Patah Siku: Panduan Lengkap Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pemulihan

Patah siku, atau secara medis dikenal sebagai fraktur siku, adalah kondisi medis yang umum terjadi dan dapat menyebabkan nyeri hebat, keterbatasan gerak, serta dampak signifikan pada kualitas hidup seseorang. Sendi siku adalah salah satu sendi paling kompleks di tubuh manusia, menghubungkan tulang lengan atas (humerus) dengan dua tulang lengan bawah (radius dan ulna). Karena perannya yang vital dalam gerakan sehari-hari, cedera pada area ini memerlukan perhatian serius dan penanganan yang tepat.

Artikel ini akan mengupas tuntas tentang patah siku, mulai dari anatomi dasar sendi siku, berbagai jenis fraktur yang dapat terjadi, penyebab umum, gejala yang harus diwaspadai, proses diagnosis, pilihan pengobatan yang tersedia (baik non-bedah maupun bedah), hingga fase rehabilitasi yang krusial untuk mencapai pemulihan yang optimal. Kami juga akan membahas potensi komplikasi, tips pencegahan, dan aspek-aspek penting lainnya yang perlu diketahui oleh pasien dan keluarga.

Anatomi Sendi Siku: Fondasi Pemahaman Patah Siku

Untuk memahami patah siku, penting untuk memiliki pemahaman dasar tentang anatomi sendi ini. Siku adalah sendi engsel (hinge joint) yang memungkinkan gerakan fleksi (menekuk) dan ekstensi (meluruskan) lengan bawah. Selain itu, siku juga terlibat dalam gerakan pronasi (memutar telapak tangan ke bawah) dan supinasi (memutar telapak tangan ke atas) yang terjadi pada sendi radioulnar proksimal, bagian dari kompleks siku.

Tiga tulang utama membentuk sendi siku:

  1. Humerus: Tulang lengan atas. Bagian distal (ujung bawah) humerus memiliki dua tonjolan utama:
    • Troklea: Berbentuk seperti katrol, berartikulasi dengan ulna.
    • Kapitulum: Berbentuk bulat, berartikulasi dengan radius.
    • Di atas troklea dan kapitulum terdapat epikondilus medial dan lateral, yang menjadi tempat perlekatan otot-otot penting.
  2. Ulna: Tulang lengan bawah yang lebih besar di sisi kelingking. Ujung proksimal (atas) ulna memiliki struktur penting:
    • Olecranon: Tonjolan besar yang membentuk "ujung siku" dan berfungsi sebagai tuas untuk otot trisep.
    • Prosesus Koronoid: Tonjolan kecil di bagian depan yang membantu menstabilkan sendi.
    • Takik Troklear (Trochlear Notch): Cekungan besar yang memeluk troklea humerus.
  3. Radius: Tulang lengan bawah yang lebih kecil di sisi jempol. Ujung proksimal radius terdiri dari:
    • Kepala Radius: Berbentuk seperti cakram, berartikulasi dengan kapitulum humerus dan takik radial pada ulna. Ini memungkinkan rotasi lengan bawah.
    • Leher Radius: Bagian ramping di bawah kepala radius.

Selain tulang, sendi siku juga diperkuat oleh ligamen dan dikelilingi oleh kapsul sendi serta berbagai otot, saraf, dan pembuluh darah. Ligamen utama meliputi:

Pemahaman kompleksitas ini membantu kita mengapresiasi mengapa patah siku dapat sangat menantang dalam hal diagnosis dan pengobatan, serta mengapa rehabilitasi pasca-cedera sangat penting untuk mengembalikan fungsi penuh.

Jenis-jenis Patah Siku

Patah siku dapat diklasifikasikan berdasarkan tulang yang terkena, lokasi fraktur pada tulang tersebut, tingkat keparahannya, dan pola fraktur. Setiap jenis fraktur memiliki implikasi diagnosis dan penanganan yang berbeda.

1. Fraktur Distal Humerus (Ujung Bawah Humerus)

Ini adalah patah tulang humerus yang terjadi di dekat sendi siku. Fraktur ini bisa sangat kompleks karena melibatkan permukaan sendi dan seringkali memerlukan rekonstruksi yang presisi. Jenis-jenisnya meliputi:

2. Fraktur Olecranon (Ujung Atas Ulna)

Olecranon adalah bagian ulna yang membentuk ujung siku. Fraktur ini sering terjadi akibat jatuh langsung ke siku atau cedera akibat kontraksi kuat otot trisep. Karena olecranon adalah tempat perlekatan otot trisep yang berfungsi meluruskan lengan, fraktur ini sering mengganggu kemampuan ekstensi siku. Fraktur olecranon seringkali bersifat intraartikular (melibatkan permukaan sendi).

3. Fraktur Kepala Radius (Ujung Atas Radius)

Fraktur kepala radius adalah patah tulang siku yang paling umum pada orang dewasa, sering disebabkan oleh jatuh dengan tangan terulur (FOOSH – Fall On Outstretched Hand). Kepala radius penting untuk rotasi lengan bawah. Fraktur ini bervariasi dari retakan kecil hingga fraktur yang hancur dengan perpindahan fragmen.

4. Fraktur Prosesus Koronoid (Ujung Atas Ulna)

Fraktur pada prosesus koronoid ulna sering terjadi bersamaan dengan dislokasi siku atau fraktur lainnya. Prosesus koronoid adalah stabilisator penting sendi siku. Fraktur ini seringkali memerlukan perhatian khusus karena dapat menyebabkan ketidakstabilan sendi siku.

5. Fraktur Kombinasi atau Kompleks

Beberapa cedera siku melibatkan patah lebih dari satu tulang atau kombinasi fraktur dengan dislokasi sendi. Contohnya termasuk:

Masing-masing jenis fraktur ini memerlukan pendekatan diagnosis dan pengobatan yang spesifik, dengan mempertimbangkan tingkat kerusakan jaringan lunak di sekitarnya dan potensi komplikasi.

Penyebab Umum Patah Siku

Patah siku dapat terjadi akibat berbagai mekanisme cedera, namun sebagian besar melibatkan trauma langsung atau tidak langsung pada sendi tersebut. Pemahaman tentang penyebab membantu dalam upaya pencegahan dan juga dalam diagnosis awal.

1. Jatuh dengan Tangan Terulur (Fall On Outstretched Hand - FOOSH)

Ini adalah mekanisme cedera paling umum untuk berbagai jenis patah siku, terutama fraktur kepala radius dan fraktur suprakondilar pada anak-anak. Saat seseorang jatuh dan secara refleks mengulurkan tangan untuk menahan diri, gaya tumbukan ditransmisikan ke pergelangan tangan, lengan bawah, dan akhirnya ke siku. Energi yang disalurkan dapat menyebabkan tulang di sekitar sendi siku patah.

2. Trauma Langsung ke Siku

Pukulan atau benturan langsung pada siku dapat menyebabkan fraktur, terutama fraktur olecranon. Contohnya termasuk:

3. Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan kendaraan bermotor seringkali melibatkan energi tinggi dan dapat menyebabkan fraktur siku yang lebih kompleks dan parah, seperti fraktur interkondilar humerus, fraktur-dislokasi, atau fraktur terbuka (tulang menembus kulit). Gaya yang ekstrem dapat menyebabkan kerusakan luas pada tulang dan jaringan lunak.

4. Cedera Olahraga

Partisipasi dalam olahraga, terutama olahraga kontak atau olahraga yang melibatkan gerakan berulang atau risiko jatuh, dapat meningkatkan risiko patah siku. Contohnya:

5. Kondisi Medis Tertentu

Beberapa kondisi medis dapat melemahkan tulang dan membuat seseorang lebih rentan terhadap fraktur, bahkan dari cedera ringan:

Meskipun demikian, sebagian besar patah siku terjadi pada individu yang sehat akibat cedera traumatik yang signifikan.

Gejala Patah Siku yang Harus Diwaspadai

Mengenali gejala patah siku sangat penting untuk mendapatkan penanganan medis sesegera mungkin. Gejala dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan keparahan fraktur, namun ada beberapa tanda umum yang perlu diperhatikan:

1. Nyeri Hebat dan Mendadak

Ini adalah gejala yang paling konsisten. Nyeri biasanya sangat parah dan terasa di sekitar sendi siku segera setelah cedera. Rasa sakit akan memburuk dengan gerakan atau upaya untuk menggerakkan lengan.

2. Pembengkakan

Area di sekitar siku akan membengkak dengan cepat akibat penumpukan darah dan cairan dari cedera. Pembengkakan ini dapat membuat sendi terlihat lebih besar dari biasanya dan dapat membatasi gerakan.

3. Memar atau Perubahan Warna Kulit

Memar atau ekimosis dapat muncul di sekitar siku atau bahkan menyebar ke lengan bawah dan atas. Ini menunjukkan adanya pendarahan di bawah kulit akibat kerusakan pembuluh darah kecil.

4. Deformitas atau Perubahan Bentuk

Pada fraktur yang parah dan displaced (bergeser), Anda mungkin melihat perubahan bentuk yang jelas pada siku, seperti tonjolan yang tidak biasa, lekukan, atau posisi lengan yang tidak wajar. Jangan mencoba meluruskan atau memanipulasi lengan yang cacat.

5. Ketidakmampuan Menggerakkan Lengan atau Sendi Siku

Pasien biasanya akan kesulitan atau tidak mampu sama sekali untuk menekuk, meluruskan, atau memutar lengan bawah. Setiap upaya untuk menggerakkan sendi akan memperparah rasa sakit.

6. Sensasi Gemeretak (Krepitasi)

Kadang-kadang, pasien mungkin merasakan atau mendengar suara gemeretak (krepitasi) saat mencoba menggerakkan lengan, yang disebabkan oleh gesekan fragmen tulang yang patah.

7. Mati Rasa atau Kesemutan

Fraktur yang parah atau displaced dapat menekan saraf yang melewati siku (terutama saraf ulnaris, median, atau radial). Ini dapat menyebabkan mati rasa, kesemutan, atau kelemahan di bagian lengan bawah atau tangan. Ini adalah tanda bahaya dan memerlukan perhatian medis segera.

8. Dingin atau Pucat pada Tangan/Jari

Jika fraktur merusak pembuluh darah utama (seperti arteri brakialis), suplai darah ke lengan bawah dan tangan dapat terganggu. Tangan atau jari mungkin terasa dingin, pucat, atau kebiruan. Ini adalah keadaan darurat medis yang memerlukan tindakan segera untuk mencegah kerusakan jaringan permanen.

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala-gejala ini setelah cedera, sangat penting untuk segera mencari pertolongan medis di unit gawat darurat. Jangan mencoba memanipulasi atau memperbaiki posisi lengan yang cedera.

Diagnosis Patah Siku

Diagnosis patah siku memerlukan kombinasi pemeriksaan fisik dan pencitraan. Tujuannya adalah untuk mengkonfirmasi adanya fraktur, menentukan jenis dan lokasinya, serta mengevaluasi potensi cedera pada struktur di sekitarnya seperti saraf dan pembuluh darah.

1. Anamnesis (Riwayat Medis)

Dokter akan bertanya tentang bagaimana cedera terjadi (mekanisme cedera), kapan terjadi, tingkat nyeri, dan riwayat kesehatan lainnya (misalnya, riwayat osteoporosis, penggunaan obat-obatan, alergi).

2. Pemeriksaan Fisik

Dokter akan dengan hati-hati memeriksa lengan yang cedera. Ini meliputi:

3. Pencitraan (Imaging)

Teknik pencitraan adalah kunci untuk mengkonfirmasi diagnosis dan merencanakan pengobatan.

Penanganan Medis Patah Siku

Tujuan utama penanganan patah siku adalah untuk mengembalikan anatomi tulang yang patah, meredakan nyeri, mengembalikan stabilitas sendi, dan meminimalkan kekakuan untuk memulihkan fungsi lengan yang optimal. Pilihan pengobatan tergantung pada jenis, lokasi, keparahan fraktur, usia pasien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan.

1. Penanganan Non-Bedah (Konservatif)

Penanganan non-bedah biasanya dipertimbangkan untuk fraktur yang stabil, tidak terlalu bergeser (non-displaced atau minimally displaced), atau pada pasien yang tidak memenuhi syarat untuk operasi. Metode ini meliputi:

Contoh fraktur yang sering ditangani non-bedah adalah fraktur kepala radius Tipe I (Mason I) atau fraktur suprakondilar Tipe I pada anak-anak (Gartland I).

2. Penanganan Bedah (Operasi)

Operasi diperlukan untuk fraktur yang tidak stabil, displaced secara signifikan, fraktur intra-artikular yang melibatkan permukaan sendi, fraktur terbuka, atau fraktur yang disertai cedera saraf/pembuluh darah. Tujuan operasi adalah untuk mereduksi (mengembalikan) fragmen tulang ke posisi anatomisnya dan menstabilkannya dengan implan.

Setelah operasi, lengan biasanya diimobilisasi untuk jangka waktu tertentu sebelum program rehabilitasi dimulai. Implan logam biasanya dibiarkan di tempatnya kecuali jika menyebabkan masalah di kemudian hari.

Rehabilitasi dan Pemulihan Patah Siku

Rehabilitasi adalah fase paling krusial dan seringkali paling menantang dalam proses pemulihan patah siku. Tujuan rehabilitasi adalah untuk mengembalikan jangkauan gerak penuh, kekuatan, dan fungsi lengan yang cedera. Program rehabilitasi yang terstruktur dan konsisten di bawah bimbingan fisioterapis sangat penting untuk mencegah kekakuan dan komplikasi jangka panjang.

Fase 1: Perlindungan dan Imobilisasi Awal (Minggu 0-6)

Fase ini dimulai segera setelah diagnosis atau operasi. Fokus utamanya adalah perlindungan fraktur agar dapat sembuh dan mengelola nyeri serta pembengkakan.

Fase 2: Pemulihan Jangkauan Gerak (Minggu 3-12, tergantung jenis fraktur)

Setelah periode imobilisasi awal dan dokter memastikan fraktur cukup stabil, fisioterapi aktif dimulai. Ini adalah fase paling penting untuk mencegah kekakuan sendi.

Fase 3: Pemulihan Kekuatan dan Fungsi (Minggu 8-24 dan seterusnya)

Ketika jangkauan gerak mulai membaik, fokus bergeser ke penguatan otot dan pengembalian fungsi penuh.

Tantangan dalam Rehabilitasi

Sendi siku sangat rentan terhadap kekakuan setelah cedera atau imobilisasi. Ini adalah komplikasi paling umum. Kepatuhan pasien terhadap program latihan di rumah adalah faktor kunci keberhasilan. Penting untuk diingat bahwa pemulihan penuh bisa memakan waktu berbulan-bulan, atau bahkan lebih dari setahun, tergantung pada keparahan cedera dan respons individu terhadap terapi.

Pasien harus berkomunikasi secara terbuka dengan dokter dan fisioterapis tentang nyeri atau kesulitan yang dialami selama rehabilitasi. Terlalu memaksakan diri terlalu cepat dapat menyebabkan cedera ulang, sementara terlalu berhati-hati dapat menyebabkan kekakuan yang sulit diatasi.

Komplikasi Patah Siku

Meskipun sebagian besar patah siku dapat sembuh dengan baik, ada beberapa komplikasi potensial yang dapat terjadi selama atau setelah pengobatan. Mengenali komplikasi ini penting untuk intervensi dini dan manajemen yang tepat.

1. Kekakuan Sendi (Stiffness)

Ini adalah komplikasi paling umum dari patah siku. Setelah imobilisasi atau operasi, sendi siku cenderung menjadi kaku, membatasi kemampuan untuk meluruskan (ekstensi) atau menekuk (fleksi) sepenuhnya. Kekakuan dapat disebabkan oleh:

Fisioterapi yang agresif dan konsisten adalah kunci untuk mencegah dan mengatasi kekakuan. Dalam kasus yang parah, mungkin diperlukan manipulasi di bawah anestesi atau bahkan operasi untuk melepaskan kekakuan (artrolisis).

2. Nonunion (Tulang Tidak Menyatu)

Nonunion terjadi ketika fragmen tulang gagal menyatu setelah periode waktu yang diharapkan untuk penyembuhan. Faktor risiko meliputi: fraktur terbuka, infeksi, suplai darah yang buruk ke lokasi fraktur, fraktur yang sangat hancur, dan merokok. Nonunion biasanya memerlukan intervensi bedah tambahan, seperti ORIF ulang dengan cangkok tulang.

3. Malunion (Tulang Menyatu dengan Posisi yang Salah)

Malunion terjadi ketika fragmen tulang menyatu tetapi dalam posisi yang tidak ideal, yang dapat menyebabkan deformitas, nyeri kronis, atau keterbatasan fungsi. Malunion yang signifikan mungkin memerlukan operasi osteotomi (memotong tulang dan menata ulang posisinya) untuk memperbaikinya.

4. Cedera Saraf

Saraf-saraf utama (ulnaris, median, radial) melewati dekat sendi siku. Fraktur atau dislokasi dapat merusak saraf ini secara langsung pada saat cedera atau melalui tekanan dari pembengkakan. Gejala termasuk mati rasa, kesemutan, kelemahan, atau kelumpuhan pada area yang dipersarafi. Cedera saraf dapat memerlukan pemantauan, terapi fisik, atau dalam kasus yang parah, operasi perbaikan saraf.

5. Cedera Pembuluh Darah

Arteri brakialis, yang memasok darah ke lengan bawah dan tangan, dapat rusak oleh fraktur yang parah, terutama fraktur suprakondilar pada anak-anak. Jika tidak segera ditangani, ini dapat menyebabkan sindrom kompartemen (penumpukan tekanan berbahaya di otot) atau bahkan iskemia (kekurangan suplai darah) yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan permanen (kontraktur Volkmann). Ini adalah keadaan darurat bedah.

6. Infeksi

Risiko infeksi lebih tinggi pada fraktur terbuka atau setelah operasi. Infeksi dapat menghambat penyembuhan tulang dan memerlukan antibiotik atau operasi tambahan untuk membersihkan area yang terinfeksi.

7. Osteoartritis Pasca-Trauma

Jika fraktur melibatkan permukaan sendi atau menyatu dengan malunion, dapat terjadi kerusakan pada tulang rawan sendi yang menyebabkan osteoartritis dini di kemudian hari. Ini dapat menyebabkan nyeri kronis, kekakuan, dan keterbatasan fungsi.

8. Sindrom Kompartemen

Meskipun jarang, pembengkakan yang parah setelah fraktur atau operasi dapat menyebabkan peningkatan tekanan di kompartemen otot lengan bawah. Ini adalah kondisi serius yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otot dan saraf jika tidak segera ditangani dengan fasciotomi (sayatan bedah untuk mengurangi tekanan).

Pengawasan medis yang cermat selama proses penyembuhan sangat penting untuk mendeteksi dan mengelola komplikasi ini sesegera mungkin.

Pencegahan Patah Siku

Meskipun tidak semua cedera dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko patah siku, terutama yang disebabkan oleh jatuh atau trauma.

Prognosis dan Kualitas Hidup Setelah Patah Siku

Prognosis untuk patah siku sangat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk jenis dan keparahan fraktur, ada tidaknya cedera saraf atau pembuluh darah, usia dan kesehatan umum pasien, serta kepatuhan terhadap program rehabilitasi.

Secara umum, patah siku yang sederhana dan tidak bergeser, terutama pada anak-anak, memiliki prognosis yang sangat baik dengan pemulihan penuh fungsi. Namun, fraktur yang kompleks, seperti fraktur interkondilar atau fraktur-dislokasi, memiliki risiko lebih tinggi untuk kekakuan jangka panjang, nyeri, dan kehilangan sebagian jangkauan gerak.

Meskipun demikian, dengan diagnosis yang cepat, pengobatan yang tepat, dan program rehabilitasi yang intensif, sebagian besar pasien dapat mencapai tingkat fungsi yang sangat baik dan kembali ke aktivitas sehari-hari mereka. Penting untuk memiliki ekspektasi yang realistis tentang proses pemulihan, yang bisa memakan waktu berbulan-bulan, atau bahkan lebih dari setahun, untuk mencapai hasil terbaik. Kesabaran, ketekunan, dan kerja sama dengan tim medis adalah kunci utama keberhasilan.

Beberapa pasien mungkin mengalami nyeri atau kekakuan residual, terutama saat cuaca dingin atau setelah aktivitas berat. Dalam beberapa kasus, implan logam yang digunakan dalam operasi mungkin perlu diangkat di kemudian hari jika menyebabkan iritasi. Namun, ini adalah keputusan yang akan dibahas bersama dengan dokter Anda.

Dampak pada kualitas hidup dapat signifikan pada awalnya, membatasi kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari, bekerja, atau berpartisipasi dalam hobi. Namun, dengan pemulihan yang sukses, sebagian besar pasien dapat kembali ke kehidupan normal mereka dengan sedikit atau tanpa batasan yang berarti.

Penutup

Patah siku adalah cedera serius yang memerlukan perhatian medis segera dan penanganan yang terencana dengan baik. Dari pemahaman anatomi yang kompleks hingga rehabilitasi yang menantang, setiap langkah dalam perjalanan pemulihan sangat penting.

Artikel ini telah menyajikan gambaran lengkap tentang patah siku, mencakup berbagai aspek mulai dari penyebab, jenis, gejala, proses diagnosis yang teliti, pilihan pengobatan non-bedah dan bedah yang beragam, hingga pentingnya program rehabilitasi yang terstruktur. Kami juga telah membahas potensi komplikasi yang harus diwaspadai dan langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil.

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami cedera siku yang dicurigai patah, jangan ragu untuk segera mencari pertolongan medis profesional. Intervensi dini dan kepatuhan terhadap rencana perawatan adalah kunci untuk mencapai hasil terbaik dan meminimalkan risiko komplikasi jangka panjang. Ingatlah bahwa setiap individu memiliki respons pemulihan yang unik, dan kesabaran serta dedikasi dalam rehabilitasi akan menjadi penentu utama keberhasilan dalam mengembalikan kekuatan, kelenturan, dan fungsi penuh sendi siku.

🏠 Homepage