang sangat besar dan sensitif, atau kemampuan bioluminescence (memancarkan cahaya sendiri) untuk menarik pasangan, menarik mangsa, atau membingungkan predator. Contoh makhluk hidup di zona ini termasuk cumi-cumi mata besar, ikan lentera (lanternfish), dan beberapa jenis krill yang melakukan migrasi vertikal diurnal.
Zona batipelagis dimulai dari 1.000 meter hingga 4.000 meter. Di kedalaman ini, kegelapan adalah permanen. Tidak ada cahaya matahari sama sekali, sehingga fotosintesis mustahil. Suhu sangat rendah dan stabil, mendekati titik beku. Tekanan air sangat ekstrem, bisa mencapai ratusan kali tekanan atmosfer di permukaan. Makanan di zona ini sangat langka dan berasal dari "salju laut" – materi organik yang jatuh dari lapisan atas. Organisme di sini sering kali memiliki metabolisme yang lambat, tubuh yang lunak, dan gigi yang sangat besar untuk memastikan tangkapan mangsa yang langka. Bioluminescence tetap umum. Contoh penghuni meliputi anglerfish, cumi-cumi raksasa, dan beberapa jenis gurita.
Berada di bawah zona batipelagis, zona abisopelagis membentang dari 4.000 meter hingga 6.000 meter. Ini adalah zona yang sangat dingin, gelap, dan bertekanan tinggi. Kondisinya mirip dengan zona batipelagis, tetapi lebih ekstrem. Kehidupan di sini bahkan lebih jarang dan terdistribusi. Organisme seringkali memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat lambat dan umur panjang karena ketersediaan makanan yang sangat terbatas. Adaptasi untuk bertahan hidup di lingkungan yang keras ini meliputi efisiensi energi yang tinggi dan kemampuan untuk memanfaatkan setiap sumber makanan yang tersedia.
Zona hadopelagis adalah bagian terdalam dari zona pelagis, ditemukan di dalam palung samudra yang dalam, mulai dari 6.000 meter hingga kedalaman maksimal lebih dari 11.000 meter (seperti Palung Mariana). Nama "hadal" diambil dari Hades, dewa dunia bawah Yunani. Zona ini adalah lingkungan paling ekstrem di Bumi, dengan tekanan air yang luar biasa dan suhu yang mendekati titik beku. Meskipun begitu, kehidupan ditemukan di sini, seringkali endemik dan sangat khusus, menunjukkan ketahanan luar biasa terhadap kondisi paling keras. Makhluk-makhluk ini beradaptasi dengan hidup di dekat ventilasi hidrotermal atau dari detritus yang sangat sedikit yang mencapai kedalaman ini.
Selain pembagian vertikal, zona pelagis juga dapat dibagi secara horizontal berdasarkan kedekatannya dengan daratan:
Zona neritik adalah bagian dari zona pelagis yang terletak di atas landas kontinen, yaitu wilayah dasar laut yang dangkal dan relatif datar yang memanjang dari garis pantai hingga tepi landas kontinen. Kedalamannya bervariasi, biasanya hingga sekitar 200 meter. Zona ini sangat produktif karena adanya aliran nutrisi dari daratan dan penetrasi cahaya matahari yang baik hingga ke dasar laut di beberapa area. Kekayaan nutrisi dan cahaya mendukung pertumbuhan fitoplankton yang melimpah, menjadikannya area penangkapan ikan yang penting dan habitat bagi banyak spesies laut, termasuk terumbu karang, lamun, dan hutan bakau di wilayah tropis.
Zona oseanik adalah wilayah samudra terbuka yang luas, di luar landas kontinen dan zona neritik. Ini mencakup lautan dalam yang membentang di seluruh dunia. Meskipun ukurannya sangat besar, produktivitas per satuan luas di zona oseanik seringkali lebih rendah daripada zona neritik, terutama di bagian tengah samudra yang jauh dari pengaruh daratan atau upwelling nutrisi. Namun, karena luasnya, zona oseanik secara keseluruhan berkontribusi besar terhadap produktivitas global dan merupakan rumah bagi migran jarak jauh seperti paus, hiu pelagis besar, dan tuna yang melintasi samudra.
Lingkungan pelagis dicirikan oleh serangkaian faktor fisik yang membentuk kondisi hidup bagi organisme di dalamnya. Memahami faktor-faktor ini sangat penting untuk memahami adaptasi dan distribusi kehidupan di samudra terbuka.
Cahaya matahari adalah faktor penentu utama di zona pelagis. Penetrasi cahaya berkurang secara eksponensial seiring dengan kedalaman. Di zona epipelagis, cahaya melimpah, memungkinkan fotosintesis. Namun, di bawah 200 meter, cahaya mulai meredup, memasuki zona senja (mesopelagis). Di kedalaman lebih dari 1.000 meter, kegelapan total menyelimuti (zona batipelagis, abisopelagis, hadopelagis). Ketiadaan cahaya ini mendorong evolusi adaptasi unik seperti bioluminescence dan mata yang sangat efisien atau, sebaliknya, kebutaan total pada beberapa spesies yang tidak lagi memerlukan penglihatan.
Suhu di zona pelagis sangat bervariasi secara horizontal dan vertikal. Di permukaan, suhu dapat berkisar dari di bawah titik beku di daerah kutub hingga lebih dari 30°C di daerah tropis. Namun, seiring dengan kedalaman, suhu cenderung menurun drastis. Lapisan air hangat di permukaan seringkali terpisah dari air dingin di bawahnya oleh suatu zona transisi yang disebut termoklin. Termoklin ini dapat menjadi penghalang bagi pergerakan vertikal organisme dan sirkulasi nutrisi. Di zona batipelagis dan yang lebih dalam, suhu sangat stabil dan rendah, biasanya antara 0°C dan 4°C, tanpa fluktuasi musiman yang signifikan.
Tekanan hidrostatik meningkat secara dramatis seiring dengan kedalaman, sekitar satu atmosfer untuk setiap 10 meter kedalaman. Di kedalaman 1.000 meter, tekanan mencapai 100 atmosfer; di Palung Mariana, bisa mencapai lebih dari 1.000 atmosfer. Organisme yang hidup di kedalaman harus beradaptasi dengan tekanan ekstrem ini. Banyak ikan laut dalam memiliki tubuh yang lunak, tulang yang ringan, dan tanpa kantung renang yang berisi gas, karena gas akan terkompresi pada tekanan tinggi. Sel-sel mereka juga memiliki komposisi kimia yang unik untuk mencegah protein denaturasi.
Salinitas, konsentrasi garam terlarut dalam air, relatif stabil di sebagian besar zona pelagis, rata-rata sekitar 35 bagian per seribu (ppt). Meskipun ada sedikit variasi karena penguapan, curah hujan, atau pencairan es, sebagian besar organisme pelagis hidup dalam kisaran salinitas yang sempit. Fluktuasi salinitas yang lebih besar mungkin terjadi di estuari atau di dekat gletser yang mencair, tetapi ini lebih berkaitan dengan lingkungan pesisir.
Arus laut adalah salah satu kekuatan pendorong utama di zona pelagis, memindahkan massa air, panas, nutrisi, dan organisme. Arus permukaan global, seperti Arus Teluk atau Arus Kuroshio, membawa air hangat dan memengaruhi iklim global. Arus dalam juga memainkan peran penting dalam sirkulasi termohalin. Fenomena upwelling, di mana air dingin yang kaya nutrisi dari kedalaman naik ke permukaan, sangat penting untuk produktivitas di beberapa wilayah pelagis. Area upwelling seringkali menjadi zona penangkapan ikan yang sangat produktif karena nutrisi tersebut mendukung pertumbuhan fitoplankton yang melimpah.
Ketersediaan nutrien, terutama nitrat, fosfat, dan silikat, adalah faktor pembatas untuk produktivitas primer di zona pelagis. Di sebagian besar samudra terbuka, lapisan atas yang terang (epipelagis) kekurangan nutrien karena fitoplankton menggunakannya dengan cepat dan ketika organisme mati, mereka tenggelam ke kedalaman, membawa nutrien menjauh dari zona fotik. Upwelling adalah mekanisme utama yang mengembalikan nutrien ini ke permukaan. Di zona dalam yang gelap, meskipun kaya akan nutrien terlarut, ketiadaan cahaya berarti tidak ada produksi primer berbasis fotosintesis.
Ekosistem pelagis adalah jaring kehidupan yang kompleks, di mana setiap organisme, dari yang terkecil hingga terbesar, terhubung dalam rantai makanan yang dinamis. Jaring makanan ini unik karena sebagian besar dimulai dengan organisme mikroskopis di kolom air yang luas.
Di zona epipelagis, fitoplankton adalah produsen primer utama. Mikroalga ini melakukan fotosintesis, mengubah energi matahari dan karbon dioksida menjadi bahan organik, sama seperti tanaman di darat. Mereka adalah fondasi dari hampir semua jaring makanan laut. Jenis fitoplankton utama meliputi diatom, dinoflagellata, dan kokolitofor. Distribusi dan kelimpahan fitoplankton sangat dipengaruhi oleh cahaya, suhu, dan ketersediaan nutrien. Ledakan populasi fitoplankton (algal bloom) dapat menyebabkan perubahan drastis dalam ekosistem dan bahkan terlihat dari luar angkasa.
Zooplankton adalah konsumen primer di zona pelagis, memakan fitoplankton. Mereka adalah kelompok organisme yang sangat beragam, mulai dari larva ikan, telur ikan, hingga krustasea kecil seperti kopepoda dan krill, serta ubur-ubur kecil. Zooplankton melakukan migrasi vertikal diurnal yang signifikan: mereka naik ke permukaan pada malam hari untuk mencari makan dan turun ke kedalaman pada siang hari untuk menghindari predator visual. Migrasi massal ini adalah perpindahan biomassa terbesar di planet ini.
Setelah zooplankton, jaring makanan terus berlanjut ke konsumen yang lebih besar:
Ini adalah kelompok yang sangat beragam, termasuk ikan forage (mangsa) seperti teri, sarden, makarel, dan hering, yang memakan zooplankton dan fitoplankton. Ikan-ikan ini seringkali membentuk gerombolan besar sebagai mekanisme pertahanan. Di atas mereka adalah predator puncak seperti tuna, marlin, dan hiu. Ikan pelagis sering memiliki bentuk tubuh hidrodinamis (seperti torpedo) untuk bergerak cepat di air terbuka, serta adaptasi kamuflase seperti kontra-bayangan (bagian bawah terang, bagian atas gelap) untuk menyamarkan diri dari predator di atas dan di bawah.
Cumi-cumi dan gurita juga merupakan predator penting di zona pelagis. Beberapa spesies, seperti cumi-cumi Humboldt atau cumi-cumi raksasa, dapat tumbuh sangat besar dan menjadi predator puncak di kedalaman. Mereka dikenal karena kecerdasannya, kemampuan kamuflase yang luar biasa, dan penggunaan jet propulsi untuk bergerak.
Paus, lumba-lumba, dan anjing laut adalah mamalia yang sangat beradaptasi dengan kehidupan di laut terbuka. Paus balin (misalnya, paus bungkuk, paus biru) menyaring zooplankton (terutama krill) dan ikan kecil dalam jumlah besar, sementara paus bergigi (misalnya, paus sperma, orca) memburu ikan besar dan cumi-cumi. Lumba-lumba adalah predator gesit yang sering berburu dalam kelompok. Mamalia laut ini melakukan migrasi epik melintasi samudra, bergantung pada produktivitas musiman.
Meskipun bukan penghuni air, banyak burung laut seperti albatros, petrel, dan camar menghabiskan sebagian besar hidup mereka di atas samudra terbuka. Mereka mencari makan ikan kecil dan cumi-cumi di permukaan air atau menyelam dangkal. Mereka memiliki adaptasi seperti kelenjar garam untuk menghilangkan kelebihan garam dan sayap panjang untuk meluncur di atas angin samudra.
Penyu laut, terutama penyu hijau dan penyu belimbing, juga merupakan penghuni zona pelagis selama fase hidup mereka yang lebih muda atau selama migrasi. Penyu belimbing, misalnya, adalah perenang samudra sejati, yang melakukan perjalanan ribuan kilometer mencari ubur-ubur, makanan utamanya.
Di setiap lapisan zona pelagis, dekomposer (bakteri, arkea, dan jamur) memainkan peran vital dalam mendaur ulang materi organik dari organisme mati dan limbah. Proses dekomposisi ini mengembalikan nutrien ke kolom air, sehingga tersedia kembali untuk digunakan oleh produsen primer atau mendukung komunitas kemosintetik di kedalaman. Tanpa dekomposer, siklus nutrien akan terhenti, dan dasar laut akan menumpuk materi organik yang tidak terurai.
Kondisi ekstrem di zona pelagis telah mendorong evolusi serangkaian adaptasi yang luar biasa, memungkinkan kehidupan berkembang di lingkungan yang tampak tidak ramah ini.
Fenomena bioluminescence (kemampuan menghasilkan cahaya sendiri) sangat umum di zona mesopelagis dan batipelagis, di mana cahaya matahari tidak ada. Cahaya ini digunakan untuk berbagai tujuan: menarik mangsa (seperti pada anglerfish), menarik pasangan, membingungkan predator (dengan memancarkan kilatan cahaya yang membuat predator sulit melihat), atau kamuflase (counter-illumination, di mana cahaya dipancarkan dari bawah tubuh untuk menyamarkan siluet terhadap cahaya redup dari atas).
Seperti yang disebutkan, banyak organisme, terutama zooplankton dan ikan mesopelagis, melakukan migrasi vertikal diurnal (DVM). Mereka naik ke lapisan permukaan pada malam hari untuk mencari makan dan turun ke kedalaman yang lebih gelap dan aman pada siang hari untuk menghindari predator. DVM adalah perpindahan biomassa terbesar di Bumi dan memiliki dampak besar pada siklus karbon di samudra.
Banyak ikan pelagis memiliki bentuk tubuh yang ramping dan seperti torpedo, yang mengurangi hambatan air dan memungkinkan mereka berenang dengan kecepatan tinggi. Warna juga merupakan bentuk adaptasi: ikan permukaan sering memiliki bagian punggung yang gelap (biru atau hijau) dan bagian perut yang terang (perak atau putih) – ini dikenal sebagai kontra-bayangan, yang membantu mereka menyamarkan diri dari predator baik dari atas maupun bawah.
Organisme laut dalam memiliki adaptasi khusus untuk menghadapi tekanan yang luar biasa. Ini termasuk absennya kantung renang yang berisi gas, tubuh yang lunak dan gelatinosa yang memungkinkan air menekan sel tanpa merusak strukturnya, serta molekul-molekul organik seperti trimetilamin oksida (TMAO) yang membantu menstabilkan protein dan enzim di bawah tekanan tinggi.
Di zona laut dalam yang minim makanan, efisiensi energi adalah kunci. Organisme sering memiliki metabolisme yang sangat rendah, tumbuh lambat, dan memiliki mulut yang sangat besar dengan gigi tajam untuk menangkap mangsa yang jarang. Beberapa di antaranya juga menjadi "pemulung," mengandalkan bangkai yang jatuh dari lapisan atas.
Zona pelagis, meskipun sering kali tersembunyi dari pandangan kita sehari-hari, memainkan peran fundamental dalam menjaga kesehatan planet Bumi dan ekosistem global secara keseluruhan. Kontribusinya mencakup beberapa aspek penting yang memengaruhi kehidupan di darat maupun di laut.
Salah satu peran paling krusial dari zona pelagis adalah dalam siklus karbon global. Fitoplankton di permukaan laut menyerap sejumlah besar karbon dioksida (CO2) dari atmosfer melalui fotosintesis. Karbon ini kemudian diintegrasikan ke dalam jaring makanan laut. Ketika organisme mati atau menghasilkan feses, materi organik yang mengandung karbon ini tenggelam ke dasar laut dalam bentuk "salju laut". Proses ini dikenal sebagai pompa biologis. Sebagian karbon ini tersimpan di sedimen laut dalam jangka waktu geologis, secara efektif menghilangkan CO2 dari atmosfer dan permukaan laut, sehingga membantu mengatur iklim global. Tanpa pompa biologis yang efisien, konsentrasi CO2 di atmosfer akan jauh lebih tinggi.
Sebagai produsen primer utama, fitoplankton di zona pelagis menghasilkan sekitar 50% hingga 80% oksigen yang kita hirup di Bumi. Setiap napas yang kita ambil kemungkinan besar mengandung oksigen yang dihasilkan oleh makhluk mikroskopis ini. Kemampuan fitoplankton untuk mengubah CO2 menjadi O2 tidak hanya vital bagi kehidupan laut, tetapi juga bagi semua kehidupan darat, termasuk manusia.
Selain siklus karbon, samudra secara keseluruhan, termasuk zona pelagis, bertindak sebagai penyimpan panas raksasa, menyerap sebagian besar kelebihan panas yang dihasilkan oleh emisi gas rumah kaca. Arus laut global yang mengalir di zona pelagis mendistribusikan panas ke seluruh planet, memengaruhi pola cuaca dan iklim regional. Perubahan dalam sirkulasi laut dapat memiliki konsekuensi yang luas terhadap iklim global, seperti peristiwa El Niño dan La Niña yang memengaruhi curah hujan dan suhu di seluruh dunia.
Zona pelagis adalah sumber utama ikan dan hasil laut lainnya bagi miliaran manusia di seluruh dunia. Ikan pelagis seperti tuna, sarden, makarel, dan teri adalah protein penting dalam diet banyak populasi. Perikanan komersial global sangat bergantung pada produktivitas zona ini, menjadikannya elemen kunci dalam ketahanan pangan global.
Bagi banyak spesies yang melakukan migrasi jarak jauh, seperti paus, penyu, dan hiu, zona pelagis berfungsi sebagai koridor utama dan habitat penting untuk mencari makan, berkembang biak, dan beristirahat. Jaringan habitat ini sangat penting untuk kelangsungan hidup spesies-spesies ini, yang seringkali bergantung pada beberapa wilayah berbeda di samudra selama siklus hidup mereka.
Meskipun luas dan tampak tak terbatas, zona pelagis tidak kebal terhadap dampak aktivitas manusia. Berbagai ancaman serius mengancam kesehatan dan kelestarian ekosistem yang rapuh ini, memerlukan perhatian dan tindakan mendesak.
Ini adalah salah satu ancaman terbesar bagi zona pelagis. Armada penangkapan ikan modern memiliki teknologi canggih yang memungkinkan mereka untuk mencari dan menangkap ikan dalam jumlah besar di seluruh samudra. Spesies ikan pelagis yang bernilai tinggi seperti tuna, marlin, dan hiu telah mengalami penurunan populasi yang drastis akibat penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan. Penangkapan ikan berlebihan tidak hanya mengurangi populasi spesies target, tetapi juga memiliki efek berjenjang ke seluruh jaring makanan, mengubah struktur ekosistem. Praktik penangkapan ikan yang merusak, seperti penangkapan sampingan (bycatch) spesies non-target (misalnya, lumba-lumba, penyu, burung laut), semakin memperburuk masalah.
Samudra adalah tempat pembuangan akhir bagi banyak polutan dari daratan dan aktivitas manusia. Polusi di zona pelagis dapat dibagi menjadi beberapa kategori:
Triliunan potongan plastik, dari mikroplastik hingga sampah berukuran besar, mengambang di samudra, membentuk "pulau sampah" raksasa seperti Great Pacific Garbage Patch. Plastik ini membahayakan kehidupan laut yang dapat menelannya atau terjerat di dalamnya, menyebabkan cedera, kelaparan, atau kematian. Mikroplastik, partikel plastik yang sangat kecil, juga masuk ke dalam rantai makanan, dengan potensi dampak yang belum sepenuhnya dipahami pada kesehatan ekosistem dan manusia.
Limbah industri, pestisida dari pertanian, dan tumpahan minyak melepaskan bahan kimia beracun ke dalam samudra. Zat-zat ini dapat terakumulasi dalam jaringan organisme laut melalui biomagnifikasi, mencapai konsentrasi tinggi pada predator puncak. Hal ini dapat menyebabkan masalah reproduksi, gangguan imun, dan kematian massal. Tumpahan minyak besar, meskipun insidental, dapat menyebabkan kerusakan ekologis yang parah dan berlangsung lama di area yang luas.
Aktivitas manusia seperti pelayaran kapal, eksplorasi minyak dan gas (sonar seismik), dan latihan militer menghasilkan suara bising bawah air yang dapat mengganggu mamalia laut, seperti paus dan lumba-lumba, yang sangat bergantung pada suara untuk navigasi, komunikasi, dan berburu. Polusi suara dapat menyebabkan stres, disorientasi, dan bahkan kematian pada beberapa kasus.
Perubahan iklim global menimbulkan beberapa ancaman serius terhadap zona pelagis:
Suhu permukaan laut yang meningkat menyebabkan pergeseran distribusi spesies, peristiwa pemutihan karang (yang memengaruhi ekosistem neritik tetapi dampaknya terasa jauh ke pelagis melalui rantai makanan), dan tekanan fisiologis pada organisme. Pemanasan juga dapat memengaruhi termoklin, yang pada gilirannya dapat mengurangi upwelling nutrien dan produktivitas primer di beberapa wilayah.
Samudra menyerap CO2 dari atmosfer, dan ketika CO2 larut dalam air laut, ia membentuk asam karbonat, yang menurunkan pH air laut—proses yang disebut pengasaman laut. Ini menjadi ancaman serius bagi organisme dengan cangkang atau kerangka karbonat, seperti fitoplankton (kokolitofor), pteropoda (siput laut), dan terumbu karang. Pengasaman dapat melemahkan struktur mereka dan memengaruhi pertumbuhan, reproduksi, dan kelangsungan hidup.
Pemanasan laut mengurangi kelarutan oksigen dalam air dan memperkuat stratifikasi laut, yang menghambat pencampuran air kaya oksigen dari permukaan ke kedalaman. Hal ini menyebabkan meluasnya "zona mati" atau zona minimum oksigen (OMZ) di mana kadar oksigen terlalu rendah untuk mendukung sebagian besar kehidupan laut. Deoksigenasi adalah ancaman serius bagi spesies yang tidak dapat mentolerir kondisi rendah oksigen, memaksa mereka untuk bermigrasi atau mati.
Meskipun zona pelagis adalah samudra terbuka, aktivitas manusia seperti penambangan laut dalam (jika berkembang), pembangunan infrastruktur lepas pantai, atau bahkan penjangkaran besar dapat secara lokal merusak habitat bentik yang berdekatan dan memengaruhi zona pelagis melalui gangguan ekologis.
Menyadari pentingnya zona pelagis dan ancaman yang dihadapinya, upaya konservasi dan pengelolaan yang terkoordinasi sangat penting. Ini melibatkan pendekatan multi-level, dari lokal hingga internasional.
Pembentukan Kawasan Lindung Laut (KLL), atau Marine Protected Areas (MPAs), adalah strategi kunci. KLL adalah wilayah di samudra di mana aktivitas manusia diatur atau dibatasi untuk tujuan konservasi. Meskipun lebih mudah diterapkan di perairan pesisir, konsep KLL juga diperluas ke zona pelagis, terutama di wilayah-wilayah yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi atau penting untuk siklus hidup spesies migran. KLL dapat membantu memulihkan stok ikan, melindungi habitat kritis, dan meningkatkan ketahanan ekosistem terhadap perubahan iklim. Namun, tantangan dalam mengelola KLL di laut terbuka adalah luasnya wilayah dan kesulitan penegakan hukum.
Untuk mengatasi masalah penangkapan ikan berlebihan, diperlukan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Ini mencakup:
Mengatasi polusi laut memerlukan tindakan komprehensif:
Penelitian ilmiah yang berkelanjutan sangat penting untuk memahami ekosistem pelagis, memantau perubahan, dan mengembangkan solusi konservasi yang efektif. Ini meliputi penelitian tentang:
Karena zona pelagis melintasi batas-batas negara, kerja sama internasional adalah kunci. Perjanjian dan konvensi internasional (misalnya, UNCLOS - Konvensi PBB tentang Hukum Laut, Konvensi Keanekaragaman Hayati) serta organisasi regional (misalnya, Komisi Tuna Regional) berperan dalam mengelola sumber daya laut dan melindungi lingkungan di perairan internasional. Membangun konsensus dan menegakkan perjanjian ini adalah tantangan yang berkelanjutan tetapi sangat penting.
Meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya zona pelagis dan ancaman yang dihadapinya adalah langkah fundamental. Melalui pendidikan, kampanye informasi, dan keterlibatan masyarakat, kita dapat mendorong perubahan perilaku yang positif, seperti mengurangi konsumsi plastik, mendukung perikanan berkelanjutan, dan menjadi advokat untuk kebijakan konservasi laut.
Zona pelagis mewakili frontier terakhir di planet kita yang sebagian besar belum terjelajahi. Setiap penyelaman baru, setiap instrumen yang dikerahkan, dan setiap studi genetik membuka tabir misteri baru tentang kehidupan dan proses yang terjadi di sana. Meskipun kemajuan teknologi telah memungkinkan kita untuk melihat dan memahami lebih banyak tentang samudra dalam, masih banyak yang belum kita ketahui tentang kedalaman tergelap dan ekosistem terpencil ini. Ini berarti bahwa potensi penemuan baru, baik dalam bentuk spesies baru, proses ekologis yang tidak terduga, atau bahkan senyawa biokimia yang bermanfaat, tetap sangat tinggi.
Namun, masa depan zona pelagis sangat bergantung pada bagaimana kita sebagai manusia memilih untuk berinteraksi dengannya. Pilihan yang kita buat hari ini mengenai penggunaan sumber daya, mitigasi polusi, dan respons terhadap perubahan iklim akan menentukan kesehatan dan produktivitas samudra terbuka di masa mendatang. Jika kita terus mengeksploitasi sumber daya tanpa batas, mencemari perairan, dan membiarkan emisi gas rumah kaca terus meningkat, maka konsekuensinya bagi zona pelagis—dan pada akhirnya bagi kita—akan sangat parah.
Untuk memahami dan melindungi zona pelagis dengan lebih baik, kita perlu investasi yang lebih besar dalam penelitian oseanografi. Ini termasuk pengembangan robot bawah air otonom yang dapat menjelajahi kedalaman yang tidak dapat dicapai manusia, sensor jarak jauh yang dapat memantau kondisi lingkungan secara real-time, dan teknologi genetik untuk mempelajari keanekaragaman mikroorganisme yang membentuk dasar kehidupan. Inovasi juga harus berfokus pada pengembangan solusi berkelanjutan untuk perikanan, energi laut terbarukan, dan bioteknologi laut yang tidak merusak.
Karena sebagian besar zona pelagis berada di luar yurisdiksi nasional mana pun (di perairan internasional), tata kelola yang efektif dan kuat adalah suatu keharusan. Perjanjian baru, seperti Perjanjian Keanekaragaman Hayati di Luar Yurisdiksi Nasional (BBNJ) yang baru-baru ini disepakati, adalah langkah maju yang signifikan. Perjanjian ini bertujuan untuk melindungi keanekaragaman hayati laut di perairan internasional, termasuk melalui pembentukan KLL di laut lepas dan evaluasi dampak lingkungan untuk aktivitas di luar yurisdiksi nasional. Implementasi yang sukses dari perjanjian semacam itu akan menjadi kunci untuk memastikan pengelolaan yang berkelanjutan di masa depan.
Konsep Ekonomi Biru bertujuan untuk mempromosikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di sektor kelautan. Ini berarti memanfaatkan sumber daya laut secara bijaksana untuk pertumbuhan ekonomi, pekerjaan, dan mata pencarian, sambil menjaga kesehatan ekosistem laut. Ini mencakup perikanan berkelanjutan, akuakultur yang bertanggung jawab, pariwisata bahari yang ekologis, energi laut terbarukan (misalnya, tenaga ombak dan pasang surut), dan bioteknologi laut. Ekonomi biru yang sejati harus memastikan bahwa keuntungan ekonomi tidak datang dengan mengorbankan integritas ekologis zona pelagis.
Setiap individu memiliki peran dalam melindungi zona pelagis. Pilihan konsumsi kita—apakah kita memilih produk laut yang berkelanjutan, mengurangi penggunaan plastik, atau mendukung kebijakan lingkungan—memiliki dampak. Meningkatkan kesadaran, mendidik diri sendiri dan orang lain tentang pentingnya samudra, dan berpartisipasi dalam upaya konservasi adalah cara-cara penting untuk berkontribusi pada masa depan yang lebih baik bagi samudra dan planet kita.
Zona pelagis adalah jantung samudra, sebuah ekosistem luas yang dinamis dan vital bagi kesehatan planet kita. Dari fitoplankton yang menghasilkan oksigen yang kita hirup hingga paus raksasa yang bermigrasi melintasi benua, setiap penghuni zona ini adalah bagian integral dari jaring kehidupan yang kompleks. Meskipun keindahannya yang misterius, zona pelagis menghadapi ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya dari penangkapan ikan berlebihan, polusi, dan perubahan iklim.
Melindungi samudra terbuka bukanlah tugas yang mudah, tetapi merupakan keharusan. Dengan penelitian yang lebih baik, pengelolaan yang bijaksana, kerja sama internasional yang kuat, dan kesadaran publik yang meningkat, kita memiliki harapan untuk melestarikan keajaiban zona pelagis untuk generasi yang akan datang. Masa depan kehidupan di samudra terbuka—dan masa depan kita—bergantung pada tindakan yang kita ambil hari ini. Mari kita jaga samudra ini, warisan terbesar planet kita, agar tetap hidup, produktif, dan penuh misteri yang menunggu untuk dijelajahi.