Morfem Terbagi: Memahami Struktur Kata Bahasa Indonesia

Bahasa adalah sistem yang kompleks, tersusun dari unit-unit kecil yang saling berinteraksi untuk membentuk makna. Di antara unit-unit tersebut, morfem memegang peranan fundamental sebagai unit terkecil yang memiliki makna. Dalam analisis morfologi, pemahaman tentang morfem memungkinkan kita menguraikan bagaimana kata-kata terbentuk, bagaimana makna berubah, dan bagaimana bahasa membangun kekayaan leksikalnya. Salah satu jenis morfem yang menarik dan seringkali menantang untuk dipahami adalah morfem terbagi, atau dalam linguistik dikenal juga sebagai sirkumfiks atau morfem diskontinu.

Artikel ini akan mengupas tuntas konsep morfem terbagi, khususnya dalam konteks Bahasa Indonesia. Kita akan menjelajahi definisi, jenis-jenis, fungsi, dan implikasinya dalam pembentukan kata. Dengan pemahaman yang mendalam, kita dapat mengapresiasi keunikan dan kekayaan struktur morfologi Bahasa Indonesia.

Ilustrasi Morfem Tiga blok puzzle yang mewakili unit-unit morfem yang membentuk sebuah kata. Prefiks Dasar Sufiks
Ilustrasi tiga blok yang membentuk sebuah kata, menunjukkan bagaimana morfem bergabung.

1. Memahami Dasar-Dasar Morfem

1.1 Apa Itu Morfem?

Sebelum melangkah lebih jauh ke morfem terbagi, penting untuk mengulang kembali definisi dasar morfem. Morfem adalah unit bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi tanpa merusak makna tersebut atau tanpa menghasilkan unit yang lebih kecil yang juga bermakna. Sebagai contoh, kata "membaca" terdiri dari dua morfem: meN- (prefiks) dan baca (dasar). Kedua unit ini memiliki makna sendiri; baca adalah kata dasar yang merujuk pada aktivitas, dan meN- adalah awalan yang membentuk verba aktif.

Morfem berbeda dari suku kata atau huruf. "Membaca" memiliki tiga suku kata (mem-ba-ca) dan enam huruf, tetapi hanya dua morfem. "Rumah" adalah satu kata, satu suku kata, dan satu morfem. "Rumah-rumah" terdiri dari dua morfem: "rumah" dan reduplikasi yang menandakan jamak.

1.2 Jenis-Jenis Morfem Dasar

Morfem secara umum dibagi menjadi dua kategori besar:

  1. Morfem Bebas (Free Morpheme): Morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata dan memiliki makna leksikal. Ini adalah unit yang sering kita sebut sebagai "kata dasar". Contoh dalam Bahasa Indonesia: rumah, makan, indah, buku, pergi. Morfem bebas biasanya membentuk inti makna dari sebuah kata.

    Morfem bebas juga dapat dibagi lagi menjadi dua subkategori:

    • Morfem Leksikal: Morfem bebas yang memiliki makna konseptual dan merujuk pada entitas di dunia nyata (nomina, verba, adjektiva, adverbia). Contoh: meja, tidur, cantik, cepat.
    • Morfem Gramatikal: Morfem bebas yang memiliki fungsi tata bahasa (preposisi, konjungsi, artikel). Contoh: di, ke, dan, atau, yang.
  2. Morfem Terikat (Bound Morpheme): Morfem yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata dan harus melekat pada morfem lain untuk membentuk kata bermakna. Morfem terikat inilah yang kita kenal sebagai afiks (imbuhan). Contoh: meN-, di-, -kan, -i, peN-, ke-, -an. Morfem terikat memiliki makna gramatikal atau mengubah kelas kata dan makna dari morfem bebas yang dilekatinya.

    Morfem terikat juga memiliki beberapa jenis:

    • Prefiks (Awalan): Afiks yang diletakkan di awal kata dasar (misalnya, meN- pada membaca).
    • Sufiks (Akhiran): Afiks yang diletakkan di akhir kata dasar (misalnya, -kan pada makan-kan).
    • Infiks (Sisipan): Afiks yang disisipkan di tengah kata dasar (misalnya, -el- pada gelembung dari gembung, atau -er- pada seruling dari suling). Infiks tidak terlalu produktif dalam Bahasa Indonesia modern.

Pemahaman mengenai morfem terikat adalah kunci untuk memahami morfem terbagi, karena morfem terbagi itu sendiri adalah bentuk khusus dari morfem terikat.

1.3 Alomorf

Fenomena penting lainnya yang berkaitan dengan morfem adalah alomorf. Alomorf adalah variasi bentuk dari satu morfem yang sama, yang muncul karena pengaruh lingkungan fonologis. Meskipun bentuknya berbeda, alomorf-alomorf ini memiliki makna dan fungsi yang sama. Dalam Bahasa Indonesia, morfem-morfem seperti meN-, peN-, dan per- sangat kaya akan alomorf.

Contoh alomorf dari prefiks meN-:

Semua variasi ini adalah manifestasi dari morfem yang sama, yaitu meN-, yang berfungsi untuk membentuk verba aktif. Alomorfisme ini menambah kompleksitas dalam identifikasi morfem, terutama ketika kita berhadapan dengan morfem terbagi.

2. Morfem Terbagi: Definisi dan Karakteristik

2.1 Apa Itu Morfem Terbagi (Sirkumfiks)?

Morfem terbagi, atau sirkumfiks (circumfix), adalah jenis morfem terikat yang "mengelilingi" atau "membelah" kata dasar. Artinya, ia terdiri dari dua bagian yang tidak berurutan secara langsung, di mana salah satu bagiannya berada di awal kata dasar (seperti prefiks) dan bagian lainnya berada di akhir kata dasar (seperti sufiks). Kata dasar (morfem bebas) berada di antara kedua bagian afiks ini.

Ciri khas morfem terbagi adalah bahwa kedua bagiannya (prefiks dan sufiks) tidak dapat dilepaskan satu sama lain tanpa mengubah makna atau bahkan membuat kata tersebut menjadi tidak gramatikal. Kedua bagian ini bekerja secara bersamaan sebagai satu kesatuan morfem untuk memberikan makna atau fungsi gramatikal tertentu pada kata dasar. Jika hanya satu bagian saja yang digunakan, maka kata yang terbentuk akan memiliki makna yang berbeda, atau bahkan tidak terbentuk sama sekali.

Mari kita ambil contoh sederhana dalam Bahasa Indonesia: afiks ke-an. Kata dasar indah akan menjadi keindahan. Di sini, ke- dan -an tidak bisa bekerja sendiri dengan makna yang sama. Keindah bukanlah kata baku, dan indahan juga bukan. Keduanya harus hadir secara bersamaan untuk membentuk nomina yang bermakna 'hal yang indah'.

Diagram Morfem Terbagi Ilustrasi menunjukkan sebuah kata dasar diapit oleh dua bagian morfem terbagi. ke- DASAR -an
Visualisasi Morfem Terbagi (Sirkumfiks) yang mengelilingi kata dasar.

2.2 Mengapa Disebut Morfem Terbagi?

Istilah "terbagi" merujuk pada fakta bahwa unit morfem ini tidak muncul sebagai satu kesatuan yang utuh di satu posisi saja. Berbeda dengan prefiks atau sufiks yang melekat di salah satu sisi kata dasar, morfem terbagi 'memisahkan diri' dan muncul di kedua sisi kata dasar secara simultan. Kedua bagian ini, meskipun terpisah secara fisik oleh kata dasar, secara fungsional dan semantis dianggap sebagai satu unit morfem.

Dalam teori morfologi, sirkumfiks adalah bentuk afiksasi di mana satu afiks terdiri dari dua bagian yang mengelilingi sebuah dasar. Ini menunjukkan bahwa struktur kata tidak selalu linear dan sederhana, melainkan bisa memiliki elemen-elemen yang saling bergantung di posisi yang berbeda.

3. Jenis-Jenis Morfem Terbagi dalam Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia memiliki beberapa morfem terbagi yang sangat produktif. Berikut adalah beberapa di antaranya, beserta penjelasan dan contoh-contohnya:

3.1 Sirkumfiks ke-an

Sirkumfiks ke-an adalah salah satu morfem terbagi yang paling umum dan produktif dalam Bahasa Indonesia. Morfem ini berfungsi untuk membentuk nomina (kata benda), baik itu nomina abstrak, nomina yang menyatakan keadaan, tempat, atau kolektivitas.

Fungsi dan Contoh:

  1. Pembentuk Nomina Abstrak (Perihal, Hal, Sifat): Fungsi ini sangat dominan, mengubah adjektiva atau verba menjadi kata benda yang menyatakan kualitas, kondisi, atau konsep.

    • indah (adj.) → keindahan (nom.) – 'perihal indah; hal yang indah'
    • baik (adj.) → kebaikan (nom.) – 'perihal baik; sifat baik'
    • adil (adj.) → keadilan (nom.) – 'perihal adil; sifat adil'
    • bersih (adj.) → kebersihan (nom.) – 'keadaan bersih'
    • tinggi (adj.) → ketinggian (nom.) – 'ukuran tinggi; hal tinggi'
    • suka (v.) → kesukaan (nom.) – 'hal yang disukai'
    • sedar (v.) → kesedaran (nom.) – 'perihal sadar; keadaan sadar'
    • puas (adj.) → kepuasan (nom.) – 'perasaan puas; hal yang memuaskan'
    • rahasia (nom.) → kerahasiaan (nom.) – 'sifat rahasia; hal yang dijaga kerahasiaannya'
    • pasti (adj.) → kepastian (nom.) – 'hal yang pasti; keadaan pasti'
    • jelas (adj.) → kejelasan (nom.) – 'hal yang jelas; keadaan jelas'
    • aman (adj.) → keamanan (nom.) – 'keadaan aman; perihal aman'
    • sehat (adj.) → kesehatan (nom.) – 'keadaan sehat; hal yang berkaitan dengan sehat'
    • utama (adj.) → keutamaan (nom.) – 'sifat utama; hal yang lebih utama'
    • mudah (adj.) → kemudahan (nom.) – 'hal yang mudah; fasilitas'
    • sulit (adj.) → kesulitan (nom.) – 'keadaan sulit; hambatan'
    • percaya (v.) → kepercayaan (nom.) – 'hal percaya; keyakinan'
    • ragu (adj.) → keraguan (nom.) – 'keadaan ragu; kebimbangan'
    • cinta (v./nom.) → kecintaan (nom.) – 'perasaan cinta; hal yang dicintai'
    • bingung (adj.) → kebingungan (nom.) – 'keadaan bingung; kegamangan'
    • malu (adj.) → kemaluan (nom.) – 'perasaan malu; organ intim (makna sekunder)'
    • bersama (adj./adv.) → kebersamaan (nom.) – 'keadaan bersama; rasa kebersamaan'
    • siap (adj.) → kesiapan (nom.) – 'keadaan siap; persiapan'
  2. Pembentuk Nomina Tempat: Kadang-kadang, ke-an juga bisa menunjukkan tempat, meskipun fungsi ini tidak seproduktif pembentuk nomina abstrak.

    • darat (nom.) → kedaratan (nom.) – 'tempat mendarat; daratan'
    • pulau (nom.) → kepulauan (nom.) – 'kumpulan pulau; daerah yang berpulau-pulau'
    • hutan (nom.) → kehutan-an (nom.) – 'daerah hutan; perihal hutan'
    • camat (nom.) → kecamatan (nom.) – 'daerah kekuasaan camat'
    • bupati (nom.) → kabupaten (nom.) – 'daerah kekuasaan bupati'
    • raja (nom.) → kerajaan (nom.) – 'daerah kekuasaan raja; sistem pemerintahan raja'
  3. Pembentuk Nomina Kolektif: Menunjukkan kumpulan atau kelompok.

    • rakyat (nom.) → kerakyatan (nom.) – 'perihal rakyat; hal-hal yang berkaitan dengan rakyat'
    • warga (nom.) → kewargaan (nom.) – 'perihal warga'

Penting untuk dicatat bahwa dalam beberapa kasus, ke- dan -an bisa muncul secara terpisah dengan makna yang berbeda. Misalnya, ke- sebagai prefiks pembentuk numeralia tingkat (kedua) atau verba taktransitif (ketahuan), dan -an sebagai sufiks pembentuk nomina dari verba (makanan) atau adjektiva (manisan). Namun, ketika keduanya muncul mengelilingi satu dasar dan membentuk satu makna spesifik yang tidak bisa dipecah, maka itu adalah morfem terbagi ke-an.

3.2 Sirkumfiks peN-an

Sirkumfiks peN-an adalah morfem terbagi yang sangat produktif untuk membentuk nomina, terutama nomina yang menyatakan proses, hasil, atau tempat. Seperti meN-, prefiks peN- memiliki banyak alomorf yang disesuaikan dengan fonem awal kata dasar.

Alomorf dari peN-:

Ketika digabungkan dengan sufiks -an, keduanya membentuk satu kesatuan makna.

Fungsi dan Contoh:

  1. Pembentuk Nomina Proses: Ini adalah fungsi paling umum, mengubah verba atau adjektiva menjadi nomina yang menyatakan aksi atau kejadian.

    • baca (v.) → pembacaan (nom.) – 'proses membaca'
    • bangun (v.) → pembangunan (nom.) – 'proses membangun'
    • tulis (v.) → penulisan (nom.) – 'proses menulis'
    • ukur (v.) → pengukuran (nom.) – 'proses mengukur'
    • ubah (v.) → perubahan (nom.) – 'proses mengubah'
    • didik (v.) → pendidikan (nom.) – 'proses mendidik'
    • saji (v.) → penyajian (nom.) – 'proses menyajikan'
    • jemur (v.) → penjemuran (nom.) – 'proses menjemur'
    • angkat (v.) → pengangkatan (nom.) – 'proses mengangkat'
    • terima (v.) → penerimaan (nom.) – 'proses menerima'
    • kirim (v.) → pengiriman (nom.) – 'proses mengirim'
    • produksi (v.) → produksi (nom.) – 'proses membuat atau menghasilkan'
    • jual (v.) → penjualan (nom.) – 'proses menjual'
    • beli (v.) → pembelian (nom.) – 'proses membeli'
    • bayar (v.) → pembayaran (nom.) – 'proses membayar'
    • sambut (v.) → penyambutan (nom.) – 'proses menyambut'
    • sebar (v.) → penyebaran (nom.) – 'proses menyebar'
    • kaji (v.) → pengkajian (nom.) – 'proses mengkaji'
    • rancang (v.) → perancangan (nom.) – 'proses merancang'
    • laksana (v.) → pelaksanaan (nom.) – 'proses melaksanakan'
    • siap (v.) → penyiapan (nom.) – 'proses menyiapkan'
  2. Pembentuk Nomina Hasil: Menunjukkan hasil dari suatu proses.

    • tangkap (v.) → penangkapan (nom.) – 'hasil menangkap' (selain proses menangkap)
    • temuan (v.) → penemuan (nom.) – 'hasil menemukan'
    • hasil (v.) → penghasilan (nom.) – 'hasil dari menghasilkan'
    • dapat (v.) → pendapatan (nom.) – 'hasil dari mendapatkan'
  3. Pembentuk Nomina Tempat: Kadang-kadang, peN-an juga bisa menunjukkan tempat.

    • tinggal (v.) → peninggalan (nom.) – 'tempat peninggalan'
    • siraman (v.) → penyiraman (nom.) – 'tempat menyiram; proses menyiram'
    • jemur (v.) → penjemuran (nom.) – 'tempat menjemur'

3.3 Sirkumfiks per-an

Sirkumfiks per-an juga berfungsi membentuk nomina, seringkali menunjukkan hal yang berhubungan dengan sesuatu, tempat, atau hasil. Prefiks per- biasanya tidak mengalami alomorf semelimpah meN- atau peN-, tetapi dapat berubah menjadi pel- jika bertemu kata dasar berawalan a (misalnya, ajarpelajaran, meskipun per-an lebih sering digunakan untuk perguruan dari guru atau peradilan dari adil).

Fungsi dan Contoh:

  1. Pembentuk Nomina Hal/Perihal/Bidang: Menunjukkan hal yang berhubungan dengan kata dasar.

    • juang (v.) → perjuangan (nom.) – 'hal berjuang; usaha keras'
    • dagang (v.) → perdagangan (nom.) – 'hal berdagang; kegiatan dagang'
    • adil (adj.) → peradilan (nom.) – 'hal mengadili; sistem hukum'
    • hati (nom.) → perhatian (nom.) – 'hal memperhatikan; sikap peduli'
    • tani (nom.) → pertanian (nom.) – 'hal bertani; bidang pertanian'
    • kata (nom.) → perkataan (nom.) – 'hal berkata; ucapan'
    • main (v.) → permainan (nom.) – 'hal bermain; sesuatu yang dimainkan'
    • nikah (v.) → pernikahan (nom.) – 'hal menikah; upacara pernikahan'
    • data (nom.) → pendataan (nom.) – 'proses pencatatan data' (perhatikan penggunaan pen-an untuk data, bukan per-an)
    • lawan (v.) → perlawanan (nom.) – 'hal melawan; aksi perlawanan'
    • timbang (v.) → pertimbangan (nom.) – 'hasil menimbang; keputusan'
    • temu (v.) → pertemuan (nom.) – 'hasil bertemu; rapat'
    • janjian (v.) → perjanjian (nom.) – 'hasil berjanji; kesepakatan'
    • kira (v.) → perkiraan (nom.) – 'hasil mengira; dugaan'
    • sata (v.) → persatuan (nom.) – 'hal bersatu; hasil menyatukan'
    • unding (v.) → perundingan (nom.) – 'proses berunding; diskusi'
    • bahas (v.) → perbahasan (nom.) – 'proses berbahasa; diskusi'
    • dusta (adj.) → perdusta-an (nom.) – 'perihal berdusta'
  2. Pembentuk Nomina Tempat: Menunjukkan tempat dilakukannya atau berkaitan dengan kegiatan dasar.

    • guru (nom.) → perguruan (nom.) – 'tempat belajar/mengajar'
    • ladang (nom.) → perladangan (nom.) – 'daerah ladang'
    • kubur (nom.) → pekuburan (nom.) – 'tempat mengubur; kuburan' (perhatikan pe-an)
    • hentian (v.) → perhentian (nom.) – 'tempat berhenti'
    • istirah (v.) → peristirahatan (nom.) – 'tempat beristirahat'

Perlu dibedakan antara peN-an dan per-an. Meskipun keduanya membentuk nomina, peN-an lebih sering merujuk pada proses atau hasil dari verba aktif yang berasal dari prefiks meN-, sementara per-an lebih sering merujuk pada hal yang berkaitan dengan nomina atau verba yang seringkali berawalan ber-.

3.4 Sirkumfiks meN-kan

Sirkumfiks meN-kan adalah morfem terbagi yang sangat produktif untuk membentuk verba transitif, yaitu verba yang memerlukan objek langsung. Fungsinya sangat bervariasi, dari kausatif (menyebabkan) hingga benefaktif (melakukan untuk).

Fungsi dan Contoh:

  1. Kausatif (Menyebabkan): Mengubah kata dasar menjadi verba yang berarti 'menyebabkan menjadi' atau 'membuat melakukan'.

    • besar (adj.) → membesarkan (v.) – 'menyebabkan menjadi besar'
    • hidup (v.) → menghidupkan (v.) – 'menyebabkan hidup'
    • mati (v.) → mematikan (v.) – 'menyebabkan mati'
    • tinggi (adj.) → meninggikan (v.) – 'menyebabkan menjadi tinggi'
    • sadar (adj.) → menyadarkan (v.) – 'membuat sadar'
    • tenang (adj.) → menenangkan (v.) – 'membuat tenang'
    • sakit (adj.) → menyakitkan (v.) – 'menyebabkan sakit'
    • senang (adj.) → menyenangkan (v.) – 'menyebabkan senang'
    • jelas (adj.) → menjelaskan (v.) – 'membuat jadi jelas'
    • lebar (adj.) → melebarkan (v.) – 'membuat menjadi lebar'
    • panas (adj.) → memanaskan (v.) – 'membuat menjadi panas'
    • lupa (v.) → melupakan (v.) – 'menyebabkan lupa; tidak mengingat lagi'
    • habis (v.) → menghabiskan (v.) – 'menyebabkan habis'
    • masuk (v.) → memasukkan (v.) – 'menyebabkan masuk'
    • keluar (v.) → mengeluarkan (v.) – 'menyebabkan keluar'
  2. Benefaktif (Melakukan untuk/bagi): Menunjukkan bahwa tindakan dilakukan untuk kepentingan pihak lain.

    • kirim (v.) → mengirimkan (v.) – 'mengirim untuk seseorang'
    • buat (v.) → membuatkan (v.) – 'membuat untuk seseorang'
    • ambil (v.) → mengambilkan (v.) – 'mengambil untuk seseorang'
    • bawa (v.) → membawakan (v.) – 'membawa untuk seseorang'
    • hidang (v.) → menghidangkan (v.) – 'menghidangkan untuk (tamu)'
    • pesan (v.) → memesankan (v.) – 'memesan untuk seseorang'
    • jual (v.) → menjualkan (v.) – 'menjual untuk orang lain'
  3. Lokatif (Memindahkan ke/ke arah): Menunjukkan arah atau tempat.

    • letak (nom.) → meletakkan (v.) – 'menaruh di suatu tempat'
    • sisi (nom.) → menyisikan (v.) – 'menempatkan ke sisi'
    • pinggir (nom.) → meminggirkan (v.) – 'menempatkan ke pinggir'
    • atas (prep.) → mengataskan (v.) – 'menempatkan ke atas'
  4. Transformatif (Mengubah menjadi): Menunjukkan perubahan wujud atau status.

    • nama (nom.) → menamakan (v.) – 'memberi nama'
    • raja (nom.) → merajakan (v.) – 'menjadikan raja'
    • dewa (nom.) → mendewakan (v.) – 'menganggap sebagai dewa'

3.5 Sirkumfiks meN-i

Sirkumfiks meN-i juga membentuk verba transitif, namun dengan nuansa makna yang berbeda dari meN-kan. Umumnya, meN-i memiliki makna lokatif, repetitif, atau memberikan efek pada.

Fungsi dan Contoh:

  1. Lokatif (Melakukan sesuatu di/pada/ke): Menunjukkan bahwa tindakan dilakukan di suatu lokasi, atau mengenai sesuatu.

    • duduki (v.) → menduduki (v.) – 'menempati suatu tempat'
    • datangi (v.) → mendatangi (v.) – 'datang ke suatu tempat'
    • naiki (v.) → menaiki (v.) – 'naik ke atas sesuatu'
    • dekati (v.) → mendekati (v.) – 'mendekat ke arah'
    • sudut (nom.) → menyuduti (v.) – 'mendorong ke sudut'
    • pukuli (v.) → memukuli (v.) – 'memukul berkali-kali'
    • taburi (v.) → menaburi (v.) – 'menabur sesuatu di atas'
    • masuki (v.) → memasuki (v.) – 'masuk ke (suatu tempat)'
    • lalui (v.) → melalui (v.) – 'melewati (suatu jalan)'
    • ikuti (v.) → mengikuti (v.) – 'mengikuti (sesuatu/seseorang)'
    • lampau (v.) → melampaui (v.) – 'melebihi (batas)'
    • sangka (v.) → menyangkai (v.) – 'mencurigai; menyangsikan'
  2. Repetitif/Intensif (Melakukan berulang kali/secara menyeluruh): Menunjukkan tindakan yang dilakukan berulang-ulang atau secara merata.

    • pukul (v.) → memukuli (v.) – 'memukul berkali-kali'
    • tembak (v.) → menembaki (v.) – 'menembak berkali-kali'
    • siram (v.) → menyirami (v.) – 'menyiram di seluruh bagian'
    • isi (v.) → mengisi (v.) – 'memenuhi (suatu wadah)'
  3. Memberi efek/Memengaruhi:

    • pengaruhi (v.) → memengaruhi (v.) – 'memberi pengaruh'
    • sakiti (v.) → menyakiti (v.) – 'membuat seseorang sakit (secara perasaan)'
    • rasakan (v.) → merasakan (v.) – 'mengalami atau mengecap sesuatu'

Perbedaan antara meN-kan dan meN-i seringkali halus, tetapi penting. Secara umum, meN-kan lebih fokus pada objek yang terkena aksi atau tujuan aksi, sedangkan meN-i lebih fokus pada lokasi aksi, repetisi, atau aspek instrumental.

3.6 Sirkumfiks di-kan dan di-i

Sirkumfiks di-kan dan di-i adalah bentuk pasif dari meN-kan dan meN-i. Keduanya berfungsi untuk membentuk verba pasif. Sama seperti pasif pada umumnya, subjek kalimat bertindak sebagai penerima aksi, bukan pelaku aksi.

Fungsi dan Contoh di-kan:

Fungsi dan Contoh di-i:

Penting untuk diingat bahwa identifikasi morfem terbagi tidak hanya berdasarkan bentuknya yang "terpisah", tetapi juga berdasarkan pada fakta bahwa kedua bagian afiks tersebut secara semantis dan fungsional adalah satu unit yang tak terpisahkan untuk menciptakan makna tertentu pada kata dasar.

4. Tantangan dalam Mengidentifikasi Morfem Terbagi

Meskipun konsep morfem terbagi terlihat jelas dengan contoh-contoh di atas, ada beberapa tantangan dan kompleksitas dalam analisisnya:

4.1 Identifikasi Kata Dasar

Dalam beberapa kasus, identifikasi kata dasar menjadi sulit karena adanya perubahan fonologis (seperti peleburan konsonan awal pada meN- atau peN-). Misalnya, dalam penulisan, kata dasarnya adalah tulis, bukan nulis. Dalam pengembangan, kata dasarnya kembang, bukan ngembang. Memahami aturan alomorf adalah kunci untuk menguraikan kata-kata ini.

Terkadang, kata dasar juga mengalami proses modifikasi lain sebelum dilekati sirkumfiks, atau bahkan kata dasarnya sendiri sudah jarang digunakan secara mandiri. Contohnya pelajaran dari ajar, atau pertemuan dari temu. Meskipun ajar dan temu bisa berdiri sendiri, mereka lebih sering muncul dalam bentuk terimbuh.

4.2 Homonimi dan Polivalensi

Beberapa morfem terbagi bisa memiliki fungsi yang berbeda tergantung pada konteks atau kata dasarnya (polivalensi). Misalnya, ke-an bisa berarti 'perihal' (keindahan) atau 'tempat' (kecamatan). Membedakan fungsi-fungsi ini memerlukan pemahaman semantik yang mendalam.

Selain itu, ada kasus di mana bentuk afiks yang mirip atau bahkan sama bisa memiliki asal-usul dan fungsi yang berbeda (homonimi afiks). Misalnya, ke- pada ketua (sebagai prefiks pembentuk nomina pelaku) berbeda dengan ke- pada kedinginan (prefiks pasif) atau ke- pada kedua (prefiks pembentuk numeralia tingkat).

4.3 Interaksi dengan Proses Morfologi Lain

Morfem terbagi juga dapat berinteraksi dengan proses morfologi lain, seperti reduplikasi. Misalnya, kebersih-bersih-an (walaupun tidak baku, menunjukkan potensi). Atau, sebuah kata yang sudah berimbuhan dasar bisa dilekati morfem terbagi, misalnya mempertemukan (`pertemu` adalah dasar yang sudah berimbuhan). Namun, ini lebih merupakan kombinasi afiks daripada morfem terbagi tunggal. Fokus morfem terbagi adalah pada afiks yang *memisah* kata dasar.

Sebagai contoh, kata memperhitungkan. Apakah ini memper-kan + hitung, atau meN-kan + perhitung? Atau bahkan meN- + perhitung-kan? Analisis yang lebih tepat menunjukkan bahwa ini adalah kombinasi prefiks memper- dan sufiks -kan, yang secara fungsional bekerja seperti sirkumfiks pada kata dasar hitung, membentuk verba transitif yang berarti 'membuat sesuatu diperhitungkan' atau 'menghitungkan untuk/bagi'. Di sini, memper-kan seringkali dianggap sebagai satu kesatuan sirkumfiks yang kausatif atau benefaktif, meskipun secara historis mungkin berasal dari kombinasi meN- dan per-.

Contoh lain, menyelaraskan. Dari dasar selaras. Ini adalah meN-kan. Bentuk selaras sendiri sudah merupakan gabungan se- dan laras. Jadi, meN-kan dilekatkan pada morfem bebas yang sudah kompleks. Ini bukan morfem terbagi yang mengelilingi selaras, melainkan meN- dan -kan yang secara terpisah melekat pada selaras. Namun, dalam konteks semantik, seringkali fungsi meN-kan adalah satu kesatuan.

4.4 Produktivitas

Tidak semua morfem terbagi sama produktifnya. ke-an dan peN-an sangat produktif dan dapat diterapkan pada banyak kata dasar baru. Sementara itu, per-an juga cukup produktif namun mungkin memiliki lingkup penggunaan yang lebih spesifik. Pemahaman tentang produktivitas membantu kita memprediksi pembentukan kata baru dan menganalisis kata-kata yang ada.

Produktivitas juga mempengaruhi bagaimana penutur bahasa secara intuitif memahami dan menggunakan bentuk-bentuk ini. Semakin produktif suatu morfem terbagi, semakin mudah bagi penutur untuk membentuk kata-kata baru atau memahami kata-kata yang belum pernah didengar sebelumnya yang menggunakan pola afiksasi yang sama.

5. Implikasi Morfem Terbagi dalam Sintaksis dan Semantik

5.1 Perubahan Kelas Kata

Salah satu implikasi paling signifikan dari morfem terbagi adalah kemampuannya untuk mengubah kelas kata dari morfem dasar. Ini adalah fungsi derivasional yang sangat penting dalam pembentukan kosakata:

Perubahan kelas kata ini memiliki dampak langsung pada bagaimana kata tersebut dapat digunakan dalam kalimat. Sebuah nomina akan berfungsi sebagai subjek atau objek, sedangkan verba akan menjadi predikat.

5.2 Pergeseran Makna

Selain perubahan kelas kata, morfem terbagi juga menyebabkan pergeseran makna yang signifikan. Makna yang dihasilkan oleh morfem terbagi seringkali lebih kompleks daripada sekadar penjumlahan makna dari masing-masing bagian afiks dan kata dasar.

Pergeseran makna ini menunjukkan bahwa morfem terbagi bertindak sebagai unit semantik yang kohesif, membawa informasi gramatikal dan leksikal yang utuh.

5.3 Dampak pada Struktur Kalimat

Pembentukan kata dengan morfem terbagi mempengaruhi struktur sintaksis kalimat. Verba yang dibentuk dengan meN-kan atau meN-i akan menjadi verba transitif yang membutuhkan objek. Ini berarti kalimat harus memiliki struktur Objek (untuk verba aktif) atau Subjek yang menerima tindakan (untuk verba pasif di-kan/di-i).

Contoh:

Nomina yang dibentuk oleh ke-an, peN-an, atau per-an dapat berfungsi sebagai subjek, objek, atau pelengkap dalam kalimat, memperkaya variasi konstruksi sintaksis.

6. Morfem Terbagi dalam Perspektif Linguistik

6.1 Teori Morfologi

Dalam teori morfologi, sirkumfiks atau morfem terbagi menjadi topik menarik karena menantang model linearitas afiksasi yang sederhana. Beberapa teori mencoba menjelaskan fenomena ini:

Morfem terbagi menunjukkan bahwa batas-batas antara morfem tidak selalu mudah ditarik, dan ada unit-unit makna yang bekerja melintasi batas-batas linier dalam sebuah kata.

6.2 Universalitas Morfem Terbagi

Meskipun kita fokus pada Bahasa Indonesia, morfem terbagi bukanlah fenomena unik. Banyak bahasa di dunia memiliki sirkumfiks. Misalnya:

Keberadaan morfem terbagi di berbagai bahasa menegaskan bahwa ini adalah strategi morfologi yang sah dan efisien untuk mengungkapkan makna dan fungsi gramatikal yang kompleks.

7. Implikasi Pedagogis dan Pembelajaran

Bagi penutur asli maupun pembelajar Bahasa Indonesia, pemahaman morfem terbagi sangat penting.

7.1 Memperkaya Kosakata

Dengan menguasai pola morfem terbagi, seseorang dapat memahami makna kata-kata baru yang belum pernah ditemui sebelumnya. Jika seseorang tahu bahwa ke-an membentuk nomina abstrak, mereka dapat dengan mudah mengartikan keberanian dari berani, bahkan jika mereka belum pernah mendengar kata tersebut sebelumnya. Ini adalah alat yang ampuh untuk memperkaya kosakata secara mandiri.

7.2 Meningkatkan Akurasi Gramatikal

Memahami perbedaan fungsi antara meN-kan dan meN-i, atau antara ke-an dan peN-an, membantu pembelajar menggunakan kata-kata dengan lebih akurat sesuai konteks. Kesalahan umum sering terjadi ketika penutur mencampuradukkan penggunaan afiks-afiks ini.

Contoh kesalahan:

Meskipun kadang ada tumpang tindih makna atau penggunaan yang dapat diterima, nuansa dan preferensi penggunaan baku seringkali bergantung pada pemahaman mendalam tentang morfem terbagi.

7.3 Membantu Analisis Teks

Dalam analisis teks, mengidentifikasi morfem terbagi dapat membantu dalam membedah struktur kalimat, memahami nuansa makna, dan mengidentifikasi fungsi gramatikal kata-kata yang kompleks. Ini sangat berguna dalam studi linguistik, analisis wacana, dan penerjemahan.

7.4 Tantangan bagi Pembelajar Asing

Bagi pembelajar Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua, morfem terbagi seringkali menjadi salah satu aspek morfologi yang paling sulit. Alomorf dari meN-, peN-, dan ter- yang berinteraksi dengan sirkumfiks dapat sangat membingungkan. Latihan berulang, paparan yang luas, dan penjelasan yang jelas tentang fungsi semantik dari setiap sirkumfiks sangat diperlukan.

Selain itu, kurangnya korespondensi satu-ke-satu dengan bahasa ibu pembelajar juga bisa menjadi kendala. Misalnya, konsep "kausatif" yang diekspresikan oleh meN-kan mungkin diekspresikan dengan struktur sintaksis yang berbeda di bahasa lain.

Oleh karena itu, pengajaran morfem terbagi sebaiknya tidak hanya fokus pada bentuk, tetapi juga pada fungsi dan makna yang dibawanya, serta konteks penggunaannya.

Kesimpulan

Morfem terbagi, atau sirkumfiks, adalah unit morfologi yang fundamental dan produktif dalam Bahasa Indonesia. Dengan dua bagian afiks yang mengelilingi kata dasar, morfem ini secara simultan mengubah kelas kata dan makna, menciptakan kekayaan leksikal dan gramatikal. Sirkumfiks seperti ke-an, peN-an, per-an, meN-kan, meN-i, serta bentuk pasifnya di-kan dan di-i, memainkan peran sentral dalam pembentukan kata dan konstruksi kalimat.

Memahami morfem terbagi memerlukan lebih dari sekadar mengenali bagian-bagiannya; ia menuntut pemahaman mendalam tentang bagaimana kedua bagian tersebut bekerja bersama sebagai satu kesatuan fungsional dan semantik. Tantangan seperti alomorfisme, homonimi, dan interaksi dengan afiks lain membutuhkan analisis yang cermat. Namun, dengan penguasaan konsep ini, baik penutur asli maupun pembelajar asing dapat membuka potensi penuh Bahasa Indonesia, meningkatkan kemampuan berbahasa, dan mengapresiasi keindahan serta kompleksitas struktur morfologinya.

Studi tentang morfem terbagi terus berlanjut, dengan para linguis menjelajahi nuansa makna, produktivitas, dan variasi regional. Ini adalah bukti bahwa bahasa adalah entitas yang hidup dan dinamis, selalu menawarkan pelajaran baru bagi mereka yang bersedia menyelaminya lebih dalam.

🏠 Homepage